BAB I PENDAHULUAN. bertahan dalam mengarungi kehidupan yang penuh tantangan dan persaingan, sehingga tak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. heran bila kesadaran masyarakat awam tentang pentingnya pendidikan berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

Bab I PENDAHULUAN. belajar selama 12 tahun dimanapun mereka berada, baik di desa maupun di kota

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. universitas, institut atau akademi. Sejalan dengan yang tercantum pasal 13 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. semua persyaratan akademik yang ditentukan oleh perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dibutuhkan bagi peningkatan dan akselerasi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyelesaikan Tugas Akhir (TA) atau skripsi, skripsi merupakaan karya ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami

Nomer : Fakultas : Semester : PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang terjadi di seluruh dunia menyebabkan tingkat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. dan mampu berkompetisi. Salah satunya dengan melakukan kajian-kajian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. terutama perguruan tinggi mulai sungguh-sungguh dan berkelanjutan mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

I. PENDAHULUAN. Tahapan proses penyelesaian studi strata satu (S1) di perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran untuk siswa

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat beberapa jenjang pendidikan, mulai dari Play Group

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Zaman semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

BAB I PENDAHULUAN. yang kini lebih dikenal sebagai KKNI (Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal dapat ditempuh mulai dari tingkat terendah yaitu pre-school/

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. Individu mulai mengenal orang lain di lingkungannya selain keluarga,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal utama dalam diri yang dapat digunakan individu untuk bertahan dalam mengarungi kehidupan yang penuh tantangan dan persaingan, sehingga tak heran pada saat ini setiap orang berlomba-lomba membekali diri dengan keterampilan dan pendidikan yang lebih tinggi agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, maka jenjang pendidikan tinggi merupakan standar pendidikan yang harus dicapai seseorang. Perguruan tinggi mempunyai peranan dan tanggungjawab cukup besar dalam merancang kurikulum, dan akan menentukan kualitas dari lulusan yang dihasilkan, khususnya peranan lulusan nantinya dalam mengaplikasikan kemampuannya di masyarakat (Isprajin Brotowibowo dkk, 1996). Proses pembelajaran di Perguruan Tinggi tidak ubahnya seperti pelaksanaan pendidikan di jenjang pendidikan sebelumnya; yaitu mempersyaratkan pertemuan tatap muka, menyelesaikan tugas-tugas, menyelenggarakan ujian tengah semester dan ujian akhir semester, serta tugas-tugas lainnya. Sedikit perbedaan terletak dalam menentukan kelulusan pada jenjang pendidikan perguruan tinggi, mahasiswa harus menyelesaikan tugas akhir atau skripsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, skripsi adalah karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya. Pengerjaan skripsi merupakan tahap paling akhir dan menentukan dalam mencapai gelar sarjana. Usaha dan kerja keras yang telah dilakukan bertahun-tahun sebelumnya akan sia-sia jika mahasiswa gagal dalam menyelesaikan skripsi. Dalam menyusun skripsi mahasiswa akan dituntut lebih mandiri dan disiplin dalam mengatur jadwal yang ketat untuk mencapai target- 1

2 target perencanaan yang berkaitan dengan skripsinya, melakukan survey lapangan, berpikir dan menulis secara ilmiah, melakukan proses bimbingan dengan dosen pembimbing, dan mengintegritaskan pengalaman belajar serta teori-teori yang didapat selama perkuliahan pada semester-semester sebelumnya. Universitas X merupakan salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Bandung yang memiliki program studi Psikologi. Menjelang akhir perkuliahan, Fakultas Psikologi mewajibkan mahasiswanya untuk menyelesaikan skripsi sebagai persyaratan untuk dinyatakan lulus sebagai sarjana strata satu (S1) Psikologi. Namun sebagai syarat untuk mengontrak skripsi, mahasiswa wajib terlebih dahulu menyelesaikan mata kuliah Usulan Penelitian (UP) (Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Psikologi Universitas X 2015). Pada mata kuliah Usulan Penelitian (UP), yang sebenarnya merupakan bagian dari skripsi, mahasiswa harus menuntaskan bab satu hingga bab tiga dari usulan penelitian yang akan dijadikan skripsinya. Untuk menuntaskan usulan penelitian ini, mahasiswa harus melakukan proses bimbingan secara individual dan berkesinambungan dengan dua orang dosen pembimbing yang telah ditentukan. Kedua pembimbing tersebut disebut sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Tata Usaha Fakultas Psikologi di Universitas X Bandung pada tahun ajaran semester ganjil 2016/2017 yang mengontrak mata kuliah UP sebanyak 104 orang, yang mengontrak mata kuliah UP hanya satu kali dan dapat mengontrak mata kuliah skripsi pada semester berikutnya hanya 30 orang dan 45 orang mahasiswa mengontrak mata kuliah UP lagi pada semester berikutnya. Pada semester genap 2016/2017 yang mengontrak mata kuliah UP sebanyak 118 orang, yang mengontak mata kuliah UP hanya satu kali dan dapat mengontrak mata kuliah skripsi pada semester berikutnya hanya 8 orang dan 55 orang mahasiswa mengontrak mata kuliah UP lagi pada semester berikutnya.

