PENANGANAN MASALAH NARKOBA DI INDONESIA H. Moh. Djatmiko*) Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat karena

BAB II PENGATURAN TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PECANDU NARKOTIKA. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Implementasi..., Agustinus Widdy H, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

I. PENDAHULUAN. regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan obat-obatan. terlarang di seluruh dunia tidak pernah kunjung berkurang,

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

J A K A R T A, M E I

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Trend perkembangan kejahatan Narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB III PEMIDANAAN ORANG TUA ATAU WALI DARI PECANDU NARKOTIKA DI BAWAH UMUR MENURUT UU NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB V PENUTUP. Penyalahguna magic mushroom dapat dikualifikasikan sebagai. golongan I sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Namun, jika ada pihak yang mengimpor, mengekspor, memproduksi,

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2017 KERJA BERSAMA PERANG MELAWAN NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BUPATI MALANG. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia ditentukan oleh Bangsa

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyalahgunaan narkoba in telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan.

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas maka penulis mengambil kesimpulan: sering jadi pertimbangan khusus di mana penerapan sanksi pidana

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang kurang perhatian orang tua, dan begitu beragamnya kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1. adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

MENGAPA INDONESIA MENJADI SASARAN SINDIKAT NARKOBA INTERNASIONAL?

BAB IV PENUTUP. Pencurian minyak dengan modus illegal tapping, illegal drilling dan

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab - bab sebelumnya, maka dapat. 1. Upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Sleman dalam

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, baik dari sudut medis, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial

bebas murni oleh pengadilan. Sementara itu vonis hukuman bagi pelaku IL di Indonesia selama ini bervariasi, yaitu antara 1 bulan sampai dengan 9

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB II PERBEDAAN PUTUSAN REHABILITASI DAN PUTUSAN PIDANA PENJARA DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SKRIPSI. UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. (narkotika, zat adiktif dan obat obatan berbahaya) khususnya di kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan, perdagangan gelap narkotika merupakan permasalahan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan.

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB III PENUTUP. mengambil kesimpulan sebagai berikut: dilakukan oleh anak-anak, antara lain : bentuk penanggulangan secara preventif yaitu :

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KURIR NARKOTIKA. A. Sanksi Yang Dapat Dikenakan Kepada Anak Yang Menjadi Kurir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PROVINSI JAWA TENGAH DI UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

OLEH : Ni Ketut Arie Setiawati. A.A Gde Oka Parwata. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

BAB II. A. Sebelum Undang-Undang Nomor 35 Tahun ) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

Transkripsi:

PENANGANAN MASALAH NARKOBA DI INDONESIA H. Moh. Djatmiko*) Abstrak Penyalahgunaan narkoba di Indonesia, sudah sedemikian rupa berkembang dan sangat mengkhawatirkan melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan berbagai macam profesi dari mahasiswa, pelajar, karyawan swasta, karyawan pemerintah, pengemudi angkutan, sampai para pelaut dan pilot pesawat, pejabat eksekutif, legislatif, dan yudikatif, baik ditingkat pusat maupun daerah. Bahkan melibatkan aparat keamanan baik TNI maupun Polri. Genderang perang terhadap peredaran dan penyalahgunaan narkoba terus dikumandangkan di negara negara di dunia, termasuk Indonesia. Namun para sindikat narkoba tidak pernah jera karena narkoba merupakan suatu bisnis yang sangat menguntungkan dari segi financial. Disamping itu bukan tidak mungkin membanjirnya narkoba ke Indonesia juga ditujukan untuk menghacurkan Indonesia melalui generasi mudanya. Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia pada tahun 2011, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba 2,2% atau sekitar 4,2 juta orang dari total populasi penduduk Indonesia berusia 10 tahun hingga 59 tahun. Angka ini diprediksikan meningkat menjadi 2,8 % (5,1 juta) pada tahun 2015. Upaya pencegahan dilakukan dengan Tindakan pencegahan ( Preventif ): Strategi paling mendasar adalah pencegahan yang dimulai dari lingkungan keluarga dan pendidikan. Untuk menciptakan pendidikan yang bebas narkoba haruslah dengan pendekatan sistem secara menyeluruh dan terpadu yang melibatkan seluruh warga sekolah/kampus dan orang tua dengan dukungan tokoh masyarakat, lembaga pemerintah terkait dan penegak hukum serta LSM. Meningkatkan sosialisasi di media cetak dan elektronik khususnya pertelevisian agar membuat suatu program khusus yang disajikan dalam bentuk film atau iklan atau diperkaya dengan berbagai animasi dan penyiarannya dilakukan secara terus menerus sehingga secara otomatis menjadi peringatan mendalam bagi semua orang akan bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan narkoba A. Pendahuluan Penyalahgunaan narkoba di Indonesia, sudah sedemikian rupa berkembang dan sangat mengkhawatirkan melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan berbagai macam profesi dari mahasiswa, pelajar, karyawan swasta, karyawan pemerintah, pengemudi angkutan, sampai para pelaut dan pilot pesawat, pejabat eksekutif, legislatif, dan yudikatif, baik ditingkat pusat maupun daerah. Bahkan melibatkan aparat keamanan baik TNI maupun Polri. *) Drs. H. Moh. Djatmiko,SH, MSi, Rektor Ubhara Jaya Jurnal Kajian Ilmiah Ubhara Jaya Volume 13 Nomer : 1, Januari 2013 1712

Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia pada tahun 2011, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba 2,2% atau sekitar 4,2 juta orang dari total populasi penduduk Indonesia berusia 10 tahun hingga 59 tahun. Angka ini diprediksikan meningkat menjadi 2,8 % (5,1 juta) pada tahun 2015. Selain didalam negeri, WNI diluar negeri juga banyak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Dimana pada tahun 2011 terdapat 284 orang WNI di luar negeri yang di jatuhkan hukuman, karena terlibat dalam kasus narkoba dengan perincian 271 orang di Malaysia dan 13 orang di RRC. Untuk data tahun 2012 kemungkinan besar jumlah WNI di luar negeri yang terkena masalah narkoba bisa bertambah, karena belum ada langkah langkah yang signifikan untuk mengatasi masalah ini. B. FAKTA FAKTA Dari data yang ada penyelundupan ekstasi terbesar ke Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi pada Mei 2012 dari Shenzhen, China. Penyelundupan tersebut dibawa melalui jalur laut dengan menggunakan kapal Y.M Instruction Voyage 935. Kapal bertolak dari pelabuhan Lian Yungan, Shenzhen pada tanggal 28 April 2012, tiba di Tanjung Priok tanggal 8 Mei 2012. Ekstasi dimuat dalam container berisi 12 kardus dan ditemukan 1.412.476 butir ekstasi yang dikemas dalam 16 kemasan bertuliskan Chinese Tea. Penyelundupan narkotika yang bernilai sekitar Rp. 494,3 miliar itu melibatkan oknum yang bertugas di BAIS. Upaya pendistribusian narkoba tidak pernah berhenti khususnya dari negara tetangga yang secara sengaja memasukkan narkoba dari jalur laut masuk melalui pelabuhan. Pengungkapan jaringan narkotika dari Malaysia merupakan hasil pengembangan penangkapan dua warga negara asing dari Malaysia dan satu dari India pada April 2012. Tiga warga negara asing tersebut ditangkap di Apartemen Bilangan Penjaringan, Jakarta Utara. Indonesia bukan lagi sebagai konsumen, tapi juga produsen yang mengekspor narkoba. Angka narkoba yang masuk ke Indonesia dalam jumlah besar menjadi salah satu indikasinya. Narkoba dalam jumlah besar yang disita aparat berpotensi untuk diekspor kembali. Badan Narkotika Nasional menyita hampir 1,5 juta butir ineks yang nilainya tidak kurang dari Rp. 400 miliar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Polda Metro Jaya mengamankan barang bukti 351 kg sabu senilai tidak kurang dari Rp. 700 miliar. Direktorat Narkoba dan Kejahatan Terorganisir Bareskrim Polri, mengungkap Jurnal Kajian Ilmiah Ubhara Jaya Volume 13 Nomer : 1, Januari 2013 1713

