BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ristiany, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu bentuk. pendidikan Taman Kanak-kanak (PP No.27 Tahun 1990).

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk anak

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Juwita Mega Ningsih, 2015 Meningkatkan Kreativitas Menari Anak D engan Menggunakan Properti Tari

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINIMELALUI BERMAIN CLAY

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. (Permendiknas No.58 Tahun 2009). Melalui pemberian rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

2015 UPAYA TUTOR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (3-4 TAHUN) MELALUI PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI MELIPAT (ORIGAMI)

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, setiap manusia akan melalui tahap perkembangan yang sama.

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah yang ada di jalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam. proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan dengan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (pasal 1 ayat 14 UU RI NO 20 Tahun 2003). Taman kanak-kanak (TK) adalah pendidikan usia dini jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan anak usia 4-6 tahun. Usia tersebut merupakan masa usia emas (golden age) bagi anak dalam menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi dirinya. Masa tersebut adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan untuk mendasari pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Masa ini memberikan pengalaman tentang hal-hal yang mampu dilakukan anak menuju jenjang pendidikan selanjutnya (Depdiknas, 2008, hlm. 1). Motorik merupakan terjemahan dari kata motor yang artinya dasar mekanik yang menyebabkan terjadinya gerak. Gerak (movement) adalah akativitas yang didasari oleh proses motorik. Proses motorik ini melibatkan sisitem gerak yang terkoordinasi (otak, saraf, otot, dan rangka) dengan proses mental yang sangat komplek, yang disebut sebagai proses gerak. Keempat unsur tersebut tidak bisa bekerja secara sendiri-sendiri, tetapi selalu terkoordinasi (Depdiknas, 2008, hlm. 6). Sementara Wiyani (2014, hlm. 35) menyatakan fisik secara bahasa diartikan sebagai jasmani, badan, tubuh. Sedangkan motorik diartikan dengan penggerak. Jadi perkembangan fisik-motorik anak usia dini dapat diartikan sebagai perubahan bentuk tubuh pada anak usia dini yang berpengaruh terhadap keterampilan gerak tubuhnya. Hurlock (1978, hlm. 171), menyatakan bahwa masa kanak-kanak disebut saat ideal untuk mempelajari keterampilan motorik karena tubuh lebih lentur ketimbang orang dewasa atau remaja, kurang memiliki keterampilan yang

2 bertentangan dengan hal-hal baru yang mungkin telah dipelajari lebih dulu, menyenangi pengulangan, dan memiliki waktu yang lebih lama untuk mempelajari keterampilan motorik ketimbang waktu yang mereka miliki sudah besar. Tujuan dan fungsi perkembangan motorik anak TK menurut Samsudin (2005, hlm. 10) adalah penguasaan keterampilan tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas motorik tertententu. Kualitas motorik terlihat dari seberapa jauh anak itu mampu menampilkan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas motorik tinggi, berarti motorik yang dilakukannya efektif dan efisien. Keterampilan motorik yang terkoordinasi baik, otot yang lebih kecil memainkan peran yang besar. Dalam mendefinisikan keterampilan Cronbach (dalam Hurlock, 1978, hlm. 154) menulis sebagai berikut (16) Keterampilan dapat diuraikan dengan kata seperti otomatik, cepat dan akurat. Meskipun demikian, adalah keliru menganggap keterampilan sebagai tindakan tunggal yang sempurna. Setiap pelaksanaan sesuatu yang terlatih, walaupun hanya menulis huruf a, merupakan suatu rangkaian koordinasi beratus-ratus otot yang rumit yang melibatkan perbedaan isyarat dan koreksi kesalahan yang berkesinambungan. Suntrock (2002, hlm. 145) menyatakan keterampilan motorik kasar (gross motor skilla) meliputi kegiatan otot-otot besar seperti menggerakan lengan dan berjalan. Keterampilan motorik halus (fine motor skills) meliputi gerakan-gerakan menyesuaikan secara lebih halus, seperti ketangkasan jari. Hurlock (dalam Depdiknas, 2007 hlm. 9) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik halus, yaitu: (1) melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang, (2) melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi helpness (tidak berdaya) pada bulan pertama kehidupannya, (3) melalui keterampilan motorik anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemudian Hurlock (1978, hlm. 111) menjelaskan, apabila anak-anak tidak diberi kesempatan mempelajari keterampilan tertentu, perkembangannya sudah memungkinkan dan ingin melakukannya karena berkembangnya keinginan untuk mandiri, maka mereka tidak saja akan memiliki dasar keterampilan yang telah dipelajari oleh teman