3 Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP lebih dari satu kali, diperoleh informasi bahwa tertundanya penyelesaian UP karena banyak mengalami hambatan dan kesulitan antara lain hambatan dengan dosen pembimbing, kesulitan dalam menentukan topik, dan tidak bisa menyelaraskan waktu antara mengerjakan UP dengan kegiatan lain. Hal tersebut merupakan hambatan dari luar diri mahasiswa tetapi ada juga hambatan-hambatan yang berasal dari dalam diri mahasiswa itu sendiri yaitu, 6 dari 10 (60%) mahasiswa mengatakan merasa putus asa ketika beberapa topik atau judul yang diajukan kepada dosen pembimbing ditolak, 8 dari 10 (80%) mahasiswa mengatakan merasa malas untuk mulai mengerjakan UP dan mengerjakan revisi yang diberikan oleh dosen pembimbing setelah melakukan proses bimbingan sekian lama masih belum juga memperoleh persetujuan dari dosen pembimbing. 7 dari 10 (70%) mahasiswa mengatakan merasa kurang termotivasi dalam mengerjakan UP karena topik atau judul UP yang dikerjakan tidak sesuai minatnya. Di pihak lain, berdasarkan hasil wawancara dengan 10 mahasiswa yang dapat menyelesaikan UP dalam satu semester diperoleh data, 9 dari 10 (90%) mahasiswa menegaskan perlunya kesungguhan dalam mengerjakan UP, 7 dari 10 (70%) mahasiswa mengatakan dibutuhkannya semangat yang tinggi, tidak mengeluh, rajin melakukan bimbingan, konsisten memprioritaskan proses penyusunan UP dibandingkan aktivitas lainnya, 8 dari 10 (80%) mahasiswa mengatakan pentingnya meneliti sesuatu yang sesuai dengan minat atau ketertarikan yang dimiliki. Menurutnya, orang-orang yang berada di sekitar mahasiswa tersebut juga menjadi faktor pendukung dalam proses pengerjaan UP tersebut contohnya adalah teman-teman yang juga sedang mengerjakan UP dan orangtua yang memberikan motivasi. Orangtua yang menuntut agar mahasiswa tersebut segera menyelesaikan UP mereka dengan berbagai alasan juga merupakan salah satu faktor pendukung mahasiswa dapat menyelesaikan usulan penelitiannya dalam satu semester.

4 Berdasarkan fakta yang sudah diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa dalam mengerjakan UP dibutuhkan konsistensi, ketekunan, dan kerja keras. Ketekunan dan konsisten terhadap minat, diistilahkan oleh Duckworth (2007) sebagai Grit. Menurut, Angela Lee Duckworth (2007) grit adalah gairah, semangat dan antusiasme (passion) yang sangat tinggi disertai ketekunan, ketahanan, konsistensi (perseverance) yang sangat tinggi untuk meraih suatu tujuan jangka panjang, tujuan yang pastinya tidak mudah tetapi sangat bermakna dan layak diperjuangkan. Di dalam grit terdapat dua hal penting, yakni konsistensi minat dan ketekunan usaha. Konsistensi minat diartikan sebagai seberapa konsisten minat seseorang untuk menuju suatu arah, dan ketekunan usaha adalah seberapa keras seseorang berusaha untuk mencapai tujuan. Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti kepada 10 mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP lebih dari satu kali dan 10 mahasiswa yang hanya mengontrak mata kuliah UP hanya satu kali diperoleh data bahwa, sebanyak 8 orang (80%) dari mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP hanya satu kali mengungkapkan bahwa mereka berusaha semaksimal mungkin untuk tekun dalam mengerjakan UP, melakukan perbaikan sesuai dengan arahan yang diberikan oleh dosen pembimbing, bertanya kepada dosen ketika tidak mengerti dan menemukan kesulitan. Hal serupa juga ditemukan pada mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP lebih dari satu kali. Sebanyak 5 orang (50%) mahasiswa juga berusaha untuk tetap konsisten dalam mengerjakan UP, mencari referensi yang dibutuhkan, mengerjakan perbaikan yang diberikan dan bertanya kepada dosen ketika tidak mengerti. Selain itu, sebanyak 9 orang (90%) mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP hanya satu kali mengungkapkan bahwa mereka tidak mengalami perubahan minat setelah mengerjakan UP mereka dan tetap fokus untuk mencapai tujuan mereka yaitu menyelesaikan UP mereka dan menjadi seorang sarjana psikologi. Hal serupa juga ditemukan pada mahasiswa yang mengontrak mata kuliah usulan penelitian lebih dari satu kali. Terdapat 6 orang (60%)

