ANALISIS KELAYAKAN DAN PENDAPATAN USAHATANI LADA DI DESA PALOH RAYA KEMUKIMAN UJONG RIMBA KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN PIDIE Oleh : Cut Risma Aini dan Ikhsan (Dosen dan Mahasiswa Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Unigha) ABSTRACT This study was aimed to know the pepper farmer propriety in Paloh Raya village, the resident of Ujong Rimba, Mutiar Timur sub-district in Pidie district. The total population was 30 persons of pepper farmer. In this study the writer took 15 persons as the sample. The technique used in collecting data was through giving questionnaires to respondents. In this case, the writer used BEP, NPV and Net B/C ratio as a data analysis method. The result of this study showed that the pepper farmer in Desa Paloh Raya village got Rp 219.357.600/Ha, BEP 322 kg/ha or 17.260/kg. NVP Rp19.787.495, NPV > 0, it means that the pepper farmers were appropriate to be developed. And Net B/C ratio was 1.20 where if B/C ratio > 1 thus the pepper farmers were appropriate to be developed. Key words : Appropriate Analysis, income, pepper farmer ABSTRAK Penelitian ini bertujun mengetahui kelayakan usaha tani Lada di Desa paloh Raya Kemukiman Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur kabupaten Pidie. Populasi dalam penelitian ini adalah petani Lada sebanyak 30 orang, sampel yang diambil 15 orang.. Teknik pengumpulan data dengan menyebarkan kuisioner kepada responden. Metode Analisis data yang digunakan dengan mengunakan BEP, NPV dan Net B/C ratio. Hasil penelitian menunjukkan Usaha Tani Lada di Desa Paloh Raya menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 219.357.600/Ha. BEP sebesar 322 kg/ha atau 17.260/Kg. NPV Rp. Rp. 19.787.495, NPV > 0, berarti secara financial Usaha Tani Lada Layak untuk dikembangkan. Net B/C ratio sebesar 1,20 dimana jika B/C ratio > 1 maka usaha Tani Lada layak dikembangkan. Kata Kunci : Analisis Kelayakan, Pendapatan, Usaha Tani Lada
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan lada untuk pasar dunia (world market) tidak kurang dari 220 ribu ton per tahun, sedangkan produksi lada di Indonesia baru mencapai rata-rata 90 ribu ton per tahun. Artinya bahwa Indonesia baru bisa memenuhi 40% permintaan pasar dunia, sedangkan sisanya dipenuhi oleh Brasil, India dan beberapa negara lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih bisa memanfaatkan peluang pasar tersebut dengan cara meningkatkan mutu dan memperluas areal tanam (Sarpian, 2004). Produktivitas lada petani Indonesia masih sangat rendah yaitu berkisar 800 kg per ha per tahun. Padahal potensi hasil dapat mencapai 1 1,2 ton per ha per tahun. Rendahnya tingkat produktivitas lada tingkat petani di Indonesia disebabkan teknik budidaya masih tradisional, serangan hama penyakit, mahalnya harga sarana produksi, dan kurangnya permodalan di tingkat petani. Data produksi dan produktivitas lada Indonesia tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Produksi dan Produktivitas Lada di Indonesia, Tahun 2010-2014 Tahun Produksi (ribu ton) Produktivitas (kg/ha) 2010 83,7 784 2011 87,1 785 2012 87,8 805 2013 91,0 818 2014 91,9 824 Sumber: BPS, 2015 Dari Tabel 1 di atas dapat dijelaskan bahwa produksi lada pada kurun waktu 2010-2014 menunjukkan sedikit peningkatan, hal ini disebabkan adanya peningkatan produktivitas. Namun demikian, Rismunandar (2000) menyatakan bahwa peningkatan produksi lada bila tidak diikuti dengan peningkatan mutu hasil tidak banyak artinya dalam rangka usaha peningkatan penghasilan petani lada. Sebab, dalam pasar dunia, mutu bahan menggarisbawahi nama baik negara asalnya.
