BAB I PENDAHULUAN. testimoni remaja mengenai kehidupannya saat ini, trend yang berkembang pada remaja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Individu mulai mengenal orang lain di lingkungannya selain keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diselenggarakan. Kaum muda diharapkan memiliki bekal

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk bertahan hidup di tengah zaman yang serba sulit ini. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, jumlah penyandang cacat di dunia sangat banyak dan berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. kalangan bermain olahraga ini mulai dari yang tua, muda, bahkan anak-anak pun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. SD dan SMP, kemudian dilanjutkan ke jenjang SMA dan perguruan tinggi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surayya Hayatussofiyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal dapat ditempuh mulai dari tingkat terendah yaitu pre-school/

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu kunci yang penting terutama dalam era globalisasi. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB II TINJAUAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Di indonesia tercatat bahwa pada tahun 2011 terdapat 1,87 juta jiwa anak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan remaja sering kali menjadi perhatian banyak pihak karena keunikan masa remaja itu sendiri. Banyak buku, majalah, artikel dan lain sebagainya yang membahas mengenai kehidupan remaja, baik mengenai hal yang positif maupun negatif. Peranan lingkungan terhadap perkembangan remaja, prestasi remaja, kenakalan remaja, testimoni remaja mengenai kehidupannya saat ini, trend yang berkembang pada remaja masa kini, hal-hal yang menjadi perhatian remaja, dan lain sebagainya merupakan hal yang selalu muncul dalam pembahasan mengenai remaja. Saat ini ketika seseorang mendengar istilah remaja, yang seringkali terbayang adalah sosok anak-anak muda yang berhura-hura di kafe, diskotik atau pun tempat hiburan lainnya atau mungkin sosok anak muda yang asyik berpacaran, bermain musik atau berlenggak-lenggok ala foto model.tidak jarang juga istilah remaja ini dikaitkan dengan berbagai bentuk ekspresi negatif, seperti seks bebas, narkoba, atau berbagai bentuk kriminalitas lainnya. Berdasarkan hasil survey data BKKBN tahun 2008, sebanyak 57% remaja di kota Bandung antara usia 15-24 tahun sudah pernah melakukan hubungan suami istri diluar nikah (fokusjabar.com) Tidak semua remaja memiliki kehidupan yang seperti disebutkan di atas. Banyak juga remaja Indonesia yang memiliki prestasi berkelas internasional, seperti Joey Alexander, pianis muda Indonesia yang menjadi musisi termuda yang masuk nominasi 1

2 penghargaan Grammy untuk kategori Best Improvised Jazz Solo dan Best Jazz Instrumental Album (www.bbc.com); Lilyana Natsir dan Tontowi Ahmad, pebulu tangkis ganda campuran kebanggaan Indonesia yang telah beberapa kali mengharumkan Indonesia di mata dunia (www.liputan6.com); Andre Surya, sang animator film Transformer 3D (www.geotimes.co.id), dan lain sebagainya. Peranan orang tua tentu memberikan dampak bagi kehidupan remaja. Dukungan materi maupun non-materi yang diberikan oleh orang tua memiliki peran dalam prestasi yang diraih remaja.selain peranan orang tua, teman sebaya juga tidak dapat terlepas dari peranan remaja.berdasarkan penelitian yang dilakukan Condry, Simon dan Bronfenbrenner (dalam Santrock 2012) diketahui bahwa remaja meluangkan waktunya dua kali lebih banyak untuk berkumpul bersama teman sebaya dibandingkan bersama orang tuanya. Sebuah survey yang dilakukan terhadap 512 responden remaja pada bulan Februari 2010 oleh Consumer Survey Indonesia (CSI) mengenai perilaku para pengunjung mall, didapatkan beberapa data menarik, diantaranya rata-rata frekuensi kunjungan remaja ke mall adalah 6,5 hari sekali dan menghabiskan waktu sekitar 3,5 jam per kunjungan. Temuan lainnya yang cukup menarik adalah sebanyak 51% responden mengunjungi mall bersama dengan temannya dan 39% dengan keluarganya (http://swa.co.id). Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima dalam kelompok teman sebayanya. Melalui kelompok teman sebaya, remaja mendapatkan informasi mengenai dunia di luar keluarganya, memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya, serta mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu baik atau tidak

