STUDI PENGARUH TEMPERATUR BAHAN BAKAR PADA PERFORMA MESIN HR15DE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

Jurnal Teknik Mesin UMY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP TORSI

Gambar 4.1 Grafik perbandingan Daya dengan Variasi ECU Standar, ECU BRT (Efisiensi), ECU BRT (Performa), ECU BRT (Standar).

ANALISA DAN PEMBUATAN SISTEM WATER COOLANT INJECTION PADA MOTOR BENSIN TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGARUH INJEKSI UAP AIR PADA SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 2 LANGKAH 110 CC

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. data tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 1.1 Tabel Jumlah Kendaraan Bermotor. Tahun Sepeda Mobil

Gambar 4.1 Grafik percobaan perbandingan Daya dengan Variasi ECU Standar, ECU BRT (Efisiensi), ECU BRT (Performa), ECU BRT (Standar).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

ANALISA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BENSIN JENIS PERTALITE DAN PERTAMAX PADA MESIN BERTORSI BESAR ( HONDA BEAT FI 110 CC )

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan bensin murni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis Penggunaan Venturi..., Muhammad Iqbal Ilhamdani, FT UI, Universitas Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR BIODIESEL (MINYAK JARAK-SOLAR) TERHADAP KANDUNGAN EMISI GAS BUANG MESIN DIESEL

II. TINJAUAN PUSTAKA

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK (CDI) DAN PENGAPIAN KONVENSIONAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

M.Mujib Saifulloh, Bambang Sudarmanta Lab. TPBB Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT

BAB IV DATA HASIL. Data komponen awal pada sistem pendingin meliputi : Tutup Radiator. Pada komponen ini yaitu tutup radiator mobil ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN I-1

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium.

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

Julius Hidayat, Agus Suyatno,Suriansyah, (2012), PROTON, Vol. 4 No 2 / Hal 23-29

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2 3

ANALISA PERBANDINGAN EMISI GAS BUANG BAHAN BAKAR LGV DENGAN PREMIUM PADA DAIHATSU GRAND MAX STANDAR

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC

Setiawan M.B., et al., Pengaruh Molaritas Kalium Hidroksida Pada Brown Hasil Elektrolisis Terhadap.

KONTROL SISTEM BAHAN BAKAR PADA ELECTRONIC FUEL INJECTION (EFI) Oleh Sutiman, M.T

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

OPTIMALISASI KINERJA MOTOR DIESEL DENGAN SISTEM PEMANASAN BAHAN BAKAR

PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN TOP ONE OCTANE BOOSTER DENGAN PREMIUM TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN 4 TAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. kemajuan teknologi. Tahun 1885, Karl Benz membangun Motorwagen,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN

Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT

Seminar Nasional (PNES II), Semarang, 12 Nopember 2014

SKRIPSI MOTOR BAKAR. Disusun Oleh: HERMANTO J. SIANTURI NIM:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC. Mastur 1, Nugroho Aji

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DARI VARIASI CAMPURAN ETHANOL-GASOLINE (E30-E50) TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH FUEL INJECTION 125 CC

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penambahan Pemanas Campuran Udara dan Bahan Bakar

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

Pengaruh Medan Magnet Terhadap Efisiensi Bahan Bakar dan Unjuk Kerja Mesin

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, PENGARUH PEMANFAATAN GAS BUANG SEBAGAI PEMANAS INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA MESIN SUPRA X TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah:

PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN

BAB III METODE PENELITIAN. berikut ini adalah diagram alir kerangka pelaksanaan penelitian. PEMBUATAN CATALYTIC CONVERTER PENGUJIAN EMISI

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Gambar 1 menunjukkan komponen-komponen yang menjalankan mobil kriogenik (cryocar) ini. Nitrogen cair yang sangat dingin disimpan dalam tangki

I. PENDAHULUAN. Kata kunci - Bioetanol, Electronic Control Unit, Honda CB150R, rasio kompresi, RON.

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Dyno Test 3Dara menggunakan Dynamometer Chassis. dyno test yang menggunakan software yang dipakai di scanner,