Melihat perkembangannya hampir setiap tahun lada mengalami kenaikan harga sesuai dengan kurs dolar yang berlaku. Selain itu, lada mempunyai permintaan cukup tinggi, baik untuk konsumsi rumah tangga, industri obat maupun kosmetik. Jenis lada yang dianjurkan dikembangkan adalah jenis perdu yang relatif lebih mudah pemeliharaan dan penanganan pada saat panen. Pengembangan tanaman lada di samping memiliki tujuan untuk meningkatkan pendapatan petani, juga memiliki keuntungan lainnya, yaitu meningkatkan produktivitas lahan kering, merupakan salah satu upaya konservasi lahan. Dengan demikian banyak peluang yang dapat dimanfaatkan dari komoditi lada. Dilihat dari permintaan Lada yang tinggi dan mempunyai nilai jual yang tinggi maka perlu dilakukan kajian lebih jauh untuk melihat kelayakan dan pendapatan Usahatani Lada, karena itu peneliti berkeinginan membahas masalah tersebut dalam penelitian dengan judul Analisis kelayakan dan Pendapatan Usahatani Lada di Desa Paloh Raya Kemukiman Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah yang menarik untuk dikaji yaitu Apakah usahatani Lada menguntungkan dan layak untuk diusahakan di Desa Paloh Raya Kemukiman Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur? Hipotesis Dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis bahwa usahatani lada di Desa Paloh Raya Kemukiman Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur memberikan pendapatan yang menguntungkan dan layak diusahakan.
METODE PENELITIAN Lokasi penelitian adalah Desa Paloh Raya Kemukiman Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi lada di Kabupaten Pidie. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan populasi adalah seluruh petani lada yang berdomisili di Desa Paloh Raya Kemukiman Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie, yaitu sebanyak 30 orang. Penentuan jumlah sampel didasarkan pada pernyataan Arikunto (2002) bahwa Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan kutipan di atas, maka sampel ditetapkan sebanyak 15 orang atau 50 % dari populasi yang ada. Sampel diambil secara acak sederhana (simple random sampling). Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder berkaitan dengan permasalah yang dibahas dalam penelitian ini.data primer diperoleh melalui wawancra dengan petani Lada sebanyak 15 petani dengan mengisi daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti. Data Sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yang terkait dengan penelitian ini. Data yang telah dikumpukaan dari pengamatan di lapangan dan hasil wawancara diolah dengan mentabulasikan dan disajikan dalam bentuk tabel sesuai kebutuhan analisis. Untuk pencapaian tujuan penelitian digunakan analisis sebagai berikut : Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu ditetapkan bahwa investasi berlangsung selama 3 tahun dan pada akhir tahun ke-3 dilakukan pemanenan biji lada. Untuk mengetahui besarnya biaya dan pendapatan, digunakan rumus yaitu :
1. Biaya produksi TC = TFC + TVC TC TFC TVC = Total cost (biaya total, dinyatakan dalam satuan Rp) = Total fixed cost (biaya tetap total, dinyatakan dalam satuan Rp) = Total variabel cost (biaya variabel total, dinyatakan dalam satuan Rp) (Hernanto, 2002). 2. Pendapatan π = TR TC TR = Y. Py π = Pendapatan TR = Total revenue (penerimaan total, dinyatakan dalam satuan Rp). Y = Produksi, dinyatakan dalam satuan Kg. Py = Harga, dinyatakan dalam satuan Rp/kg. (Hernanto, 2002) 3. Break Even Point (BEP) BEP produksi (kg) = TFC/(P-AVC), AVC BEP harga (rp/kg) = TVC/Y = TC/Y Dimana, TR TC AVC Y = Total penerimaan (rp) = Total biaya produksi (rp) = Biaya variabel rata-rata (rp/kg) = Produksi (kg)
4. Net Present Value (NPV) NPV atau manfaat bersih adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Rumus yang digunakan adalah (Gittinger, 2007): NPV = n t = 1 Keterangan : Bt Bt Ct (1 + i) t = Penerimaan (Benefit) tahun ke-t (rupiah) Ct n = Biaya (cost) tahun ke-t (rupiah) = Umur ekonomis proyek i = Tingkat suku bunga atau discount rate (%) t = Tahun Kriteria penilaian investasi, yaitu : NPV > 0, berarti secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan. NPV < 0, artinya secara finansial usaha tidak layak untuk dilaksanakan. NPV = 0, artinya penerimaan hanya cukup untuk menutupi biaya. 5. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Net B/C dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Gittinger, 2007) : n Net B/C = t = 1 n t=1 Bt Ct (1 + i) t Bt Ct (1 + i) t > 0 < 0 Keterangan : Bt = Penerimaan (Benefit) tahun ke-t (rupiah)