3 jika dibandingkan dengan remaja lainnya. Selain itu, lingkungan teman sebaya memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh remaja, karena remaja memiliki kebutuhan yang besar untuk mendapatkan dukungan, rasa aman dan petunjuk, yang lebih mudah mereka peroleh dari antara mereka yang menjalani masa transisi yang sama (Lerner & Hultch, dalam Santrock, 2012). Hubungan antara remaja dengan kelompok teman sebayanya, yang secara disadari memberi manfaat pemenuhan kebutuhan remaja merupakan dukungan sosial teman sebaya.shumaker dan Brownell (1984, dalam Vaux, 1988) menggambarkan bahwa dukungan adalah suatu pertukaran sumber daya antara sedikitnya dua individu, dan hal ini dirasakan oleh kedua belah pihak yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan penerima dukungan. House (1981, dalam Vaux, 1988) mengemukakan empat bentuk dukungan sosial, yaitu dukungan emosional, seperti mengungkapkan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan; dukungan instrumental yaitu tingkah laku yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan orang lain yang sifatnya materi, maupun jasa; dukungan informasi, mencakup pemberian sugesti, nasehat, petunjuk, dan saran; serta dukungan appraisal seperti memberikan pujian untuk meningkatkan penghargaan diri orang tersebut. Keempat bentuk dukungan sosial yang diberikan teman sebaya kepada remaja akan memengaruhi remaja dalam mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri, serta lebih menerima dan menghargai dirinya. Menurut O Brien (1990, dalam Santrock, 2003), teman sebaya adalah sumber dukungan yang menyeluruh bagi remaja, kemudian diikuti oleh ibu. Pada semua kategori, teman sebaya lebih memberikan dukungan

4 daripada saudara kandung, dan juga daripada kedua orang tua, kecuali dalam hal dukungan keuangan dan nilai-nilai pribadi. Peranan teman sebaya tidak dapat terlepas dari dampak positif maupun negatif yang mungkin muncul dalam perilaku remaja. Apabila lingkungan teman sebaya memfasilitasi atau memberikan peluang secara positif, maka remaja akan mencapai perkembangan sosial secara matang. Sebaliknya, apabila lingkungan teman sebaya memberikan peluang secara negatif terhadap remaja, maka perkembangan sosial remaja akan terhambat (Irawati, Devy 2002, dalam www.hasmansulawesi01.blogspot.co.id). Oleh karena itu, memilih teman dirasa penting karena pergaulan dengan teman sebaya akan menentukan masa depan dan sikap remaja. Untuk memperlengkapi diri di masa depannya, remaja tidak hanya memiliki tugas untuk memilih teman dan membina relasi yang positif dengan orang lain, namun remaja juga memiliki tugas untuk mulai memikirkan rencana masa depannya. Memikirkan dan mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut kehidupan selanjutnya, seperti pendidikan, pekerjaan di masa depan, membentuk identitas sebagai orang dewasa, dan membangun sebuah keluarga, merupakan tugas perkembangan mereka. Untuk menyesuaikan diri, dalam upaya pencapaian tugas perkembangannya, remaja memerlukan keterampilan yang dapat diperoleh melalui pendidikan.oleh karena itu, masa remaja tidak dapat terlepas dengan dunia pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurmi (1989) yang mengatakan bahwa salah satu hal yang sangat menarik dan menjadi minat bagi remaja adalah masalah pendidikan.