ACTIVE INTER- COOLER MESIN MOBIL MAKIN GALAK DENGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

STUDI PENGARUH TEMPERATUR BAHAN BAKAR PADA PERFORMA MESIN HR15DE Jeremy Luglio Hartono 1), Fandi Dwiputra Suprianto 2) Program Studi Teknik Mesin Universitas Kristen Petra 1,2,3) Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236. Indonesia 1,2,3) Phone: 0062-31-8439040, Fax: 0062-31-8417658 1,2,3) E-mail : m24413002@john.petra.ac.id 1), fandi@petra.ac.id 2) ABSTRAK Bahan bakar yang tidak terbakar sempurna pada proses pembakaran merupakan sebuah kerugian bagi pengguna kendaraan bermotor dan juga bagi lingkungan. Hal tersebut dikarenakan emisi gas buang yang buruk dan konsumsi kendaraan yang boros. Permasalahannya adalah belum diketahuinya temperatur bahan bakar bensin yang menghasilkan performa mesin secara optimal. Oleh karena itu didapati cara dengan merancang jalur bahan bakar melalui media pendingin atau pemanas yang bertujuan merubah temperatur bahan bakar. Dari perubahan temperatur tersebut akan mendapat pengaruh terhadap performa mesin, emisi gas buang dan konsumsi bahan bakar. Perubahan suhu bahan bakar dilakukan menggunakan media pendingin atau pemanas dengan memanfaatkan thermoelectric sebagai perpindahan panas. Pada pengujian ini, saluran bahan bakar dimasukan ke dalam kabin kendaraan dengan menggunakan selang tambahan dari pompa bahan bakar menuju fuel rail. Temperatur bahan bakar yang akan diuji adalah dalam rentang suhu 20 o C hingga 45 o C dengan step kenaikan suhu 5 o C. Dalam studi ini terdapat beberapa rangkaian pengujian, yaitu pengujian chassis dynamometer, pengujian emisi dan konsumsi bahan bakar. Dari proses pengujian yang telah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan, bahwa pada pangujian chassis dynamometer, suhu bahan bakar paling optimal untuk melakukan pembakaran adalah suhu 30 o C. Sedangkan untuk pengujian emisi dan pengujian konsumsi bahan bakar, suhu bahan bakar yang paling optimal masuk kedalam mesin adalah suhu 45 o C. Kata kunci: Bahan Bakar, Mesin HR15DE, Thermoelectric. 1. Pendahuluan Masyarakat hingga saat ini masih banyak menggunakan berbagai alat transportasi pribadi seperti mobil ataupun motor untuk dapat mengantarkan atau memindahkan diri dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan mudah. Mereka kurang sadar, bahwa semakin meningkatnya kendaraan bermotor yang digunakan, maka bahan bakar yang dibutuhkan juga semakin meningkat pula. Sedangkan pada saat ini kelangkaan bahan bakar adalah sebuah masalah yang sering dijumpai diberbagai daerah di tanah air. Ketergantungan kita terhadap bahan bakar fosil dapat memiliki berbagai ancaman serius, salah satunya adalah menipisnya cadangan minyak bumi (bila tanpa temuan sumur baru) [1]. Seiring dengan permintaan bahan bakar yang meningkat tersebut, tidak salah jika kita memanfaatkan bahan bakar tersebut secara maksimal dan sebaik baiknya. Bahan bakar yang digunakan untuk pembakaran tidak seluruhnya dapat terbakar sempurna, maka bahan bakar yang tidak terbakar tersebut akan terbuang sia sia melalui gas pembuangan, sehingga hal tersebut menjadi kerugian bagi kita. Secara otomatis, kendaraan akan membutuhkan asupan bahan bakar yang lebih banyak pula untuk memenuhi kebutuhan pembakaran, dengan kata lain kendaraan kita menjadi boros. Selain itu jika bahan bakar tidak terbakar sempurna, maka dapat menghasilkan kandungan gas CO yang tinggi dari gas buang kendaraan yang dapat membahayakan mahkluk hidup. Gas pencemar udara yang paling dominan mempengaruhi kesehatan manusia yaitu, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), belerang oksida (SOx), hidro karbon (HC) dan partikel serta gas rumah kaca [2]. Oleh karena itu terdapat berbagai cara untuk memanfaatkan bahan bakar tersebut secara maksimal dan ramah lingkungan, yaitu salah satunya dengan mencari temperatur bahan bakar yang paling optimal yang masuk keruang bakar. Hal ini bertujuan agar pembakaran bahan bakar lebih sempurna, sehingga konsumsi bahan bakar dan kandungan gas CO dapat menurun serta performa mesin dapat meningkat. Pada penelitian sebelumnya pernah dibuktikan dengan menaikkan suhu temperatur bahan bakar pada mesin Toyota Corona, maka cenderung akan dihasilkan penurunan kandungan CO dan HC [3]. Selain kandungan CO dan HC, perubahan temperatur bahan bakar dapat meningkatkan performa mesin, seperti penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Pada mesin diesel berkapasitas 2500cc, hasil perubahan suhu bahan bakar menunjukan perbedaan daya dan sfc. Pada suhu bahan bakar 50 o C didapat peningkatan daya sebesar 4.1% dan penurunan sfc sebesar 23.4% dibandingkan dengan suhu 30 o C [4]. Temperatur bahan bakar yang akan dicari dari dari rentang temperatur 20 o C (dibawah suhu ruangan) hingga temperatur 45 o C (diatas suhu ruangan) dengan langkah Page 1 of 5