Ct n = Biaya (cost) tahun ke-t (rupiah) = Umur ekonomis proyek investasi i = Tingkat suku bunga atau discount rate (%) t = Tahun Net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Proyek layak dilaksanakan apabila nilai B/C ratio lebih dari satu. HASIL DAN PEMBAHASAN Pendapatan Usahatani Lada Jenis lada yang diusahakan oleh responden merupakan tanaman lada perdu, dimana panen dapat dilakukan pada akhir tahun ke-2 hingga pada akhir tahun ke-10. Panen dilakukan dua kali dalam setahun. Produksi pada panen pertama hanya mencapai sekitar 200 gr/batang, namun seiring dengan bertambahnya umur tanaman hasil yang dicapai terus meningkat sampai pada tahun ke-7. Setelah tahun ke-7, jumlah lada yang dihasilkan cenderung menurun sampai pada akhir tahun ke-10. Penerimaan adalah rata-rata produksi dikali harga pasar yang diterima petani. Untuk menghitung besarnya penerimaan yang diperoleh dari usahatani lada maka terlebih dahulu diketahui data produksi dan harga per satuan. Besarnya penerimaan pada usahatani lada dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 18. Penerimaan Usahatani Lada di Desa Paloh Raya, Tahun 2017 Tahun ke Produksi Lada (kg/ha) Harga (Rp/kg) Penerimaan (Rp/ha) 1 - - - 2 400 50.000 20.000.000 3 700 50.000 35.000.000 4 1.000 50.000 50.000.000 5 1.000 50.000 50.000.000 6 1.000 50.000 50.000.000
7 1.000 50.000 50.000.000 8 800 50.000 40.000.000 9 600 50.000 30.000.000 10 200 50.000 10.000.000 Jumlah 6.700 335.000.000 Sumber: data primer, diolah, 2017. Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa produksi total usahatani lada yaitu sebanyak 6.700 kg/ha, dengan panen puncak pada tahun ke-4 hingga tahun ke-7. Jika diasumsikan harga lada sebesar Rp 50.000/kg maka penerimaan total dari usahatani lada yaitu sebesar Rp 335.000.000/ha. Tujuan akhir dari suatu usahatani adalah pendapatan. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan biaya usahatani. Pendapatan usahatani lada di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 19. Pendapatan Usahatani Lada di Desa Paloh Raya, Tahun 2017 Tahun ke Penerimaan (Rp/ha) Biaya Produksi (Rp/ha) Pendapatan (Rp/ha) 1 0 48.803.200-48.803.200 2 20.000.000 9.654.200 10.345.800 3 35.000.000 7.474.000 27.526.000 4 50.000.000 7.474.000 42.526.000 5 50.000.000 7.474.000 42.526.000 6 50.000.000 7.474.000 42.526.000 7 50.000.000 7.474.000 42.526.000 8 40.000.000 7.474.000 32.526.000 9 30.000.000 7.474.000 22.526.000 10 10.000.000 4.867.000 5.133.000 Jumlah 335.000.000 115.642.400 268.160.800 Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pendapatan total dari usahatani lada yaitu sebesar Rp 268.160.800/ha, nilai ini diperoleh selama masa investasi atau 10 tahun. Pada tahun pertama pendapatan bernilai negatif disebabkan tanaman belum menghasilkan sehingga yang ada hanya biaya produksi. Pada tahun ke-10 pendapatan hanya sebesar Rp 5.133.000/ha dan
keputusan rasionalitas dalam berusahatani menjadi pertimbangan dalam mengakhiri investasi atau dilakukan rehabilitasi tanaman jika akan melanjutkan usahatani lada. Kelayakan Usahatani Lada Penilaian kelayakan usahatani secara finansial diperlukan semua data menyangkut aspek biaya dan penerimaan usahatani. Metode penilaian yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi dan menganalisis kelayakan finansialnya antara lain BEP, NPV dan Net B/C. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Secara ringkas, kelayakan usahatani lada di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 20. Kelayakan Usahatani Lada di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur, Tahun 2017 No Uraian Satuan Jumlah 1 Biaya Produksi Rp/ha 115.642.400 a. B.tetap Rp/ha 11.058.400 b. B.variabel Rp/ha 104.584.000 2 Produksi kg/ha 6.700 3 Harga Rp/kg 4 Penerimaan Rp/ha 335.000.000 5 Pendapatan Rp/ha 219.357.600 6 BEP produksi kg/ha 322 7 BEP harga Rp 17.260 8 NPV 19.787.495 9 Net B/C 1,2 Data pada tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: usahatani lada menghasilkan produksi sebanyak 6.700 kg/ha dengan biaya produksi sebesar Rp 115.642.400/ha. Rata-rata harga lada sebesar Rp 50.000/kg sehingga diperoleh penerimaan sebesar Rp 335.000.000/ha. Berdasarkan data penerimaan dan biaya usahatani maka diperoleh pendapatan sebesar Rp 219.357.600/ha.