5 Remaja yang berusia 13-15 tahun berada pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP). Setelah selesai dengan jenjang pendidikan tersebut, remaja diharapkan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu sekolah menengah atas (SMA), yang merupakan institusi pendidikan yang mempersiapkan lulusannya untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau dengan kata lain mencetak calon-calon untuk prospek kuliahan. Selama menjalani proses pendidikan yang normalnya tiga tahun, remaja akan melaksanakan program pendidikan melalui suatu aturan pelaksanaan pembelajaran atau suatu kurikulum yang memang sudah diatur sebelumnya. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang memberikan kesempatan kepada remaja untuk menentukan program studi di kelas XI (atau kelas II SMA), kurikulum jenjang SMA saat ini menuntut remaja untuk menentukan program studi yang akan dipilih sejak kelas X (atau kelas I SMA) (www.okezone.com). Hal ini sering kali menjadi permasalahan karena remaja bingung dan belum tahu harus memilih jurusan apa, yang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Padahal, jurusan yang mereka pilih akan menentukan kemungkinan pilihan jurusan yang dapat mereka pilih saat meneruskan ke jenjang perguruan tinggi. Tidak dapat dipungkiri bahwa sejalan dengan perkembangannya, banyak remaja yang memilih suatu jurusan tertentu atas dasar perintah/paksaan dari orang tua mereka. Tidak sedikit pula remaja yang memilih jurusannya atas dasar ikut-ikutan pilihan temannya.hal ini menyebabkan pilihan remaja terhadap jurusan yang dipilihnya tidak murni dari hati nurani, melainkan ada faktorfaktor lain yang mempengaruhinya.

6 Tidak dapat dimungkiri bahwa pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap penentuan dan keberhasilan pekerjaan mereka di masa mendatang. Hal ini juga berlaku bagi remaja, bahwa pendidikan yang kelak akan mereka tempuh akan memengaruhi pekerjaannya di masa depan. Oleh karena itu, mempersiapkan jenjang pendidikan selanjutnya merupakan hal yang sebaiknya dilakukan remaja sedini mungkin.apa yang akan mereka lakukan setelah selesai pada suatu jenjang pendidikan, apakah mereka akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau tidak, jurusan pendidikan apa yang akan mereka pilih, dan lain sebagainya. Ketika remaja dapat mempersiapkan masa depannya sedini mungkin, maka remaja dapat siap bersaing di dalam masyarakat. Dalam ilmu psikologi, kesiapan seseorang dalam menghadapi masa depannya disebut dengan orientasi masa depan. Menurut Nurmi (1989), orientasi masa depan adalah gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan yang memungkinkan individu untuk menentukan tujuan, menyusun rencana untuk mencapai tujuan dan mengevaluasi sejauh mana tujuan-tujuan tersebut dapat dilaksanakan. Individu harus memikirkan dengan baik hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan untuk mencapai orientasi masa depan yang jelas dan memahami pentingnya masa depan bagi kelangsungan hidupnya. Orientasi masa depan menurut Nurmi (1989) terdiri dari tiga tahapan proses pembentukkannya, yaitu motivation, planning, dan evaluation. Motivation meliputi motif-motif, minat-minat dan harapan-harapan individu yang berkaitan dengan masa depannya. Minat yang dimiliki individu akan mengarahkan dirinya dalam menentukan