3 sebayanya tetapi juga akan kurang memiliki motivasi untuk mempelajari berbagai keterampilan pada saat diberi kesempatan. Banyak orang yang mengira bahwa satu-satunya bahaya yang serius dalam perkembangan keterampilan motorik anak adalah kekakuan. Meskipun tidak dapat disangsikan bahwa kekakuan merupakan bahaya serius bagi penyesuaian sosial dan pribadi yang baik, tetapi tidak hanya itu. Bahaya lain mungkin ada dan menimbulkan akibat psikologi yang serius, diataranya: terlambatnya perkembangan motorik, harapan keterampilan yang tidak realitik, tidak dapat mempelajari keterampilan motorik yang penting, akrobatik, pemakaian tangan kiri dan kekakuan (Hurlock, 1978, hlm. 168). Kategori fungsi keterampilan motorik pada akhir masa kanak-kanak diantaranya adalah keterampilan bantu diri (self-help), keterampilan bantu sosial (social-helf), keterampilan bermain, dan keterampilan sekolah. Disekolah anak mengembangkan berbagai keterampilan yang diperlukan untuk menulis, menggambar, membentuk tanah liat, menari dan mewarnai dengan krayon, menjahit, memasak dan pekerjaan tangan menggunakan kayu (Hurlock, 1980, hlm. 151). Dan keterampilan motorik yang paling cenderung memperlihatkan perbaikan yang terbesar adalah keterampilan yang dipelajari disekolah, dalam kelompok bermain yang dibimbing, atau didalam berkemah waktu libur (Hurlock, 1978, hlm. 158). Guru dapat membantu anak dalam mengembangkan kemampuan motorik halusnya dengan memanfaatkan beragam media. Berdasarkan pengamatan dilapangan yaitu di TK PGRI Sekar Buana Pagerageung, sejauh ini penyelengaraan kegiatan motorik halus belum berkembang sesuai harapan, khusunya dalam kegiatan menggambar dan melukis padahal minat dan antusias anak dalam kegiatan ini cukup tinggi, hal ini dibuktikan dengan sikap anak yang suka menggambar di dinding, pada balok, rak buku dll. Anak senang sekali ketika guru mendemotrasikan menggambar yang digunakan sebagai media untuk pembelajaran. Tetapi hal itu terbentur oleh kesempatan dan praktek, model yang baik, motivasi dan bimbingan. Guru cenderung pada kegiatan menulis untuk memenuhi harap orang tua dan syarat masuk sekolah dasar yang mengharus calon peserta didiknya bisa membaca dan

4 menulis. Guru kurang memberikan kebebasan pada anak untuk menggambar atau melukis sesuai gagasan dan berekplorasi dengan berbagai media dan kegiatan. Hal tersebut diatas menyebabkan keterampilan motorik halus anak dalam mengkordinasikan mata dan jari tangan pada saat kegiatan menggambar masih belum berkembang, dan kebanyakkan anak dalam memegang pensil warna dan krayon masih belum sempurna, sehingga dalam menggerakkan jari tangannya saat menggambar anak merasa kurang percaya diri dengan hasil gambar yang dibuatnya, anak tidak kreatif dalam menggambar sesuai dengan gagasanya tetapi hanya fokus pada gambar yang dicontohkan guru, selain itu bahan dan alat yang digunakan hanya krayon dan pensil warna saja. Dalam kegiatan pembelajaran, guru lebih banyak menggunakan metode pemberian tugas, dan cenderung pada lembar kerja saja. Strategi pengembangan motorik halus anak usia dini sangat beragam. Sejalan dengan perkembangan fisik dan psikis anak usia dini, maka tumbuh kebutuhan berkomunikasi visual (kompetensi seni) seperti menggambar, menyanyi dan menari dan sebagainya. Bagi anak TK berekpresi seni rupa merupakan salah satu media komunikasi seni yang memiliki daya tarik bagi semua anak dan dapat mengembangkan kompetensi dasar motorik halus sejalan dengan masa perkembangan (periodisasi) menggambar yang dialaminya. Selain itu berkomunikasi visual bagi anak TK tersebut dapat mereka lakukan secara bebas, ekspresif, sepontan, dinamis, polos, unik, sesuai tipologi dan gaya seni rupa yang ditampilkan. Seni memiliki fungsi dalam pendidikan TK yaitu sebagai media ekspresi sebagai media komunikasi, sebagai media bermain, sebagai media pengembangan bakat seni dan sebagai media untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak dan sebagai media untuk memperoleh pengalaman esthetis (Sumanto, 2005, hlm. 1-23). Pada awalnya upaya anak anda untuk menulis sebenarnya merupakan perluasan dari menggambar. Dengan kata lain, ia hanya mencoret-coret. Kegiatan melukis dan mewarnai memberikan kesempatan kebebasan untuk berkreasi pada anak. Ada banyak bukti yang menyebutkan bahwa anak-anak menggunakan gambar dan kegiatan kreatif lainnya untuk menggekspresikan diri. Menggambar

