LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG GELAR KEHORMATAN, WARGA KEHORMATAN, DAN PENGHARGAAN DAERAH

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG GELAR DAERAH

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PENGHARGAAN TERHADAP INSAN BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

2016, No Pembangunan tentang Pedoman Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan P

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN MANAJEMEN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 123 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PP 25/1994, TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

URGENSI DIKELUARKANNYA PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PPPK.

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TANDA PENGHARGAAN DHARMA PERSANDIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR fc» TAHUN 2017 TENTANG

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG GELAR, TANDA JASA, TANDA KEHORMATAN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502);

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL GALUH PAKUAN TELEVISI KABUPATEN PURWAKARTA

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR : 11 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) BUPATI SITUBONDO,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 74 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2016

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TANDA PENGHARGAAN DHARMA PERSANDIAN

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 2 TAHUN : 1994 SERI : D

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2017 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

GubernurJawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN BAGI TENAGA KONTRAK PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

BUPATI PADANG LAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2OO9 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

TAR BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

2015, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 92 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 102 TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.604, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Pengangkatan. Pemberhentian. Asisten Ombudsman. Prosedur.

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN HAKIM AD HOC PENGADILAN PERIKANAN

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik I

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 24 Tahun : 2014

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 7 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI LANDAK PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG MOBILE TEACHER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN GELAR KEHORMATAN, PENGHARGAAN DAERAH DAN WARGA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa pemberian penghargaan kepada seseorang dan/atau badan yang telah berjasa kepada Pemerintah Daerah dan pembangunan Daerah, telah diatur berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 3 Tahun 1973 tentang Pemberian Penghargaan Kepada Seseorang dan/atau Badan yang Berjasa Dalam Kesejahteraan Masyarakat dan/atau Pembangunan Daerah; b. bahwa sehubungan peraturan daerah sebagaimana dimaksud dalam huruf a sudah tidak sesuai lagi dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah, maka perlu ditinjau kembali dan dilakukan penyesuaian; 1

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pemberian Gelar Kehormatan, Penghargaan Daerah dan Warga Kehormatan. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 2

4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5023); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5115); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 121, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5258); 3

4 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Garut (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2008 Nomor 37) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 6 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Garut (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2012 Nomor 6); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Garut Nomor 2). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GARUT dan BUPATI GARUT MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBERIAN GELAR KEHORMATAN, PENGHARGAAN DAERAH DAN WARGA KEHORMATAN.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Garut. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Garut. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 5. Gelar Kehormatan adalah gelar yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada seseorang yang telah berprestasi, berjuang dan berjasa kepada Daerah. 6. Penghargaan Daerah adalah penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada seseorang dan/atau badan karena dinilai telah menyumbangkan pikiran, karya, karsa, atau cipta, dan darma bakti yang bermanfaat bagi Daerah. 7. Warga Kehormatan adalah gelar yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada warga di luar Kabupaten Garut atas jasa, pengabdian, dan kepedulian kepada Daerah. 8. Tanda Penghargaan adalah penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada seseorang dan/atau badan atas darma bakti dan kesetiaan yang luar biasa terhadap Daerah. 9. Penghargaan Pengabdian adalah penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada Pegawai Negeri Sipil yang dengan penuh kesetiaan, pengabdian, kedisiplinan, dan prestasi kerja, telah mengabdi selama 10 (sepuluh), 20 (dua puluh), dan 30 (tiga puluh) tahun. 5

10. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. 11. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. 12. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. 13. Pegawai Aparatur Sipil Negara Teladan adalah penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada Pegawai ASN yang berprestasi berdasarkan penilaian. 14. Warga Daerah adalah penduduk Kabupaten Garut. 15. Badan adalah kesatuan institusi Pemerintah, Organisasi Perangkat Daerah, badan hukum perdata, lembaga, organisasi sosial, dan organisasi kemasyarakatan yang melakukan kegiatan di Daerah. 16. Karya, Karsa, dan Cipta adalah hasil perbuatan dan daya jiwa yang mendorong seseorang untuk berkehendak dan kemampuan berpikir untuk mengadakan sesuatu yang baru, yang mempunyai nilai prestasi dan manfaat bagi Daerah. BAB II MAKSUD, TUJUAN DAN ASAS Bagian Kesatu Maksud 6