7 tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Planning merujuk pada bagaimana individu merencanakan realisasi dari tujuannya. Akhirnya dilakukan evaluation terhadap realisasi dari tujuan dan perencanaan yang telah disusun, proses ini merupakan evaluasi terhadap kemungkinan dalam merealisasikan tujuan. Individu yang memiliki tujuan yang jelas dan spesifik; motivasi yang kuat; perencanaan yang terarah; serta evaluasi yang akurat dapat dikatakan sebagai individu yang memiliki orientasi masa depan yang jelas. Sebaliknya, individu yang memiliki tujuan bersifat umum; belum memiliki perencanaan; dan belum memiliki penilaian yang pasi tentang masa depan; serta pesimis dapat dikatakan sebagai individu yang belum memiliki orientasi masa depan yang jelas. Berdasarkan penelitian mengenai Orientasi Masa Depan Remaja Ditinjau dari Dukungan Sosial pada Siswa kelas X SMAN 6 Yogyakarta yang telah dilakukan oleh Yupi pada tahun 2010, diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan orientasi masa depan seseorang (https://simpus.uii.ac.id/). Di dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa semakin tinggi dukungan yang diberikan oleh lingkungan, semakin jelas orientasi masa depan yang dimiliki individu tersebut. Dengan kata lain, kejelasan orientasi masa depan seseorang berhubungan dengan tinggi rendahnya dukungan sosial yang dihayatinya. Mengetahui bahwa masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, Drs. Timotius Adi Tan, M. A., CBC. berinisiatif untuk membentuk suatu komunitas yang diperuntukan bagi remaja berusia 13-18 tahun, yaitu DARE for Youth. Melalui komunitas ini, beliau berharap agar remaja memiliki wadah yang tepat, yang

8 memberikan dampak positif bagi kehidupan mereka. Di dalam komunitas ini remaja diberikan pengarahan yang membimbing mereka untuk mempersiapkan masa depannya dan menemukan, serta meyakini arah tujuan hidupnya. Sesuai dengan visinya, mempersiapkan generasi muda yang berani membawa perubahan yang positif bagi dunia dengan cara berkontribusi sesuai dengan panggilannya, anggota komunitas DARE for Youth diharapkan sudah dapat mempersiapkan masa depannya secara pribadi, sebelum mereka dapat berkontribusi terhadap lingkungan. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang pengurus di komunitas ini, didapatkan informasi bahwa sebagian anggota komunitas DARE for Youth sudah memiliki tujuan yang spesifik, seperti menjadi dokter anak, magazine planner, konsultan IT di perusahaan asing, dan lain sebagainya. Mereka juga sudah mengetahui langkah apa yang harus mereka lakukan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Namun, ada juga anggota komunitas DARE for Youth yang masih merasa bingung dengan tujuan yang ingin mereka raih, sehingga mereka tidak tahu hal apa yang harus mereka persiapkan, dengan kata lain mereka hanya mengikuti arus. Berdasarkan hasil wawancara kepada sepuluh orang anggota komunitas DARE for Youth di Bandung yang berada pada jenjang pendidikan SMP, didapatkan informasi bahwa terdapat 60% (6 orang) anggota yang sudah memiliki tujuan yang spesifik mengenai persiapan mereka dalam bidang pendidikan lanjutan. Mereka sudah mengetahui akan mengambil jurusan apa saat kuliah, sehingga mereka sudah dapat memutuskan jurusan apa yang harus mereka ambil di jenjang SMA. Mereka sudah berusaha mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk dapat masuk ke jurusan yang

9 mereka inginkan, seperti dengan mengikuti bimbingan belajar, mencari informasi mendalam mengenai jurusan yang mereka minati, dan lain sebagainya. Selain itu, mereka juga merasa yakin dapat mengatasi masalah yang mungkin muncul dalam upaya meraih tujuan yang sudah mereka tetapkan. Lima diantara enam orang (83,33%) yang sudah memiliki perencanaan yang jelas mengenai rencana pendidikannya menghayati bahwa peranan teman sebaya memberikan banyak pengaruh terhadap perencanaan yang mereka susun dalam upaya memersiapkan pendidikan lanjutan mereka. Teman sebaya memberikan informasi yang berkaitan dengan jurusan yang mereka inginkan, juga memberikan bantuan ketika mereka menghadapi kesulitan dalam upaya menjalankan rencana yang telah disusunnya. Sedangkan seorang lainnya (16,67%) mengatakan bahwa orang tua yang membantunya dalam merencanakan rencana pendidikan lanjutannya. Menurutnya, teman sebaya tidak ada yang dapat membantunya dalam merencanakan rencana pendidikan. Mereka seolah-olah tidak peduli terhadapnya, bahkan dalam kegiatan sehari-hari pun ia sering kali merasa tidak dianggap. Sebanyak 40% (4 orang) anggota komunitas DARE for Youth lainnya belum memiliki tujuan yang spesifik mengenai persiapan mereka dalam bidang pendidikan lanjutan. Mereka masih merasa bingung untuk menentukan ingin menjadi apa mereka kelak, jurusan apa yang akan mereka ambil di jenjang perguruan tinggi, juga belum mengetahui jurusan dan SMA mana yang akan mereka tuju setelah lulus dari jenjang SMP. Seorang anggota (25%) merasa tidak yakin bahwa ia dapat menghadapi tantangan dalam memersiapkan diri untuk meraih tujuannya. Tiga dari empat orang diantaranya (75%) mengatakan bahwa banyak di antara teman sebaya mereka pun belum memiliki