kenaikan setiap 5 o C. Angka tersebut didapat dikarenakan temperatur dalam kota Surabaya sekitar 33 o C dan temperatur tangki bahan bakar sekitar 32 o C pada saat kondisi mesin dingin. Proses perubahan temperatur bahan bakar tersebut dapat dilakukan dengan merubah saluran bahan bakar dari tangki menuju ke injector, yaitu dengan cara melewatkan aliran bahan bakar melewati media pendingin ataupun pemanas yang telah diberi thermostat agar suhu dapat stabil dan dapat dirubah sesuai keinginan. Dalam tugas akhir kali ini, akan dilakukan penelitian dengan menggunakan kendaraan Nissan Grand Livina 1.5 dengan tipe mesin HR15DE dengan merubah saluran bahan bakar melewati media pendingin atau pemanas. 2. Metode Penelitian A Melakukan uji daya dan torsi mesin dengan menggunakan Chassis Dynamometer, konsumsi bahan bakar dan uji emisi Melakukan analisa dan kesimpulan peningkatan performa mesin dari pendinginan dan pemanasan bahan bakar dari temperatur 20 o C hingga 45 o C dengan langkah kenaikan 5 o C Mulai Penulisan Laporan Studi literatur Selesai Melakukan peninjauan letak pompa bahan bakar dan selang saluran bahan bakar menuju mesin. Merancang dan membuat media pendingin atau pemanas antara bahan bakar dengan media penukar kalor Meninjau letak dan posisi penempatan media pendingin atau pemanas dan saluran bahan bakar Media pendingin atau pemanas dapat menghasilkan suhu yang diharapkan. A Ya Tidak Page 2 of 5 Gambar 2.1. Diagram alir metodologi penelitian Penelitian ini dilakukan pada kendaraan Nissan Grand Livina yang memiliki kapasitas mesin 1498cc. Langkah awal penelitian dimulai dengan melakukan peninjauan letak pompa bahan bakar dan selang saluran bahan bakar menuju mesin. Saluran bahan bakar yang menuju ke mesin adalah bagian terpenting yang akan dimodifikasi dengan menggunakan media pendingin atau pemanas. Langkah kedua dilanjutkan dengan merancang dan membuat media pendingin maupun pemanas. Media pendingin atau pemanas dibuat dengan memanfaatkan thermoelectric sebagai media penukar kalor. Ide dari pemanfaatan thermoelectric didapat dari percobaan sebelumnya dengan menggunakan dispenser air sebagai media pendingin atau pemanas. Pada tabung dispenser air menggunakan thermoelectric sebagai media pendingin ataupun pemanas dengan dirancang sedemikian rupa sehingga mampu mendinginkan air dalam tabung. Untuk pembuatan alat, media pendingin atau pemanas dirancang sesuai dengan kriteria yang ada, seperti kekuatan untuk menahan tekanan dari pompa bensin dan kemampuan untuk melepas dan menerima kalor untuk waktu yang relatif singkat. Perancangan dimulai dengan perakitan alat, antara lain fuel box heat sink, fan pendingin, thermal paste, thermoelectric. Pada perancangan alat terdapat modul kelistrikan yang berisi thermostat, 6 buah thermoelectric,4 buah fan,3 buah relay dan 2 buah saklar. Pemilihan jumlah thermoelectric disesuaikan dengan perhitungan kapasitas kalor yang dihasilkan dan kalor yang dibutuhkan. Perancangan media pendingin dan pemanas menemui beberapa kendala yang cukup sulit, salah satunya adalah pemilihan kabel yang tidak sesuai dengan ukuran daya yang ada. Kesalahan dalam pemilihan kabel tersebut dapat