Pasal 2 Pemberian Gelar Kehormatan, Warga Kehormatan, dan Penghargaan Daerah dimaksudkan sebagai pengakuan dan apresiasi Pemerintah Daerah atas jasa-jasa yang bermanfaat bagi Daerah. Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 Gelar Kehormatan, Warga Kehormatan dan Penghargaan Daerah diberikan kepada seseorang dan/atau badan, dengan tujuan : a. memberikan pengakuan berupa penghargaan atas jasa dalam bidang cipta, karsa dan karya yang bermanfaat bagi Daerah atau telah berjuang bagi Daerah; b. memberikan motivasi kepada orang atau badan untuk berperan secara aktif dalam pembangunan di Daerah yang bersifat fisik materil maupun mental spriritual, sehingga dapat terwujud kondisi masyarakat yang dinamis dan kreatif; dan c. menumbuhkembangkan sikap keteladanan bagi setiap orang dan badan, serta mendorong semangat melahirkan karya terbaik bagi kemajuan Daerah. Bagian Ketiga Asas Pasal 4 Gelar Kehormatan, Warga Kehormatan dan Penghargaan Daerah, diberikan berdasarkan asas : a. kebangsaan; b. kemanusiaan; c. kerakyatan; d. keadilan; e. keteladanan; 7

f. kehati-hatian; g. keobjektifan; h. keterbukaan; i. kesetaraan; dan j. kearifan lokal. 8 BAB III JENIS DAN BENTUK Bagian Kesatu Jenis Gelar Kehormatan, Penghargaan Daerah dan Warga Kehormatan Pasal 5 (1) Jenis Gelar Kehormatan yang dapat diberikan oleh Pemerintah Daerah meliputi : a. Putra Utama; b. Putra Madya; c. Putra Pratama. (2) Jenis Penghargaan Daerah yang dapat diberikan oleh Pemerintah Daerah meliputi : a. Tanda Penghargaan; b. Penghargaan Kinerja Kecamatan; c. Penghargaan Pengabdian; dan d. Pegawai ASN Teladan. (3) Selain jenis Gelar Kehormatan dan Penghargaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Pemerintah Daerah dapat memberikan jenis gelar Warga Kehormatan. Bagian Kedua Bentuk Gelar Kehormatan, Penghargaan Daerah dan Warga Kehormatan

Pasal 6 (1) Bentuk Gelar Kehormatan, Penghargaan Daerah dan Warga Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dapat berupa : a. Pataka Purwa Inten Kadaton; b. piagam; c. medali semat bertalikan pita; d. medali semat; e. medali gantung; f. piala/trofi; g. bentuk penghargaan lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Ketentuan mengenai bentuk Gelar Kehormatan, Penghargaan Daerah dan Warga Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f diatur sebagai berikut : a. Pataka Purwa Inten Kadaton terbuat dari kain beludru dengan warna biru tua, berukuran 125 x 70 cm, serta menggunakan benang emas untuk bordiran huruf; b. piagam bersampul dicetak, dengan ukuran 41,5 cm x 29 cm, dengan warna kombinasi seperti warna-warna lambang Daerah; c. mendali semat berwarna emas, perak dan perunggu berlambang Daerah dengan bertalikan pita terbuat dari kain sutra berwarna biru, hijau dan kuning; d. mendali semat berwarna emas, perak dan perunggu dengan gambar lambang Daerah; e. mendali gantung berwarna emas, perak dan perunggu dengan gambar lambang Daerah, terbuat dari kain sutra berwarna biru, hijau dan kuning; dan f. piala/trofi, dengan ketentuan antara lain: 1. bahan terbuat dari unsur kayu berwarna coklat dan marmer berwarna abu-abu; 2. tulisan menggunakan warna emas; 9

3. terdapat lambang Daerah; dan 4. ukuran antara 50 cm sampai dengan 100 cm. (3) Desain Pataka Purwa Inten Kadaton sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. BAB IV PENERIMA DAN SYARAT MEMPEROLEH GELAR KEHORMATAN, PENGHARGAAN DAERAH DAN WARGA KEHORMATAN Bagian Kesatu Penerima Gelar Kehormatan, Penghargaan Daerah dan Warga Kehormatan Paragraf 1 Penerima Gelar Kehormatan Pasal 7 (1) Pemerintah Daerah memberikan Gelar Kehormatan Putra Utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a kepada : a. warga Daerah yang berprestasi di tingkat internasional; atau b. warga Daerah yang berjuang di Daerah dan/atau gugur demi membela bangsa dan negara. (2) Gelar Kehormatan Putra Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk : a. piagam; b. medali gantung berwarna emas; dan/atau c. penghargaan lainnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 10