10 tujuan yang jelas mengenai rencana pendidikannya. Menurut mereka pendidikan lanjutan yang akan mereka jalani tidak perlu dipersiapkan sejak dini, biarlah hal itu berjalan dengan sendirinya, seiring dengan waktu. Bila dikaitkan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan, anggota komunitas DARE for Youth yang mengaku telah memiliki tujuan yang jelas, mulai memersiapkan diri untuk mencapai impian tersebut dan sudah mengevaluasi tujuan dan perencanaan yang mereka susun dapat digolongkan sebagai anggota yang memiliki orientasi masa depan yang jelas. Sebaliknya, anggota komunitas DARE for Youth yang kurang memiliki motivasi dan perencanaan mengenai masa depannya, dapat digolongkan sebagai anggota yang memiliki orientasi masa depan yang belum jelas. Selain itu, dari wawancara yang telah dilakukan didapatkan fakta bahwa terdapat anggota yang menghayati adanya dukungan teman sebaya dan memiliki orientasi masa depan yang jelas. Namun ada juga anggota yang memiliki orientasi masa depan yang jelas, meskipun ia tidak menghayati adanya dukungan teman sebaya. Untuk mengetahui apakah komunitas sosial, seperti DARE for Youth, memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan remaja, maka disusun penelitian mengenai hubungan antara dukungan teman sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada anggota komunitas DARE for Youth di Bandung.

11 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan hal tersebut diatas, maka identifikasi masalah dari penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada anggota komunitas DARE for Youth di Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Untuk memperoleh gambaran mengenai dukungan sosial teman sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada anggota komunitas DARE for Youth di Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Untuk memperoleh gambaran lebih lanjut sejauh mana hubungan dukungan sosial teman sebaya terhadap orientasi masa depan bidang pendidikan pada anggota komunitas DARE for Youth di Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis Memberikan informasi bagi bidang ilmu Psikologi Perkembangan dan Pendidikan mengenai hubungan dukungan sosial teman sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada anggota komunitas DARE for Youth di Bandung.

12 Memberikan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti mengenai dukungan sosial teman sebaya dengan orientasi masa depan bidang pendidikan. 1.4.2 Kegunaan Praktis Memberikan informasi kepada anggota komunitas DARE for Youth di kota Bandung mengenai hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan orientasi masa depan bidang pendidikan, sehingga mereka dapat memanfaatkan dukungan sosial teman sebaya untuk merencanakan orientasi masa depan bidang pendidikan mereka. Memberikan informasi kepada orang tua dan pengurus komunitas DARE for Youth mengenai hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan orientasi masa depan bidang pendidikan pada anggota komunitas DARE for Youth di kota Bandung. Informasi ini dapat digunakan untuk membimbing anggota komunitas dalam memanfaatkan dukungan sosial teman sebaya agar dapat mempersiapkan orientasi masa depan bidang pendidikan mereka. 1.5 Kerangka Pikir Anggota komunitas DARE for Youth berada pada rentang usia remaja (13-15 tahun). Masa remaja merupakan suatu masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.pada periode remaja, di dalam diri individu terjadi perubahan biologis, yang mencakup perkembangan fisik; perubahan kognitif yang meliputi pemikiran, inteligensi dan bahasa; dan sosio-emosional dalam

