BAB III METODE PENELITIAN. disebut dengan siklus. Namun secara garis besar di dalam siklus terdapat empat

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal EduFisika Vol. 01 No. 02, November 2016 E-ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan masalah penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka jenis

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS HASIL BELAJAR FISIKA DI KELAS XMIA 4 NEGERI 1 MUARO JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilaksanakan merupakan deskriptif analitik. Menurut Sukardi

ARTIKEL ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUICK ON THE DRAW

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CORPORAT IDENTITY

Perencanaan. Siklus I. Pengamatan. Perencanaan. Siklus III. Pengamatan. Perencanaan. Pengamatan. Hasil Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Seting dalam penelitian ini meliputi: Materi yang diteliti, tempat dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING KELAS XI MIA 2 SMA NEGERI 3 KOTA JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. subyek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif, yaitu pendekatan yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang dipilih untuk penelitian adalah SMA Muhammadiyah 1

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 di

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tumbuhan. Waktu penelitian selama 2 bulan yaitu dari bulan Agustus sampai

III. METODE PENELITIAN. ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN X O

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif.

BAB III METODE PENELITIAN. Dondong 01 Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Negeri Dondong 01 Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap Tahun

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat 14. mencapai hasil belajar yang meksimal.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode penelitian dan pengembangan (research and development). Borg and

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan

III. METODE PENELITIAN. ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 2013 ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kelas X Jurusan Akuntansi SMK PGRI 4 Bandar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen (experimental research)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang memberikan gambaran

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 pada

BAB III METODE PENELITIAN. pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAAN. mengetahui pengaruh yang muncul. Dalam penelitian ini penulis melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan meningkatkan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan ragam kesulitan belajar Biologi yang dialami oleh siswa

III. METODE PENELITIAN. data dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Metode yang akan

BAB III METODE PENELITIAN. berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 34. Rancangan penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group

Alumni Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jambi 2,3)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Menurut Suryabrata (2010 : 92) tujuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. faktor yang akan diteliti pada penelitian ini sebagai berikut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berhubungan dengan dua macam variabel, yaitu variabel bebas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Terdapat beberapa definisi operasional dalam Penelitian Tindakan Kelas. (PTK) ini. Berikut ini merupakan penjabarannya:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Subjek penelitian adalah siswa kelas X jurusan Agribinis Ternak Unggas di SMK

III. METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu model pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian komparatif atau eksperimen. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. sungguhan (true experimental research) dan semu (quasi experimental research).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan, menyusun, menganalisis serta menginterpretasi data menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan oleh setiap peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ada tahap-tahap yang harus dilakukan yang disebut dengan siklus. Namun secara garis besar di dalam siklus terdapat empat tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) observasi dan evaluasi, (3) analisis dan refleksi. Berdasarkan model siklus yang dibuat oleh Arikunto (2014), maka lebih mudah mendalami model siklus tersebut dengan membuat skema alur seperti dibawah ini: Perencanaan Refleksi Refleksi Refleksi SIKLUS I Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Perencanaan SIKLUS III Pengamatan Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan Apabila tujuan pembelajaran dan KKM telah tercapai maka siklus berhenti, tapi apabila tujuan pembelajaran dan KKM belum tercapai maka dilanjutkan ke siklus berikutnya Gambar 3.1 SkemaTahapanPelaksanaan PTK 35