Pasal 8 (1) Pemerintah Daerah memberikan Gelar Kehormatan Putra Madya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b kepada warga Daerah yang berprestasi di tingkat nasional. (2) Gelar Kehormatan Putra Madya sebagaimana diamksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk : a. piagam; b. medali gantung berwarna perak; dan/atau c. penghargaan lainnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 9 (1) Pemerintah Daerah memberikan Gelar Kehormatan Putra Pratama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c kepada warga Daerah yang berprestasi di tingkat Provinsi, regional/wilayah atau Daerah. (2) Gelar Kehormatan Putra Pratama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dalam bentuk : a. piagam; b. medali gantung berwarna perunggu; dan/atau c. penghargaan lainnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Paragraf 2 Penerima Penghargaan Daerah Pasal 10 (1) Pemerintah Daerah memberikan Tanda Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a kepada perseorangan atau badan. (2) Tanda Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dalam bentuk : a. piagam; 11

b. piala/trofi; c. uang pengabdian atau uang penghargaan; dan/atau d. penghargaan lainnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 11 (1) Pemerintah Daerah memberikan Penghargaan Kinerja Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b kepada Kecamatan yang berprestasi dalam pelaksanaan penyelenggeraan tugas umum pemerintahan dan pelaksanaan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati. (2) Penghargaan Kinerja Kecamataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dalam bentuk : a. Pataka Purwa Inten Kadaton; b. piagam; dan c. penghargaan lainnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 12 Pasal 12 (1) Pemerintah Daerah memberikan Penghargaan Pengabdian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b kepada PNS di lingkungan Pemerintah Daerah, berdasarkan masa kerja dan purna bakti. (2) Masa kerja PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. 10 (sepuluh) tahun; b. 20 (dua puluh) tahun; dan c. 30 (tiga puluh) tahun. (3) Penghargaan Pengabdian bagi PNS yang telah bekerja selama 10 (sepuluh) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diberikan dalam bentuk : a. piagam; b. medali semat berwarna perunggu; dan

c. penghargaan lainnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Penghargaan Pengabdian bagi PNS yang telah bekerja selama 20 (dua puluh) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diberikan dalam bentuk : a. piagam; b. medali semat berwarna perak; dan c. penghargaan lainnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Penghargaan Pengabdian bagi PNS yang telah bekerja selama 30 (tiga puluh) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diberikan dalam bentuk : a. piagam; b. medali semat berwarna emas; dan c. penghargaan lainnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (6) PNS yang memasuki masa purnabakti, diberikan penghargaan pengabdian dalam bentuk : a. piagam; dan b. penghargaan lainnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 13 (1) Pemerintah Daerah memberikan penghargaan kepada Pegawai ASN Teladan lingkungan Pemerintah Daerah. (2) Penghargaan Pegawai ASN Teladan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk : a. piagam b. mendali semat bertalikan pita; dan/atau c. penghargaan lainnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 13

Paragraf 3 Penerima Warga Kehormatan Pasal 14 (1) Pemerintah Daerah memberikan Gelar Warga Kehormatan kepada seseorang yang berstatus bukan warga Daerah. (2) Gelar Warga Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dalam bentuk : a. piagam; b. mendali semat bertalikan pita; dan/atau c. penghargaan lainnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Syarat Memperoleh Gelar Kehormatan, Penghargaan Daerah dan Warga Kehormatan Paragraf 1 Syarat Memperoleh Gelar Kehormatan Pasal 15 (1) Syarat untuk memperoleh Gelar Kehormatan Putra Utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a, adalah : a. warga Daerah; b. taat dan setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; dan d. memiliki karya nyata yang diakui secara internasional karena mempunyai manfaat bagi Daerah. 14

(2) Syarat untuk memperoleh Gelar Kehormatan Putra Utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, adalah : a. pernah memimpin dan/atau melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa di Daerah; b. memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi; dan c. melakukan perjuangan yang mempunyai jangkauan luas dan berdampak kepada Daerah. Pasal 16 Syarat untuk memperoleh Gelar Kehormatan Putra Madya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, adalah : a. warga Daerah; b. taat dan setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; dan d. memiliki karya nyata yang diakui secara nasional karena mempunyai manfaat bagi Daerah. Pasal 17 Syarat untuk memperoleh Gelar Kehormatan Putra Pratama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, adalah : a. warga Daerah; b. taat dan setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; dan 15