5 mahasiswa yang mengatakan bahwa mereka tidak mengalami perubahan minat setelah mengerjakan UP dan akan tetap fokus. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari survei awal bahwa baik mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP satu kali maupun lebih dari satu kali terdapat mahasiswa yang tidak mengalami perubahan minat ketika mengerjakan UP dan mahasiswa yang mengalami penurunan minat dalam mengerjakan UP. Begitu juga jika dilihat dari usaha yang mahasiswa kerahkan dalam mengerjakan UP terdapat mahasiswa yang bekerja keras dan rajin, ada juga yang tidak. Dengan adanya fakta tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Studi Komparatif Mengenai Grit Pada Mahasiswa Yang Mengontrak Mata Kuliah Usulan Penelitian Satu Kali Dan Lebih Dari Satu Kali di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana perbandingan grit pada mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP satu kali dan lebih dari satu kali di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai grit pada mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP satu kali dan lebih dari satu kali di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung.

6 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan mengenai grit pada mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP satu kali dan lebih dari satu kali di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis Kegunaan teoretis penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi ke dalam ilmu psikologi pendidikan khususnya dalam bidang psikologi positif, mengenai gambaran grit pada mahasiswa yang mengontrak mata kuliah usulan penelitian satu kali dan lebih dari satu kali di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung 2. Memberikan referensi bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai grit. 1.4.2 Kegunaan Praktis Kegunaan praktis penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi kepada mahasiswa yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian mengenai grit, dan mengapa grit menjadi penting dalam menyelesaikan usulan penelitian. 2. Memberikan informasi agar mahasiswa yang sedang mengontrak mata kuliah usulan penelitian dapat mengembangkan dan meningkatkan grit mereka. 3. Memberikan informasi kepada dosen pembimbing dan dosen wali mengenai pentingnya grit dalam menyelesaikan usulan penelitian.

7 1.5 Kerangka Pemikiran Sudah merupakan kewajibannya, jika seorang mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1), harus mengerjakan skripsi sebagai akhir dari rangkaian kurikulum yang harus diselesaikan. Pada Fakultas Psikologi, proses pengerjaan Skripsi tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu bab satu sampai dengan bab tiga menjadi bagian dari Usulan Penelitian (UP); sedangkan bab empat dan lima menjadi bagian dari skripsi. Pada saat pengerjaan UP, mahasiswa diwajibkan melakukan bimbingan individual dengan dua orang dosen pembimbing yang telah ditetapkan fakultas (Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Psikologi Universitas X 2015). Saat melakukan proses bimbingan tersebut, mahasiswa akan dihadapkan dengan pelbagai revisi sesuai umpan balik yang diberikan oleh dosen pembimbing hingga akhirnya UP tersebut dipandang layak untuk diajukan ke tahap seminar. Mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP satu kali dan lebih dari satu kali yang berada dalam rentang usia 20-25 tahun. Menurut Santrock (2012), usia tersebut berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Tugas perkembangan pada masa ini diantaranya adalah mulai bekerja, mendapatkan uang untuk hidup, meraih karier dan berkembang dalam suatu karier. Pada kenyataannya banyak mahasiswa yang mengalami hambatan dan kesulitan untuk lulus dan ada juga mahasiswa yang dapat lulus tepat waktu. Begitu juga fenomena yang terjadi di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung yaitu, sebagian besar mahasiswa mahasiswa tidak berhasil menyelesaikan UP dalam kurun waktu satu semester sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sehingga mengharuskan mahasiswa mengontrak UP lagi di semester berikutnya, tetapi ada juga mahasiswa yang dapat menyelesaikan UP dalam kurun waktu satu semester sesuai dengan batas waktu yang telah di tentukan. Menurut mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP lebih dari satu kali yang menjadi hambatan dalam menyelesaikan UP adalah rasa putus asa ketika beberapa topik atau judul yang diajukan kepada dosen pembimbing ditolak, sering merasa malas untuk mulai