berakibat pada kinerja dari media pendingin atau pemanas itu sendiri. Media pendingin atau pemanas terkadang dapat berjalan dengan baik, namun juga terkadang tidak bekerja sama sekali. Untuk proses pendinginan dibantu dengan menggunakan termos pendingin yang bertujuan agar suhu bahan bakar lebih cepat mengalami penurunan dan mempermudah kerja dari thermoelectric. dilakukan dengan menggunakan alat uji emisi dan memiliki prosedur kerja tertentu. Pengujian dimulai pada suhu bahan bakar 20 o C dan dinaikan secara bertahap hingga mencapai suhu 45 o C. Pengujian terakhir adalah konsumsi bahan bakar. Pengujian ini membutuhkan waktu selama 6 hari, karena pada 1 hari hanya dapat melakukan 1 step pengujian bahan bakar saja. Pengujian 1 step bahan bakar dilakukan sebanyak 3 kali dan pada waktu yang berbeda. Pengujian konsumsi bahan bakar memiliki prosedur pengujian tertentu dan memerlukan waktu yang cukup lama. Setelah melakukan pengujian, langkah terakhir adalah melakukan analisa dan kesimpulan terhadap beberapa pengujian yang telah dilakukan. 3. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Uji Dynamometer Gambar 2.1. Media pendingin atau pemanas Langkah ketiga adalah melakukan peninjauan letak dan posisi media pendingin atau pemanas. Penentuan letak atau posisi media pendingin dirasa cukup sulit. Penentuan awalnya diletakkan di jok tengah atau dekat dengan pompa bahan bakar. Posisi tersebut berada cukup jauh dengan mesin dan melewati banyak saluran, sehingga terjadi banyak perubahan suhu bahan bakar dari keluaran media pendingin atau pemanas. Oleh karena itu didapati cara dengan meletakkan media pendingin atau pemanas pada jok penumpang depan sebelah kiri. Hal tersebut dilakukan dengan merubah saluran bahan bakar masuk kedalam kabin dengan melakukan pemotongan saluran bahan bakar standar. Pemilihan letak tersebut dikarenakan supaya media pendingin atau pemanas berada lebih dekat dengan mesin dan perubahan suhu yang relatif kecil dibanding dengan menggunakan saluran standar. Jika bahan bakar dapat mencapai suhu yang diharapkan, yaitu suhu 20 o C hingga 45 o C dengan step kenaikan 5 o C, maka dapat dilanjutkan dengan melakukan pengujian kendaraan. Tetapi apabila suhu bahan bakar belum sesuai dengan harapan, maka dapat melakukan peninjauan kembali pada proses perancangan dan pembuatan media pendingin atau pemanas. Pengujian yang dilakukan ada 3 macam, uji chassis dynamometer, uji emisi kendaraan, uji konsumsi bahan bakar. Pengujian dimulai dengan uji chassis dynamometer, dimana pengujian dimulai dengan kondisi bahan bakar 20 o C, lalu dinaikan bertahap hingga mencapai suhu 45 o C. Pengujian ini memiliki beberapa prosedur kerja dan dilakukan pada bengkel yang tertentu yang memiliki alat uji chassis dynamometer. Pengujian kedua adalah uji emisi kendaraan. Pengujian ini Gambar 3.1. Grafik Torque maksimal pada suhu 20 o C-45 o C Dari hasil pengujian dynotest didapatkan beberapa data sebagai berikut: Suhu 20 o C didapat torque maksimal 136.0 Nm Suhu 25 o C didapat torque maksimal 136.8 Nm Suhu 30 o C didapat torque maksimal 139.2 Nm pada putaran 5000 RPM. Suhu 35 o C didapat torque maksimal 139.1 Nm Suhu 40 o C didapat torque maksimal 137.9 Nm pada putaran 5000 RPM. Suhu 45 o C didapat torque maksimal 133.9 Nm Dari hasil pengujian didapati bahwa torque tertinggi terdapat pada suhu bahan bakar 30 o C, yaitu sebesar 139.2 Nm pada putaran 5000RPM. Page 3 of 5