13 hubungannya dengan orang lain, dalam emosi, kepribadian, dan dalam konteks sosial (Santrock, 2012). Sesuai dengan pernyataan Piaget (1954) dalam Santrock (2012), anggota komunitas DARE for Youth berada pada tahap berpikir formal operasional, dimana remaja dapat berpikir lebih abstrak, idealis, dan logis. Mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain secara lebih nyata. Berdasarkan penjelasan tersebut, anggota komunitas DARE for Youth dapat berpikir tentang masa depannya dalam setting pendidikan yang diinginkan secara lebih terstuktur. Menurut Piaget (dalam Santrock, 2012), pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain secara lebih nyata. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam.pemikiran formal operasional bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis.remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.

14 Santrock (2012) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial, remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, kepribadian, dan peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. Perubahan yang dialami membawa remaja kepada tuntutan tugas sebagai seorang individu yang bertanggung jawab, baik kepada lingkungan maupun dirinya sendiri.menurut Santrock (2012) penggambaran yang lebih akurat mengenai masa remaja adalah sebagai saat untuk melakukan evaluasi, pengambilan keputusan, komitmen, dan mencari tempat di dunia -nya. Remaja pada akhirnya akan dihadapkan pada tujuan hidup yang menggiring mereka pada kehidupan selanjutnya, seperti bekerja, menikah, termasuk melanjutkan pendidikan dalam rangka memersiapkan kehidupan masa depan. Untuk itu, remaja perlu memiliki perencanaan masa depan yang disebut juga orientasi masa depan, khususnya dalam bidang pendidikan. Orientasi masa depan menurut Nurmi (1989) merupakan cara seseorang memandang masa depannya, yang tergambar melalui harapan-harapan, tujuan standar, perencanaan dan strategi. Orientasi masa depan merupakan suatu proses yang mencakup tiga tahapan, yaitu motivasi (motivation), perencanaan (planning) dan evaluasi (evaluation). Motivation, berkaitan dengan apa yang menjadi minat, perhatian dan tujuan pendidikan anggota komunitas DARE for Youth di masa depan. Minat yang dimiliki

15 anggota komunitas DARE for Youth akan mengarahkan dirinya dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Setelah menetapkan tujuan yang ingin dicapai, anggota komunitas DARE for Youth perlu merealisasikannya melalui proses berikutnya yaitu menyusun suatu planning, yakni aktivitas remaja dalam memikirkan, menyusun ide-ide atau gagasan-gagasan serta langkah-langkah untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pada proses ini anggota komunitas DARE for Youth harus membuat langkah-langkah yang mengarah pada pencapaian tujuan kemudian memutuskan langkah manakah yang paling efisien. Akhirnya anggota komunitas DARE for Youth perlu melakukan proses Evaluasi. Evaluation berkaitan dengan penilaian anggota komunitas ini mengenai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dan rencana yang disusun dapat terwujud. Dalam proses evaluasi ini juga terkait pertimbangan mengenai penyebab terwujudnya suatu harapan (causal attribution) dan perasaan (affect) yang menyertainya. Anggota komunitas DARE for Youth mengevaluasi kesempatan yang dimilikinya dalam upaya merealisasikan tujuan dan rencana yang telah dibuatnya berdasarkan pada penilaian anggota tersebut mengenai kemampuan yang dimilikinya. Anggota komunitas DARE for Youth yang memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas ditandai dengan motivasi yang kuat, perencanaan yang terarah, dan evaluasi yang akurat. Sebaliknya, jika motivasi yang dimiliki rendah, atau perencanaan yang disusun tidak terarah, atau evaluasi yang dilakukan tidak akurat, maka anggota komunitas DARE for Youth dapat dikatakan belum memiliki orientasi masa depan yang jelas. Hal ini dapat menggiring anggota komunitas DARE for Youth untuk