BEP merupakan suatu kondisi titik impas atau biaya sama dengan penerimaan. BEP tercapai pada tingkat produksi sebesar : 322 kg/ha atau BEP terjadi jika harga yang diterima responden sebesar : Rp 17.260/kg. NPV atau manfaat bersih adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi (Gittinger, 1986). Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa NPV bernilai negatif pada tahun ke-1 karena belum diperoleh penerimaan. Nilai negatif tersebut mencerminkan sejumlah biaya yang dikeluarkan pada tahun investasi. Pada akhir tahun ke-2, NPV bernilai positif yaitu karena mulai dilakukan pemanenan lada dan penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Secara keseluruhan, nilai NPV pada usahatani lada di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur sebesar 19.787.495. NPV > 0, berarti secara finansial usahatani lada di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur layak untuk dilaksanakan. Net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Hasil analisis data menunjukkan nilai net B/C sebesar 1,20 atau nilai net B/C ratio lebih dari satu maka usahatani lada di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur layak dilaksanakan. Dari indikator kelayakan usaha maka dapat penulis simpulkan bahwa usahatani lada di Desa Paloh Raya Kecamatan Mutiara Timur sangat potensial menghasilkan keuntungan dan sangat layak diusahakan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Usahatani Lada di Desa Paloh Raya Kemukiman Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur menghasilkan pendapatan sebesar Rp Rp 219.357.600/ha, sehingga menguntungkan untuk diusahakan. 2. Usahatani Lada di Desa Paloh Raya Kemukiman Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur menghasilkan BEP sebesar 322 kg/ha atau Rp 17.260/kg. NPV sebesar Rp 19.787.495 dan net B/C sebesar 1,20. NPV > 0 dan Net B/C > 1, berarti secara finansial usahatani Lada di Desa Paloh Raya Kemukiman Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur layak untuk dilaksanakan. SARAN 1. Dari hasil penelitian ini usahatani lada cukup menguntungkan, oleh karena itu Pengembangan Usaha Tani Lada sangat dianjurkan. Dalam skala kecil, tanaman lada dapat diusahakan dengan memanfaatkan lahan pekarangan. 2. Petani agar melakukan pembibitan lada sendiri sehingga dapat menekan biaya produksi sekaligus memanfaatkan peluang berusaha bibit tanaman lada.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktis. Rineka Cipta. Jakarta. Hernanto F. 2002. Ilmu Usahatani.Institute Pertanian Bogor. Bogor. Kuntjoro. 2002. Kelayakan Finansial Proyek. Institute Pertanian Bogor. Bogor. Martini. 2000. Analisis Produksi dan pendapatan Pada Sistem Usahatani Berwawasan Agribisnis (SUTPA). Universitas Terbuka. Palembang. Nurasa Tj., A. Supriatna. 2002. Analisis Kelayakan Finansial Lada Hitam (Studi Kasus Propinsi Lampung). Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Rivai B. 2000. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Pers. Jakarta.