5 bukan hanya wahana penyalur imajinasi tetapi juga dapat memberikan anak tempat untuk menyalurkan emosinya (Cooper, dkk. 2009, hlm. 58-86). Finger paint (seni melulis dengan jari) adalah cara awal melukis sebelum digunakan alat lukis lain seperti kuas. Kegiatan ini menjadi menarik dimana jari anak bersentuhan langsung dengan tinta dan kertas. Melalui penelitian ini penulis mencoba menyajikan kegiatan seni melukis dengan jari (finger paiting), yang diharapkan mampu meningkatkan keterampilan motorik halus anak dalam kegiatan menggambar, mampu meniru bentuk, mengekplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, dan mengekpresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail, hal ini diharapkan dapat dijadikan sebagai keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk masuk sekolah dasar. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini memfokuskan kajian pada Meningkatkan keterampilan motorik halus dalam kegiatan menggambar melalui kegiatan seni melukis dengan jari (finger painting) di TK PGRI Sekar Buana Pagerageung. B. Rumusan Masalah Masalah penelitian ini di rumuskan sebagi berikut : 1. Bagaimana kondisi awal keterampilan motorik halus anak usia dini dalam kegiatan menggambar sebelum penerapan seni melukis dengan jari di TK PGRI Sekar Buana Pagerageung? 2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan seni melukis dengan jari (finger painting) untuk meningkatkan keterampilan motorik halus dalam kegiatan menggambar di TK PGRI Sekar Buana Pagerageung? 3. Bagaimana peningkatan keterampilan motorik halus dalam kegiatan menggambar setelah penerapan kegiatan seni melukis dengan jari (finger painting) di TK PGRI Sekar Buana Pagerageung? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain : 1. Tujuan Umum

6 Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan keterampilan motorik halus dalam kegiatan menggambar melalui seni melukis dengan jari (finger painting) di TK PGRI Sekar Buana Pagerageung. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui secara objektif kondisi awal keterampilan motorik halus dalam kegiatan menggambar sebelum penerapan seni melukis dengan jari (finger painting) di TK PGRI Sekar Buana Pagerageung. b. Untuk mengetahui pelaksanaan seni melukis dengan jari (finger painting) untuk meningkatkan keterampilan motorik halus dalam kegiatan menggambar di TK PGRI Sekar Buana Pagerageung. c. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus dalam kegiatan menggambar setelah penerapan seni melukis dengan jari (finger painting) di TK PGRI Sekar Buana Pagerageung. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Meningkatkan keterampilan motorik halus dalam kegiatan menggambar melalui kegiatan seni melukis jari (finger painting) di TK PGRI Sekar Buana Pagerageung. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan keterampilan motorik halus dalam kegiatan menggambar melalui kegiatan seni melukis dengan jari (finger painting) di TK PGRI Sekar Buana Pagerageung. b. Bagi guru Dapat dijadikan motivasi untuk senantiasa memperbaiki diri dan kegiatan pembelajaran agar rencana pembelajaran tercapai sesuai dengan tujuan ingin dicapai. c. Bagi Lembaga Diharapkan dapat bekerjasama dengan guru kelas untuk memperbaiki permasalahan dalam pengembangan seluruh aspek perkembangan anak.

7 E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab, adapun rangkuman pembahasannya sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Bab II Penerapan seni melukis dengan jari (finger painting) untuk meningkatkan keterampilan motorik halus dalam kegiatan menggambar. Bab ini membahas kajian-kajian pustaka mengenai perkembangan motorik halus anak usia dini, pengembangan seni anak usia dini, melukis dengan jari, dan penelitian yang relefan. Bab III Metode Penelitian Bab ini membahas tentang metode penelitian yang digunakan untuk penelitian, yakni penelitian tindakan kelas. (PTK). BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini membahas mengenai pembahasan dan penjabaran tentang pernyataan-pernyataan di rumusan masalah yang di dapatkan dari penelitian yang telah dilakukan selama berada di tempat penelitian. Bab V Simpulan Implikasi dan Rekomendasi Bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan penulis implikasi dan rekomendasi sebagai sumbangan pemikiran sebagai bahan penelitian lebih lanjut.