Jarak Ditempuh ( lt / km ) Gambar 3.2. Grafik Power maksimal pada suhu 20 o C-45 o C Dari hasil pengujian dynotest didapatkan beberapa data sebagai berikut: Suhu 20 o C didapat power maksimal 109.4 BHP Suhu 25 o C didapat power maksimal 109.5 BHP Suhu 30 o C didapat power maksimal 112.7 BHP Suhu 35 o C didapat power maksimal 111.9 BHP Suhu 40 o C didapat power maksimal 110.0 BHP pada putaran 6000 RPM. Suhu 45 o C didapat power maksimal 110.0 BHP Dari hasil pengujian didapati bahwa power tertinggi terdapat pada suhu bahan bakar 30 o C, yaitu sebesar 112.7 BHP pada putaran 6500RPM. B. Hasil Uji Emisi Suhu CO (%) HC (ppm) Lambda AFR 20 o C 0.00 37 1.002 14.7 25 o C 0.02 14 1.007 14.8 30 o C 0.01 10 1.002 14.7 35 o C 0.00 8 1.008 14.8 40 o C 0.00 3 1.007 14.8 45 o C 0.02 0 1.001 14.7 saat bahan bakar dipanaskan dan mencapai suhu 45 o C, diketahui tidak ada HC yang terbuang melalui saluran emisi gas buang. Hal itu menandakan bahwa pembakaran dalam ruang bakar sempurna dan tidak menyisakan bahan bakar. Pada pengujian ini, untuk hasil dari CO dapat dinilai cukup bagus, karena nilai CO pada pengujian ini mendekati nol yang hanya berkisar antara 0% hingga 0.02%, sedangkan ambang batas maksimal dari CO adalah 1.5%. Hal ini menunjukan minimnya kandungan CO pada gas buang dalam kondisi apapun, baik pada saat suhu bahan bakar didinginkan maupun bahan bakar dipanaskan. Hasil pengujian berikutnya adalah CO 2. Nilai CO 2 dalam pengujian emisi ini dapat dilihat cukup bagus dan tidak ada perubahan yang mencolok apabila suhu bahan bakar dipanaskan maupun didinginkan. Hasil CO 2 ini didapat dari proses pembakaran yang sempurna atau juga didapat dari perubahan CO yang melewati catalytic converter. Hasil pengujian terakhir adalah Lambda dan AFR (Air Fuel Ratio) yang menunjukan hasil perbandingan yang sama. Dalam hasil pengujian tersebut, didapat nilai Lambda keseluruhan pada kisaran 1 lebih (1.001-1.008). Lambda yang memiliki nilai diatas 1 tersebut dapat diartikan bahwa campuran antara bahan bakar dan udara tersebut miskin, sedangkan nilai Lambda dibawah 1 dapat diartikan bahwa campuran antara bahan bakar dengan udara tersebut kaya. Pada nilai AFR tidak terjadi perubahan yang mencolok. Dalam pengujian tersebut nilai AFR hanya dikisaran 14.7 dan 14.8. Nilai AFR yang tepat berada pada angka 14.7, yaitu yang berarti 1 liter bahan bakar dicampur dengan 14.7 liter udara untuk melakukan proses pembakaran. C. Hasil Uji Konsumsi Bahan Bakar Jarak yang ditempuh per liter 24 23.5 23 22.5 22 21.5 21 20.5 20 20 25 30 35 40 45 Suhu Bahan Bakar ( o C) Gambar 3.5. Grafik hasil uji konsumsi bahan bakar Gambar 3.3. Tabel hasil keluaran HC pada emisi kendaraan Pada pengujian emisi gas buang lebih ditekankan pada keluaran gas HC (Hydrocarbon). Untuk suhu bahan bakar 20 o C, diketahui nilai HC sekitar 37 ppm, namun Page 4 of 5 Pada hasil pengujian konsumsi bahan bakar menunjukan hasil bahwa pada suhu bahan bakar 20 o C jarak yang ditempuh ± 20.5 lt / km, sedangkan pada suhu bahan bakar 45 o C, jarak yang ditempuh ± 23.5 lt / km. Pembacaan hasil pengujian konsumsi bahan bakar dapat dihubungkan dengan hasil uji emisi kendaraan. Persamaan kedua hasil tersebut terletak pada nilai HC