gudang ratusan kilogram sabu siap edar beserta 350 karung lebih precursor berupa soda api. Badan narkoba nasional mengungkapkan jumlah pecandu narkoba di Indonesia telah mencapai 3,8 juta jiwa. Orang tua dituntut waspada dan terus melakukan komunikasi dengan anak. Bila ternyata sudah menjadi pemakai dihimbau untuk segera melaporkan ke Badan Nakotika Nasional guna mendapatkan rehabilitasi. Pecandu narkoba sesungguhnya merupakan korban dan musibah bagi keluarga yang harusnya ditolong dan menjadi perhatian bersama. Badan narkotika Nasional menyebutkan uang hasil peredaran gelap narkoba di Indonesia mencapai jumlah 40 hingga 50 triliun rupiah per tahun. Jaringan narkotika internasional yang telah masuk ke Indonesia diantaranya berasal dari Iran, Malaysia dan Tiongkok. Angka penyalahgunaan narkotika di Indonesia setiap tahun terus menunjukkan peningkatan. Tahun 2011 lalu, BNN memperkirakan jumlah pengguna narkotika di Indonesia mencapai 5 juta orang, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 4,02 juta orang. Para pemakai narkotika itu mayoritas berusia antara 20 hingga 40 tahun. Dalam peringatan Hari Anti Narkoba Internasional tanggal 26 Juni 2011 lalu, Presiden RI telah menegaskan bahwa Narkoba merupakan salah satu jenis kejahatan serius. Oleh karena itu, Badan Narkoba Nasional selaku Focal Point dan Executing agency dalam pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba diminta untuk dapat lebih serius, aktif, dan ambisius dalam menanggulangi permasalahan narkoba. Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanan Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2011 2015. Dalam inpres ini Presiden memerintahkan kepada seluruh Menteri, Pejabat Setingkat Menteri, Panglima TNI, Kapolri, Kepala LPNK, Gubernur, dan Bupati/Walikota bersama seluruh komponen masyarakat lainnya untuk mengambil langkah langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing masing dalam melaksanakan Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2011 2015 melalui pencapaian Indonesia Bebas Narkoba Tahun 2015 sebagai tahap awal dalam menciptakan Indonesia Negeri Bebas Narkoba. Jurnal Kajian Ilmiah Ubhara Jaya Volume 13 Nomer : 1, Januari 2013 1714

United National Office on Drugs and Crime memperkirakan sekitar 272 juta orang atau 3.3 % - 6 % penduduk dunia berusia 16 64 tahun pernah menggunakan Narkoba. Perkembangan peredaran gelap Narkoba di tanah air sendiri belakangan ini terlihat semakin marak. Menurut kadiv. Humas Mabes Polri, bahwa pada triwulan pertama pada tahun 2012, sebanyak 45 anggota Polri ditindak, karena terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Sementara untuk tahun 2011, terdapat 102 kasus penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh anggota dengan melibatkan 227 personil yang terdiri dari 14 Pamen, 18 Pama, 192 Bintara dan 3 PNS Polri. Tentunya angka keterlibatan anggota Polri dalam penyalahgunaan narkoba ini belum menunjukan angka yang sebenarnya, karena masih banyak anggota Polri yang terlibat masalah narkoba yang belum terungkap. Ibarat gunung es, yang terungkap hanyalah dipermukaannya saja. C. PEMBAHASAN Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar, merupakan potensi pasar yang sangat baik bagi sindikat sindikat narkoba. Sasaran utama bisnis narkoba pada umumnya kaum remaja yang pada masanya masih ingin mencoba segala sesuatu yang baru dan pada umumnya pedagang narkoba pada awalnya memberikan secara gratis. Karena dampak mengkonsumsi narkoba itu adalah ketagihan/kecanduan, setelah kecanduan, maka pedagang narkoba itu akan memberi harga yang tinggi bagi dagangannya Genderang perang terhadap peredaran dan penyalahgunaan narkoba terus dikumandangkan di negara negara di dunia, termasuk Indonesia. Namun para sindikat narkoba tidak pernah jera karena narkoba merupakan suatu bisnis yang sangat menguntungkan dari segi financial. Disamping itu bukan tidak mungkin membanjirnya narkoba ke Indonesia juga ditujukan untuk menghacurkan Indonesia melalui generasi mudanya. Kita sadar bahwa penggunaan narkoba di Indonesia akhir akhir ini telah menjadi suatu masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius dari semua pihak, baik pemerintah, praktisi hukum, orangtua, para pendidik maupun kalangan remaja agar menyadari bahaya narkoba bagi bangsa Indonesia kedepan. Dari sisi medis, narkoba memang dilegalkan dan hanya digunakan untuk keperluaan medis. Tapi bila digunakan diluar keperluan medis, narkoba membawa dampak membahayakan bagi para pemakainnya. Penyalahgunaan narkoba diluar kepentingan medis merupakan perbuatan melanggar hukum, oleh karena itu para Jurnal Kajian Ilmiah Ubhara Jaya Volume 13 Nomer : 1, Januari 2013 1715