16 kembali menilai standar tujuan pendidikan yang sudah ditentukan, maupun menilai kembali strategi perencanaan yang dibuatnya. Dalam upaya memperjelas orientasi masa depannya, anggota komunitas DARE for Youth tidak hanya membutuhkan kemampuan diri yang kompeten, tetapi juga dukungan dari lingkungan tempat anggota tersebut berada. Dukungan adalah interaksi dengan lingkungan yang memberikan manfaat serta membantu anggota komunitas DARE for Youth dalam rangka menyusun orientasi masa depannya. Interaksi yang terjadi antara anggota komunitas DARE for Youth dalam konteks sosial teman sebaya dapat menjadi salah satu sumber dukungan bagi anggota komunitas DARE for Youth. Johnson (dalam Ingersoll, 1988) menyatakan bahwa teman sebaya dapat memberikan dukungan sosial yang bermanfaat. Selain itu, Lerner & Hultch (1983) menyatakan bahwa keputusan mengenai pentingnya teman sebaya muncul karena adanya kebutuhan yang besar untuk mendapatkan dukungan, rasa aman, dan petunjuk selama tahun-tahun transisi, dan kebutuhan tersebut lebih mudah diperoleh dari antara mereka yang menjalani masa transisi yang sama serta waktu yang dihabiskan bersama teman sebaya. House (dalam Vaux, 1988) mengemukakan bahwa dukungan adalah transaksi interpersonal yang melibatkan satu atau lebih dari : (1) dukungan emosional, (2) dukungan instrumental, (3) dukungan informasi, (4) dukungan penilaian. Dukungan emosional merupakan tingkah laku teman sebaya yang melibatkan perhatian emosional (penuh perhatian, mendengarkan, empati) kepada anggota komunitas DARE for Youth. Dukungan emosional ini akan mendorong anggota komunitas DARE for Youthuntuk mengembangkan sikap positif terhadap diri dan lebih

17 menghargai diri sendiri. Hal ini memampukan anggota komunitas DARE for Youthuntuk melihat diri sendiri secara lebih objektif dalam hal kelebihan dan kekurangannya dan ini mempengaruhi kejelasan tujuan pendidikan lanjutan anggota kounitas DARE for Youth.Anggota komunitas DARE for Youth yang menghayati bahwa teman sebaya bersedia mendengarkan keluhannya mengenai kesulitan mereka dalam upaya menentukan dan menyusun rencana pendidikan lanjutan dapat memperjelas orientasi masa depan bidang pendidikannya. Dukungan instrumental merupakan tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan benda (seperti meminjam buku), maupun pelayanan atau jasa (seperti menyediakan waktu untuk belajar bersama). Tenaga dan waktu yang diberikan teman sebaya, seperti waktu untuk belajar bersama, dapat meningkatkan semangat dan usaha untuk mengembangkan potensi dalam rangka memperjelas tujuan pendidikan lanjutan anggota komunitas DARE for Youth dan melaksanakan perencanaan untuk memenuhi tujuan tersebut. Dukungan informasi merupakan tingkah laku teman sebaya yang berhubungan dengan pemberian informasi dan nasehat dalam usahanya memperjelas orientasi masa depannya. Informasi yang diterima oleh anggota komunitas DARE for Youth dari teman sebaya dapat memberikan kejelasan akan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Anggota komunitas DARE for Youth yang memperoleh informasi dari teman sebaya berupa pemberian nasehat, petunjuk, atau pilihan studi lanjutan dapat lebih memberikan kejelasan mengenai tujuan pendidikan lanjutan. Teman sebaya yang menyatakan bahwa pendidikan lanjutan dapat memberikan kemungkinan yang lebih luas untuk memperoleh

