KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Nomor 16 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT. NOMOR : 9 Tahun 2013


PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2011

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2010 TENTANG GRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No.856, 2014 BASARNAS. Standar Operasional Prosedur. Penyusunan. Pedoman.

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA,

2013, No Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

WALIKOTA BANDA ACEH PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH TAHUN

PERATURAN BUPATI PINRANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN SAL;SSA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Re

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG

, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

2016, No ); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Repu

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotis

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA MALANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG


MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI BUPATI SINJAI,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 43

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14A/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA PENGADILAN NEGERI BANTUL

ANGAN Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

4. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi ; 5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tam

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

, No.1993 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahu

MEMUTUSKAN: : PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG LOKET PELAYANAN PERTANAHAN BAB I UMUM

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 97 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 26 TAHUN 2013

- 1 - LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG

2017, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4616); 2. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.581,2012

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/265/2015 TENTANG

2016, No Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

2017, No Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sip

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 11/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/165/2015 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

BERITA NEGARA. No.730, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Standar Operasional Prosedur. Pedoman.

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/16/KEP/ /2013 TENTANG

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 178/HUK/2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BATAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 212/KA/XII/2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

2 Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Org

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lemb

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 23 /KPTS/013/2015 TENTANG

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

2017, No Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indo

Memahami Standar Operasional Prosedur. Kementerian Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 121 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2012 TENTANG

BUPATI KARO PROPINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan

BUPATI MURUNG RAYA PROPINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

2017, No Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran N

2016, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 13); 4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 201

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2015

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013

2016, No Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indones

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasaan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nom

Transkripsi:

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan tugas dan fungsi serta untuk mendukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi maka perlu disusun Standar Operasional Prosedur di Lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial tentang Standar Operasional Prosedur Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 2025; 2. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 2014; 3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Tatalaksana (Business Process); 4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 649); 5. Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia. MEMUTUSKAN

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL. Pasal 1 Standar Operasional Prosedur Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini. Pasal 2 Standar Operasional Prosedur Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 menjadi acuan pelaksanaan tugas dan fungsi bagi pegawai di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. Pasal 3 Standar Operasional Prosedur Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial ini dapat diubah sesuai dengan kebutuhan dimasa mendatang, yang penetapannya dilakukan dengan Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial. Pasal 4 Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Januari 2014 SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd DANANG WIJAYANTO

-3- LAMPIRAN I PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL I. Latar belakang Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan atau yang lebih dikenal dengan SOP AP merupakan kebijakan pemerintah yang digulirkan dalam rangka mendukung kebijakan Reformasi Birokrasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme. Kebijakan ini pertama kali diintrodusir dalam Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi yang pada diktum 4 (empat) menyatakan bahwa meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik baik dalam bentuk jasa ataupun perijinan melalui transparansi dan standarisasi pelayanan yang meliputi persyaratanpersyaratan, target waktu penyelesaian dan tarif biaya yang harus dibayar oleh masyarakat untuk mendapat pelayanan tersebut sesuai dengan perundang-undangan dan menghapuskan pungutan-pungutan liar. Selanjutnya seiring dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/15/M.PAN/7/2008 Tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi yang merupakan penegasan kebijakan Reformasi Birokrasi, maka dikeluarkanlah kebijakan yang spesifik langsung mengatur mengenai SOP AP pada instansi pemerintah di tingkat pusat maupun di daerah berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan. Peraturan tersebut berisi sebuah kebijakan yang mengatur mengenai penyusunan standar operasional prosedul pada Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Komisi Yudisial sebagai Lembaga Negara yang mendukung kebijakan Reformasi Birokrasi memandang perlu untuk menyusun pedoman tentang

-4- standar operasional prosedur yang dapat bersifat operasional dan bertujuan untuk mempercepat tercapainya tujuan reformasi birokrasi yaitu membangun dan membentuk profil dan perilaku aparatur negara yang memiliki integritas dan produktivitas tinggi, bertanggungjawab dan memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang prima melalui pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business process) dan aspek sumber daya aparatur. Dengan disusunnya pedoman SOP diharapkan dapat diperoleh fungsi kontrol terhadap perilaku pegawai di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial tentang cara kerja aparatur dalam melakukan peran keorganisasiannya secara terus menerus dalam pelaksanaan tugas dan tanggugjawabnya. Selain itu, dengan adanya SOP maka segala tingkah laku pegawai yang melakukan tindakan terkait dengan administrasi pemerintahan memiliki langkah-langkah yang sama, dengan demikian maka setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan menghasilkan output sementara maupun output akhir yang sama meskipun terdapat perbedaan pelaksanaan dengan pengguna produk yang berbeda. II. Tujuan dan Manfaat Semangat yang terkandung dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan adalah untuk memberikan acuan/pedoman bagi instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menyusun SOP di lingkungan masing-masing dalam rangka pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Adapun tujuan dari penyusunan SOP di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial adalah: 1. agar setiap staf pelaksana sampai dengan tingkat Eselon I memiliki sistem tata kerja yang efektif; 2. mewujudkan penyempurnaan proses penyelenggaraan ketatalaksanaan; 3. mewujudkan ketertiban dalam penyelenggaraan pemerintahan; 4. mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. SOP sebagai sebuah dokumen yang berisi tentang prosedur pelaksanaan pekerjaan administrasi dapat memberi manfaat bagi organisasi, yaitu:

-5-1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan khusus, mengurangi kesalahan dan kelalaian; 2. SOP dapat membantu pegawai lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi menejemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari; 3. Meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasikan tanggung jawab khusus dalam melaksanakan tugas; 4. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan cara konkrit bagi pegawai untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah dilakukan; 5. Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu pegawai baru untuk cepat melakukan tugasnya; 6. Menunjukkan kinerja organisasi yang efisien dan dikelola dengan baik; 7. Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai di setiap bagian pelayanan dalam melaksanakan pemberian pelayanan sehari-hari; 8. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian pelayanan; 9. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam memberikan pelayanan; 10. Menjamin proses pelayanan tetap berjalan dalam berbagai situasi. 11. Menyediakan metode terbaik pada setiap unit/bagian pelaksana administrasi pemerintahan dalam mengoperasionalisasikan dokumen organisasi dengan peraturan, rencana, kebijakan, strategi operasional, kerjasama, dsb; 12. Mempercepat pendokumentasian konsep-konsep penting, teknik, dan persyaratan ke dalam format yang dapat segera digunakan oleh pegawai di setiap unit kerja dalam pekerjaan sehari-hari; dan 13. Membantu menyatukan operasional unit kerja dengan pekerjaan pimpinan.

-6- III. Pengertian Dalam Peraturan Sekretaris Jenderal ini perlu dijelaskan beberapa pengertian sebagai berikut: 1. Standar Operasional Prosedur yang selanjutnya disebut dengan SOP adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraaan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. 2. Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial adalah aparatur pemerintah yang di dalam menjalankan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada pimpinan Komisi Yudisial. 3. Pegawai adalah pegawai di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial yang terdiri atas pejabat struktural, PNS/CPNS dan non PNS yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial. Selain pengertian diatas, format SOP yang disusun terdiri atas pertama, bentuk format diagram alir bercabang (branching flowcharts); kedua, pendeskripsian aktivitas administrasi pemerintahan yang menggunakan lima simbol flowchart; ketiga, pendeskripsian aktor dipisahkan dari aktivitas; dan keempat, pendeskripsian dilengkapi data identitas, mutu baku dan keterangan. Sehingga dalam peraturan ini perlu dijelaskan makna simbol-simbol yang tergambar dalam SOP, sebagai berikut: : simbol Kapsul/Terminator; Untuk mendeskripsikan kegiatan mulai dan berakhir. : Simbol Kotak/Process; Untuk mendeskripsikan proses atau kegiatan eksekusi. : Simbol Belah Ketupat/Decision; Untuk mendeskripsikan kegiatan pengambilan keputusan. : Simbol Panah/Arrow; Untuk mendeskripsikan arah/proses kegiatan. : Simbol Segilima/Off page Connector. Untuk mendeskripsikan hubungan antar simbol yang berbeda halaman.

-7- IV. Ruang Lingkup Ruang lingkup pelaksanaan pedoman SOP dalam peraturan ini meliputi seluruh elemen pegawai pada masing-masing Biro/Pusat di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. SOP yang telah disusun merupakan penggambaran rangkaian proses kerja yang dimulai dari staf pelaksana hingga pada tataran pengambil keputusan, sebagaimana terlampir dalam Lampiran II Peraturan Sekretaris Jenderal ini. V. Prinsip Pelaksanaan SOP Dalam melaksanakan SOP, setiap unit kerja di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Konsisten. SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh siapapun, dan dalam kondisi apapun oleh seluruh jajaran di lingkungan Sekretariat Jenderal. 2. Komitmen. SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran di lingkungan Sekretariat Jenderal, dari tingkatan yang paling rendah hingga tertinggi. 3. Perbaikan berkelanjutan. Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap penyempurnaanpenyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-benar efisien dan efektif. 4. Mengikat. SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan. 5. Seluruh unsur memiliki peran penting. Seluruh pegawai memiliki peran tertentu dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika pegawai tertentu tidak melaksanakan perannya dengan baik, maka akan mengganggu keseluruhan proses, yang akhirnya berdampak pada proses penyelenggaraan ketatalaksanaan. 6. Terdokumentasi dengan baik. Seluruh prosedur yang telah distandarkan harus didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan referensi bagi setiap mereka yang memerlukan.

-8- VI. Penutup Meskipun SOP merupakan bagian kecil dari aspek penyelenggaraan administrasi pemerintahan, namun demikian SOP memiliki peran yang besar untuk menciptakan pemerintahan yang efektif, efisien dan konsisten dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Implementasi SOP memerlukan partisipasi penuh dari seluruh pegawai di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. Tuntutan partisipasi penuh dari seluruh jajaran Sekretariat Jenderal dilandasi dengan alasan bahwa pelaksana adalah subyek yang paling mengetahui kondisi yang ada dan yang akan langsung terkena dampak dari perubahan tersebut. Oleh karena itu, pedoman ini menjadi instrumen yang penting untuk mendorong setiap Biro/Pusat di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial dalam memperbaiki proses tata kerja internal masing-masing sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Januari 2014 SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd DANANG WIJAYANTO