produsen, pengedar dan jaringannya, serta pemakainya harus ditindak tegas. Untuk penanggulangan penyalahgunaan narkoba diperlukan upaya yang terpadu dan komprehensif yang meliputi upaya preventif, represif, terapi dan rehabilitasi. Modus operandi para warga negara Indonesia yang terlibat narkoba di luar negeri, sebagian besar adalah : mayoritas tenaga kerja wanita yang direktrut dengan janji ditawari pekerjaan atau dijadikan teman dekat (dinikahi), kemudian mereka dititipi tas yang tidak diketahui isinya, kemudian diselundupkan ke negeri lain. Sampai saat ini upaya pemerintah dan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia, untuk memberikan sosialisasi dan pertimbangan bagi tenaga kerja wanita agar tidak terjerat sindikat narkoba masih belum optimal. Terbukti dengan banyaknya warga negara Indonesia di luar negeri yang tersangkut masalah hukum tentang narkoba. Penegakan hukum yang keras dan vonis pengadilan sesuai Undang Undang Narkotika No. 35 Tahun 2009 perlu diterapkan dengan kosisten. Sangat ironis warga negara Indonesia, yang hanya menjadi kurir narkoba di Malaysia yang divonis hukuman mati, sebaliknya warga negara Malaysia yang menyelundupkan 44 kg sabu sabu hanya dijatuhkan hukuman seumur hidup dan penjara 20 tahun. Kemungkinan keterlibatan sindikat narkoba terhadap upaya mengatur proses hukum sampai dengan vonis hakim yang melibatkan para pelaku kejahatan narkoba di Indonesia bisa dimungkinkan. Pasar narkoba di lembaga pemasyarakatan, keterlibatan oknum oknum aparatur pemerintah dan penegak hukum dalam peredaran narkoba kini semakin terkuak dengan terungkapnya beberapa kasus bisnis narkoba di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Bahkan yang sangat sulit diterima oleh pikiran sehat dan seolah tidak bisa dipercaya adalah beberapa orang narapidana yang mendekam sebagai penghuni Lembaga Pemasyarakatan dengan leluasa bisa menjadi bandar yang mengatur peredaran narkoba dari dalam sel yang seharusnya steril dari sarana komunikasi seperti telepon dan alat pendukung kegiatan bisnis lainnya. Tetapi fakta yang terjadi sungguh sungguh bertolak belakang dengan segala peraturan yang semestinya ditegakkan di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan. D. KESIMPULAN DAN SARAN SARAN 1. Kesimpulan a. Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat membahayakan, karena tidak hanya melibatkan masyarakat umum, tetapi sudah melibatkan para pejabat Jurnal Kajian Ilmiah Ubhara Jaya Volume 13 Nomer : 1, Januari 2013 1716