8 mengerjakan UP dan merevisi UP sesuai dengan arahan yang telah diberikan oleh dosen pembimbing, dan merasa kurang termotivasi dalam mengerjakan UP karena topik atau judul UP yang dikerjakan tidak sesuai dengan minatnya. Di pihak lain, menurut mahasiswa yang dapat menyelesaikan UP dalam satu semester mengatakan perlunya kegigihan dalam mengerjakan UP, semangat yang tinggi, tidak mengeluh, rajin melakukan bimbingan, konsisten memprioritaskan proses penyusunan UP dibandingkan aktivitas lainnya dan pentingnya meneliti sesuatu yang sesuai dengan minat atau ketertarikan yang dimiliki. Menurutnya, orang-orang yang berada di sekitar mahasiswa tersebut juga menjadi faktor pendukung dalam proses pengerjaan UP tersebut contohnya adalah teman-teman yang juga sedang mengerjakan UP dan orangtua yang memberikan motivasi. Hal tersebut menunjukan bahwa perlunya konsistensi minat dan ketekunan usaha dalam mengerjakan UP yang disebut dengan Grit. Grit menurut Angela Lee Duckworth (2016) adalah kecenderungan untuk mempertahankan ketekunan dan semangat untuk tujuan jangka panjang yang menantang. Seseorang yang memiliki grit maka dalam berinteraksi dengan lingkungannya akan berpikir, merasa dan bertindak dengan tekun dalam berusaha dan konsisten terhadap tujuan mereka. Di dalam grit terdapat dua aspek, yakni konsistensi minat (passion) dan ketekunan usaha (perseverance) Aspek yang pertama adalah konsistensi minat (passion), diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk tetap konsisten terhadap minatnya dan tujuan yang telah di tentukan sebelumnya. Aspek pertama ini berfokus pada minat dalam jangka waktu yang lama. Seseorang memilih hal-hal yang bermakna di dalam hidupnya yaitu tujuan yang ingin dicapai serta tetap konsisten terhadap tujuan itu. Konsistensi minat dapat terlihat dari minat dan tujuan seseorang yang tidak mudah berubah, tidak mudah teralihkan dengan minat dan tujuan lain dan tetap fokus pada tujuan awalnya. Mereka tidak mudah keluar jalur dari minat yang

9 satu menuju minat lainnya. Mereka tetap fokus dan konsisten menjalani hal yang menjadi minat awalnya. Mahasiswa yang konsisten terhadap minatnya akan terlihat dari minat dan tujuan mahasiswa yang tidak mudah berubah, yaitu mereka akan tetap menjalani kuliah di Fakultas Psikologi hingga lulus dan mendapat gelar sarjana psikologi. Misalnya, mahasiswa tetap fokus dalam menjalani perkuliahannya agar dapat lulus tepat waktu dari Fakultas Psikologi walaupun mahasiswa tersebut tetap aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi di luar maupun didalam Universitas X. Mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP baik satu kali maupun lebih dari satu kali yang memiliki passion tinggi, ia akan lebih fokus dan lebih bersemangat. Ketika mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP merasa bosan dalam mengerjakan UP dan dihadapkan dengan kegiatan yang lebih ia sukai, ia akan berusaha untuk tetap mengerjakan UP hingga masukan yang diberikan oleh dosen pembimbingnya selesai. Sebaliknya, Mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP baik satu kali maupun lebih dari satu kali yang memiliki passion rendah, ketika merasa bosan dalam mengerjakan revisi kemudian dihadapkan dengan kegiatan yang lebih ia sukai, ia akan lebih memilih untuk melakukan kegiatan lain yang lebih ia sukai dan tidak mengerjakan masukan yang diberikan oleh dosen pembimbingnya. Kedua adalah ketekunan usaha (perseverance) yang diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk tetap dapat mempertahankan usahanya. Ketekunan usaha dapat terlihat dari perilaku seseorang yang rajin/ pekerja keras, bertahan dalam menghadapi tantangan dan rintangan serta bertahan terhadap pilihannya. Mahasiswa yang memiliki ketekunan usaha akan memperlihatkan perilaku yang rajin dan mau berusaha dengan keras dalam mencari buku, artikel atau jurnal sebanyak-banyaknya sebagai sumber referensi dalam mengerjakan tugas, mengerjakan tugas yang diberikan dosen, berusaha bertanya dan mencari tahu sendiri