18 kesempatan kerja, serta meningkatkan karir di masa depan dapat meningkatkan minat dan harapan anggota komunitas DARE for Youth. Selain itu, informasi yang diterima juga dapat memberikan arah bagi anggota komunitas DARE for Youth dalam menyusun langkah-langkah perencanaan untuk mencapai tujuan yang akan ditetapkan. Pada tahap terakhir, yaitu evaluasi, anggota komunitas DARE for Youth yang memperoleh informasi berupa umpan balik dari teman sebaya dapat membantunya sebagai bahan untuk melihat kemungkinan dalam proses pencapaian tujuannya. Dukungan penilaian berkaitan dengan penghargaan teman sebaya terhadap perbuatan anggota komunitas DARE for Youth. Pujian dan kritik yang membangun dapat memperjelas tujuan anggota komunitas DARE for Youth mengenai pendidikan lanjutan karena melalui pujian dan kritik yang diberikan oleh teman sebaya menjadi umpan balik terhadap rencana dan tindakan yang diambil. Jika penilaian yang diberikan positif (pujian, penghargaan) maka hal ini menjadi indikator bahwa rencana dan tindakannya sudah tepat.sebaliknya, jika penilaian yang diberikan adalah negatif seperti ejekan dapat menjadi indiaktor bahwa rencana atau tindakannya belum tepat. Selain itu, dorongan dan kritik yang membangun dari teman sebaya juga dapat memberikan masukan dalam usaha anggota komunitas DARE for Youth melakukan pembaharuan pada strategi perencanaan orientasi masa depan pendidikannya. Dapat dilihat bahwa pemberian dukungan informasi, penilaian, emosional, maupun instrumental dari teman sebaya kepada anggota komunitas DARE for Youth dalam rangka memotivasi, melakukan perencanaan dan mengevaluasi orientasi masa depan pendidikan akan memberikan dampak tersendiri terhadap terwujudnya tujuan

19 untuk melanjutkan pendidikan tahap selanjutnya. Dukungan yang diterima remaja, kaitannya dengan merencanakan orientasi masa depan akan memberikan masukan kepada anggota komunitas DARE for Youth untuk meningkatkan motivasi, melakukan perencanaan serta evaluasi. Pada akhirnya, dukungan teman sebaya akan membawa anggota komunitas DARE for Youth tersebut pada kejelasan orientasi masa depan bidang pendidikannya.

20 berikut : Untuk dapat memahami kerangka pemikiran ini, maka dibuat skema sebagai Anggota komunitas DARE for Youth yang berada pada jenjang SMP Dukungan Sosial Teman Sebaya Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Tipe dukungan sosial : 1. Dukungan emosional 2. Dukungan instrumental 3. Dukungan informasi 4. Dukungan penilaian Tahap pembentukan OMD : Motivation Goals Planning Plans Evaluation Attribution Emotion Bagan 1.1 Kerangka Pikir

21 1.6 Asumsi Dari kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan beberapa asumsi sebagai berikut : Remaja memiliki kehidupan sosial yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya. Teman sebaya dapat menjadi sumber dukungan bagi remaja. Dukungan sosial teman sebaya yang dihayati anggota komunitas DARE for Youth dapat berupa dukungan emosional, instrumental, informasi dan penilaian. Dukungan sosial teman sebaya yang dihayati dapat meningkatkan motivasi anggota komunitas DARE for Youth. Dukungan sosial teman sebaya yang dihayati dapat membantu mengarahkan perencanaan anggota komunitas DARE for Youth. Dukungan sosial teman sebaya yang dihayati anggota komunitas DARE for Youth dapat memberikan evaluasi yang lebih akurat. Motivasi yang kuat, perencanaan yang terarah, serta evaluasi yang akurat menunjukan bahwa anggota komunitas DARE for Youth memiliki orintasi masa depan bidang pendidikan yang jelas. 1.7 Hipotesis Berdasarkan asumsi di atas, dapat disusun hipotesis sebagai berikut: Terdapat hubungan antara dukungan teman sebaya dan orientasi masa depan bidang pendidikan pada anggota komunitas DARE for Youth di Bandung.