negara, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Bahkan yang lebih parah lagi aparat kepolisian yang bertugas untuk memberantas narkoba, justru ada yang terlibat dalam kejahatan tersebut. b. Indonesia bukan lagi menjadi negara konsumen narkoba, tapi cenderung sudah berkembang menjadi produsen, dan pengekspor narkoba. c. Peran serta masyarakat belum optimal, walaupun berbagai langkah sudah dilakukan, namun upaya pencegahan ditingkat keluarga maupun masyarakat masih perlu ditingkatkan. d. Ada indikasi pelemahan kekuatan bangsa dari pihak luar dengan menggunakan narkoba khususnya terhadap generasi muda sebagai penerus perjuangan bangsa. 2. Saran Saran a. Tindakan pencegahan (Preventif) 1). Strategi paling mendasar adalah pencegahan yang dimulai dari lingkungan keluarga dan pendidikan. Untuk menciptakan pendidikan yang bebas narkoba haruslah dengan pendekatan sistem secara menyeluruh dan terpadu yang melibatkan seluruh warga sekolah / kampus dan orang tua dengan dukungan tokoh masyarakat, lembaga pemerintah terkait dan penegak hukum serta LSM. 2). Meningkatkan sosialisasi di media cetak dan elektronik khususnya pertelevisian agar membuat suatu program khusus yang disajikan dalam bentuk film atau iklan atau diperkaya dengan berbagai animasi dan penyiarannya dilakukan secara terus menerus sehingga secara otomatis menjadi peringatan mendalam bagi semua orang akan bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan narkoba. 3). Pembersihan internal secara intensif melalui hukuman yang berat kepada para penegak hukum yang terlibat dalam kasus narkoba harus diterapkan secara konsisten menjadi komitmen bersama. 4). Hindari masalah narkoba menjadi alat atau sarana bargaining politik antar negara karena ini sebagai kelemahan mendasar gagalnya penanggulangan narkoba. b. Tindakan penegakan hukum ( represif ) 1). upaya penegakan hukum harus dipertegas dan lebih keras terhadap pengedar narkoba dan aktor intelektualnya. Jurnal Kajian Ilmiah Ubhara Jaya Volume 13 Nomer : 1, Januari 2013 1717

2). Para penegak hukum terkait ( Polisi, Bea Cukai, Imigrasi, Jaksa, Hakim dan petugas LP ) yang terbukti bermain dalam penegakan hukum, sehingga hukum dapat dibeli/diatur harus diberikan sanksi yang tegas. Agar dicegah sindikat narkoba mampu mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses penegakan hukum. 3). Pengawal terdepan untuk mencegah masuknya narkoba dari luar negeri (Polisi, Bea Cukai, Imigrasi, TNI AL) harus benar benar melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar tanpa pandang bulu serta harus bersih dari pengaruh auditif narkoba. 4). Hukuman terhadap produsen dan pengedar narkoba saat ini dirasakan belum membuat efek jera bagi sindikat sindikat narkoba, sehingga perlu dibuat hukuman yang berat agar semua yang terlibat dalam peredaran narkoba menjadi jera. Sebagai contoh : pemerintah Singapura sejak awal telah menerapkan kebijakan mengenai narkoba dengan membuat undang undang yang memuat antara lain : bagi siapapun yang terbukti membawa/mengedarkan narkoba lebih dari 0,05 gram diancam hukuman mati dan ini dilaksanakan dengan konsekwen dan konsisten sehingga Singapura bersih dari narkoba bahkan hampir tidak ada orang yang berani membawa narkoba melalui/transit saja di Singapura. 5). Kerjasama antar negara harus lebih ditingkatkan agar sindikat narkoba tidak mempunyai ruang gerak dalam melakukan bisnisnya. DAFTAR PUSTAKA 1. Siswanto, H, Politik Hukum Dalam Undang Undang Narkotika, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, Tahun 2012. Jurnal Kajian Ilmiah Ubhara Jaya Volume 13 Nomer : 1, Januari 2013 1718

2. Soekanto, Soerjono, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Tahun 2004. 3. Suyono. AR, Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkoba, PT. Sinar Grafika, Jakarta, Tahun 2011. 4. Undang Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkoba. 5. http://www.tempo.co.id 6. http://www.gatra.com 7. http://www.bnn.go.id 8. Majalah bulanan Polda Metro Jaya Jaya, Dharma Sevaka, Edisi 65, Tahun 2012. Jurnal Kajian Ilmiah Ubhara Jaya Volume 13 Nomer : 1, Januari 2013 1719