10 jika ada hal-hal yang tidak ia mengerti serta bagaimana mahasiswa tersebut dapat terus melakukan hal ini ketika menjalani perkuliahan. Mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP baik satu kali maupun lebih dari satu kali yang memiliki perseverance tinggi, ia akan lebih berusaha, bekerja keras dan mengerahkan usaha mereka dalam mencapai tujuannya walaupun mengalami hambatan. Ketika mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP dikritik atau dimarahi oleh dosen pembimbingnya, hal tersebut tidak menjadikan dirinya merasa pesimis, namun dirinya akan bangkit dan lebih termotivasi untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebaliknya, mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP baik satu kali maupun lebih dari satu kali yang memiliki perseverance rendah, ketika dikritik atau dimarahi oleh dosen pembimbingnya, hal tersebut akan membuat mahasiswa menjadi kurang termotivasi dan akan merasa pesimis dalam mengerjakan masukan yang diberikan, ia akan menghindar dari dosen pembimbingnya dan merasa malas untuk mengerjakan UP. Mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP baik satu kali maupun lebih dari satu kali memiliki grit yang tinggi, maka ia akan lebih fokus, lebih bersemangat, lebih berusaha dan lebih bekerja keras. Ketika mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP merasa bosan dalam mengerjakan revisi yang diberikan oleh dosen pembimbing, dia akan berusaha untuk tetap fokus dan tidak teralihkan dengan kegiatan lain. Ketika dihadapkan dengan tantangan dan hambatan seperti dikritik atau dimarahi oleh dosen pembimbing, mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP tidak akan merasa pesimis dan akan menjadi lebih termotivasi untuk menjadi lebih baik. Ketika mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP baik satu kali maupun lebih dari satu kali memiliki grit yang rendah, maka ketika merasa bosan, ia akan melakukan kegiatan lain seperti pergi bersama temannya hingga rasa bosannya hilang dan apabila rasa bosannya sudah hilang, ia akan mengerjakan UP kembali dan ketika dihadapkan pada tantangan dan

11 hambatan seperti dikritik dan dimarahi, maka ia akan merasa pesimis dan kurang termotivasi sehingga ia akan berhenti mengerjakan UP tersebut selama beberapa hari kemudian kembali mengerjakan masukan yang diberikan oleh dosen pembimbingnya.

12 Faktor faktor yang mempengaruhi: Faktor Internal: 1. Interest 2. Practice 3. Purpose 4. Hope Faktor Eksternal: Parenting Mahasiswa yang Mengontrak Mata Kuliah Usulan Penelitian di Universitas X Bandung Satu kali Grit Aspek-aspek Grit: 1. Perseverance 2. Passion Faktor faktor yang mempengaruhi: Faktor Internal: 1. Interest 2. Practice 3. Purpose 4. Hope Faktor Eksternal: Parenting D I B A N D I N G K A N Lebih dari satu kali Grit Aspek-aspek Grit: 1. Perseverance 2. Passion Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir

13 1.6 Asumsi Penelitian 1. Dalam menyelesaikan mata kuliah UP, grit dapat dimiliki oleh mahasiswa baik yang mengontrak lebih dari satu kali maupun hanya satu kali. Grit akan tampak jelas jika dilihat dari dua aspek yaitu passion dan perseverance. 2. Mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP lebih dari satu kali dan hanya satu kali cenderung memiliki grit yang bervariasi. Secara rinci pada aspek passion, mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP hanya satu kali memiliki konsistensi minat yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP lebih dari satu kali. Pada aspek perseverance, mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP hanya satu kali memiliki ketekunan usaha yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP lebih dari satu kali 1.7 Hipotesis Terdapat perbedaan derajat grit pada mahasiswa yang mengontrak mata kuliah UP lebih dari satu kali dan hanya satu kali di Universitas X Bandung.