dari gas emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan, dimana HC pada suhu bahan bakar didinginkan akan mempunyai nilai lebih tinggi (37ppm), sedangkan pada suhu bahan bakar dipanaskan tidak terdapat HC yang muncul di emisi gas buang. Hal tersebut sama dengan konsumsi bahan bakar, yaitu pada saat suhu bahan bakar didinginkan maka konsumsi menjadi lebih boros, sedangkan suhu bahan bakar dipanaskan konsumsi menjadi lebih irit. Pada kedua hal tersebut didapatkan hasil bahwa saat suhu bahan bakar didinginkan maka pembakaran dari partikel bahan bakar tersebut tidak sempurna, hasilnya terdapat bahan bakar yang masih belum terbakar dan terbuang sia-sia melalui gas buang, maka terdapat nilai HC yang tinggi (37ppm). Oleh karena bahan bakar belum terbakar sempurna dan langsung keluar melalui emisi pembuangan, maka mesin merasa kekurangan bahan bakar untuk dibakar dan memerintahkan ECU untuk mengisi lebih banyak lagi bahan bakar kedalam ruang bakar, sehingga bahan bakar menjadi boros. Berbeda dengan kondisi dimana bahan bakar dipanaskan. Saat bahan bakar dipanaskan, partikel bahan bakar dapat terbakar dengan sempurna diruang bakar dan tidak ada yang terbuang sia-sia pada emisi gas buang. Oleh karena itu mesin merasa cukup bahan bakar untuk melakukan proses pembakaran dan tidak memerintahkan ECU untuk menambah jumlah bahan bakar, sehingga pembakaran menjadi lebih efektif dan bahan bakar menjadi lebih irit. ke dalam ruang bakar terdapat pada suhu 45 o C. Pada suhu tersebut didapati bahwa perbandingan satu liter bahan bakar dapat digunakan untuk menempuh jarak sejauh 23.55 km. 5. Daftar Pustaka 1. Indartono, Yuli Setyo, (2005), Krisis Energi di Indonesia : Mengapa dan Harus Bagaimana, Inovasi online vol. 5/XVII/November 2005. 2. Sugiarti, (Juni 2009), Gas Pencemar Udara Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia Air Pollutan Gasses and The Influence of Human Healt. Jurnal Chemica Vol. 10 Nomor 1 Juni 2009, 50-58. 3. Saputro, Yudhi Agil, (2015), Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar Bensin Melalui Pipa Kapiler Bersirip Transversal di Dalam Upper Tank Radiator dan Putaran Mesin Terhadap Emisi Gas Buang CO dan HC Pada Mobil Toyota Corona. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Mesin Vol. 3 Nomor 4 April 2015 4. Willyanto. (1999). Analisis Pengaruh Pemanas Solar Terhadap Unjuk Kerja Motor Diesel Isuzu 2500 cc tipe 4JA1. (TA No. 99.54.356). Unpublished undergraduate thesis, Universitas Kristen Petra, Surabaya. 4. Kesimpulan Dari beberapa pengujian pada mesin Nissan Grand Livina HR15DE dengan melakukan perubahan temperatur bahan bakar dengan suhu 20 o C, 25 o C, 30 o C, 35 o C, 40 o C, 45 o C didapati beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Media pendingin atau pemanas dibuat dengan menggunakan 4 buah thermoelectric untuk pendingin dan 2 buah untuk pemanas. 4 buah thermoelectric pendingin menghasilkan 22.167watt, sedangkan daya yang diperlukan untuk melakukan proses pendinginan 18.728watt. 2 buah thermoelectric untuk pemanas menghasilkan 24.01425watt, sedangkan daya yang diperlukan untuk proses pemanasan 20.288watt. 2. Pada pengujian chasssis dynamometer, suhu bahan bakar paling optimal untuk masuk ke dalam ruang bakar terdapat pada suhu 30 o C. Pada suhu tersebut didapatkan torque sebesar 139.2 Nm dan power sebesar 112.7 BHP. 3. Pada pengujian emisi kendaraan, suhu bahan bakar yang paling optimal untuk masuk ke dalam ruang bakar terdapat pada suhu 45 o C. Pada suhu tersebut didapati proses pembakaran bahan bakar sempurna, karena dibuktikan dengan tidak ditemukannya hasil HC pada emisi gas pembuangan. 4. Pada pengujian konsumsi bahan bakar, suhu bahan bakar yang paling optimal untuk masuk Page 5 of 5