c. memiliki karya nyata yang diakui di tingkat Provinsi, regional/wilayah atau Daerah. Paragraf 2 Syarat Memperoleh Penghargaan Daerah Pasal 18 Syarat untuk memperoleh Tanda Penghargaan untuk seseorang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) adalah : a. warga Daerah; b. taat dan setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; dan d. telah melakukan upaya, tindakan dan kegiatan di berbagai bidang pembangunan yang bermanfaat bagi Daerah. Pasal 19 Syarat untuk memperoleh Tanda Penghargaan untuk Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) adalah : a. berdomisili di Daerah; b. dibentuk berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan; c. telah menerapkan prinsip-prinsip kepengurusan atau pengelolaan yang baik, sesuai ketentuan peraturan perundangundangan; d. telah melakukan upaya, tindakan dan kegiatan di berbagai bidang pembangunan yang bermanfaat bagi Daerah. 16

Pasal 20 Syarat untuk memperoleh Penghargaan Kinerja Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) adalah memenuhi indikator evaluasi kinerja kecamatan yang ditentukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 21 (1) Syarat bagi PNS di lingkungan Pemerintah Daerah untuk memperoleh Penghargaan Pengabdian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) adalah sebagai berikut: a. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara, Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta bekerja dengan penuh pengabdian, kejujuran, kecakapan, dan disiplin secara terus-menerus, paling singkat 10 (sepuluh) tahun, 20 (dua puluh) tahun, atau 30 (tiga puluh) tahun; b. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; c. melaksanakan kewajiban dan menghindari larangan PNS sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; d. menjadi panutan/teladan bagi amsyarakat; e. memiliki masa kerja secara terus menerus, PNS yang bersangkutan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan serta tidak pernah mengambil cuti di luar tanggungan negara; dan f. lulus seleksi Tim Pertimbangan. (2) Penghitungan masa kerja bagi PNS yang pernah dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat, dimulai sejak ditetapkannya keputusan telah menjalankan hukuman disiplin atau kembali bekerja di Satuan Kerja Perangkat Daerah, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 17

(3) Penghitungan masa kerja dihitung sejak PNS yang bersangkutan diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil. Pasal 22 (1) Penghargaan Pegawai ASN Teladan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. taat dan setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; c. paling kurang mempunyai masa kerja 10 (sepuluh) tahun secara terus menerus tanpa terputus; d. paling kurang telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir sampai dengan tanggal pemberian penghargaan; e. telah menunjukkan prestasi kerja yang dapat dijadikan contoh teladan bagi Pegawai ASN lainnya; f. setiap unsur penilaian pelaksanaan kinerja bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; g. diusulkan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan; h. lulus seleksi yang dilakukan oleh Tim Pertimbangan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan; dan i. tidak pernah dikenakan hukuman disiplin ringan, sedang atau berat. (2) Persyaratan lebih lanjut mengenai pemberian penghargaan kepada Pegawai ASN Teladan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. Paragraf 3 Syarat Memperoleh Warga Kehormatan 18

Pasal 23 Syarat untuk memperoleh Gelar Warga Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), adalah : a. bukan warga Daerah; b. taat dan setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancan dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; dan d. telah melakukan upaya, tindakan dan kegiatan luar biasa yang hasilnya bermanfaat bagi Daerah. BAB V TATA CARA PENGAJUAN, PEMBERIAN DAN PEMAKAIAN GELAR KEHORMATAN, PENGHARAGAAN DAERAH DAN WARGA KEHORMATAN Bagian Kesatu Tata Cara Pengajuan Paragraf 1 Tata Cara Pengajuan Gelar Kehormatan dan Warga Kehormatan Pasal 24 (1) Usul pemberian Gelar Kehormatan dan Warga Kehormatan ditujukan kepada Bupati melalui Tim Pertimbangan. (2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh perseorangan, Satuan Kerja Perangkat Daerah, organisasi kemasyarakatan atau kelompok masyarakat. (3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan riwayat hidup dan keterangan mengenai prestasi, jasa, dan pengabdian yang telah dilakukan calon penerima. 19

(4) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diverifikasi oleh Tim Pertimbangan. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan usul pemberian Gelar Kehormatan dan Warga Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. Paragraf 2 Tata Cara Pengajuan Penghargaan Daerah Pasal 25 (1) Usul pemberian Penghargaan Daerah ditujukan kepada Bupati melalui Tim Pertimbangan. (2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah, perseorangan, organisasi kemasyarakatan atau kelompok masyarakat. (3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan riwayat hidup dan keterangan mengenai karya, karsa atau pengabdian yang telah dilakukan calon penerima. (4) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diverifikasi oleh Tim Pertimbangan. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan usul pemberian Penghargaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. Bagian Kedua Tata Cara Pemberian Paragraf 1 Tata Cara Pemberian Gelar Kehormatan dan Warga Kehormatan 20

Pasal 26 (1) Pemberian Gelar Kehormatan Putra Utama dan Warga Kehormatan ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD. (2) Pemberian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 27 (1) Pemberian Gelar Kehormatan Putra Pratama dan Gelar Kehormatan Putra Madya ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (2) Pemberian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan dalam upacara peringatan hari besar nasional, upacara hari kesadaran nasional, dan upacara Hari Jadi Garut. Paragraf 2 Tata Cara Pemberian Penghargaan Daerah Pasal 28 (1) Pemberian Penghargaan Daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (2) Pemberian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan dalam upacara peringatan hari besar nasional, upacara hari kesadaran nasional, dan upacara Hari Jadi Garut. Bagian Ketiga Tata Cara Pemakaian Pasal 29 (1) Gelar Kehormatan, Penghargaan Daerah dan Warga Kehormatan dipakai pada upacara-upacara resmi dan kegiatan resmi lainnya, sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. 21

(2) Cara pemakaian Gelar Kehormatan, Penghargaan Daerah dan Warga Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagai berikut : a. medali semat bertalikan pita dan medali semat disematkan di dada sebelah kiri; dan b. medali gantung, dikalungkan di leher. BAB VI TIM PERTIMBANGAN Pasal 30 (1) Untuk memberikan pertimbangan dalam pemberian Gelar kehormatan, Penghargaan Daerah dan Warga Kehormatan dibentuk Tim Pertimbangan. (2) Tim Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu Hak Pasal 31 (1) Setiap penerima Gelar Kehormatan, Penghargaan Daerah dan Warga Kehormatan berhak atas penghormatan dan penghargaan dari Pemerintah Daerah. (2) Penghormatan dan penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa hak protokoler dalam acara resmi. (3) Khusus bagi Pegawai Negeri Sipil Teladan berhak memperoleh kenaikan pangkat secara istimewa, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; 22

Bagian Kedua Kewajiban Pasal 32 Penerima Gelar Kehormatan, Penghargaan Daerah dan Warga Kehormatan, berkewajiban : a. menjaga nama baik diri dan jasa yang telah diberikan kepada bangsa, Negara, dan/atau Daerah; b. menjaga dan memelihara piagam dan/atau medali Gelar Kehormatan, Penghargaan Daerah dan Warga Kehormatan; c. menunjukkan dan memberikan sifat keteladanan; dan d. meningkatkan prestasi yang bermanfaat bagi Daerah. BAB VIII PENCABUTAN Pasal 33 Gelar Kehormatan, Penghargaan Daerah dan Warga Kehormatan sewaktu-waktu dapat dicabut kembali, dalam hal penerimanya : a. melakukan tindakan yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun; dan c. dikenakan hukuman disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil. Pasal 34 Pencabutan Gelar Kehormatan, Penghargaan Daerah dan Warga Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Gelar Kehormatan dan Warga Kehormatan ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD; dan 23

b. Penghargaan Daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapatkan pertimbangan dari Tim Pertimbangan. BAB IX PEMBIAYAAN Pasal 35 Pembiayaan untuk pemberian Gelar Kehormatan, Warga Kehormatan, dan Penghargaan Daerah dibebankan pada : a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Garut; dan b. sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 36 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 3 Tahun 1973 tentang Pemberian Penghargaan Kepada Seseorang dan/atau Badan yang Berjasa Dalam Kesejahteraan Masyarakat dan/atau Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 1973 Nomor 3), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 37 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. 24

Pasal 38 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Garut. Diundangkan di Garut pada tanggal 2 Juli 2014 Ditetapkan di Garut pada tanggal 2 Juli 2014 B U P A T I G A R U T, t t d RUDY GUNAWAN SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN GARUT, t t d I M A N A L I R A H M A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 NOMOR 5 NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT, PROVINSI JAWA BARAT : 67/2014 Salinan Sesuai dengan Aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HAM SETDA KABUPATEN GARUT LUKMAN HAKIM PEMBINA/IV.a NIP.19740714 199803 1 006 25