36 1. Perencanaan Sebelum melakukan pelaksanaan tindakan sangatlah penting untuk membuat perencanaan terlebih dahulu dan kegiatan yang termasuk dalam perencanaan yakni: 1) Membuat rencana pembelajaran 2) Mempersiapkan alat-alat pendukung yang diperlukan dikelas sesuai dengan perencanaan pembelajaran 3) Membuat lembar aktivitas siswa selama proses pembelajaran 4) Membuat lembar partisipasi siswa 5) Membuat lembar kegiatan pembelajaran guru 6) Menyiapkan lembar penilaian sikap dan keterampilan. 7) Mendesain alat evaluasi berupa soal tes dan kunci jawaban 2. Pelaksanaan tindakan (acting) Dalam pelakasanaan tindakan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pembelajran yang telah disiapkan pada persiapan tindakan. Secara umum tahapan dalam pelaksanaan tindakan yaitu: 1) Membuat suasana belajar mengajar sebaik mungkin 2) Memberikan semangat dan memotivasi siswa untuk belajar 3) Melaksanakan kegiatan inti sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan dalam perencanaan pembelajaran 4) Melakukan evaluasi 5) Menganalisis hasil evaluasi 6) Merefleksi pelaksanaan tindakan 3. Observasi dan Evaluasi

37 Secara umum observasi adalah cara untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai tindakan yang telah disusun. Hasil observasi dijadikan pedoman untuk menyusun rencana siklus berikutnya. Evaluasi dugunakan untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai dari pelaksanaan tindakan. Evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Evaluasi digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan yang telah diperoleh siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan. 4. Analisis dan Refleksi Hasil analisis dan refleksi akan menetukan apakah tindakan yang dilakukan dapat memecahkan masalah, jika hasilnya belum seperti yang diharapkan, atau masalah yang ada belum terselesaikan maka dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus berikutnya.tahapan ini bertujuan untuk meningkatkan tindakan yang masih kurang dan harus lebih diperhatikan untuk disempurnakan pada siklus berikutnya. 3.2 Jenis Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Clasroom Action Research). Kusumah dan Dwitagama (2012) menyatakan bahwa PTK atau Clasroom Action Research adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan guru di dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

38 3.3 Tempat dan Waktu penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas XI MIA 7 pada semester ganjil di SMA Negeri 1 Muaro Jambi tahun ajaran 2016/2017. 3.4 Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah kelas XI MIA 7 Semester ganjil SMA Negeri 1 Muaro Jambi tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 28 orang. 3.5 Instrumen Penelitian Pengambilan data kualitatif dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi partisipasi siswa dan lembar observasi kegiatan pemebelajaran guru selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung. Pengambilan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat tes (ulangan formatif) yang berupa tes objektif yang adakan di setiap akhir siklus pembelajaran. Sebelum soal tes digunakan dalam penelitian, perlu dilakukan uji coba dan analisa untuk memperoleh validitas soal, tingkat kesukaran tiap butir soal, daya beda tiap butir soal, dan reliabilitas tiap butir soal yang memenuhi kriteria tertentu. 3.5.1 Validitas Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat ketepatan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Jika data yang dihasilkan dari sebuah

39 instrumen valid, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut valid karna dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan yang sesungguhnya. Suatu tes hasil belajar dikatakan valid menurut validitas isi ini bila mana materi tes tersebut betul-betul dapat mewakili secara menyeluruh (representatif). Tujuan digunakan validitas isi yakni untuk menguji ketepatan isi dan keabsahan soal sebagai instrument penelitian sehingga data yang diperoleh dari hasil tes tersebut dapat dipercaya kebenarannya. Oleh karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum, maka penulis membuat kisi-kisi soal dan tes yang sesuai dengan materi yang telah diberikan berdasarkan kurikulum SMA. 3.5.2 Tingkat Kesukaran Menghitung tingkat kesukaran adalah mengukur berapa besar kesukaran butir-butir soal tes dan setiap butir soal memiliki tingkat kesukaran yang berbeda. Soal yang baik hendaknya tidak terlalu sukar dan juga tidak terlalu mudah. Jika suatu tes memiliki tingkat kesukaran sedang maka tes tersebut baik. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesukaran soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2013) yaitu sebagai berikut: P = (3.1) Keterangan : P = Indeks kesukaran item B = Banyaknya siswa yang menjawab item tersebut dengan benar

40 JS = Jumlah siswa yang mengikuti tes Uno dan Koni (2014) mengklasifikasikan indeks kesukaran soal pada tabel 3.1 Tabel 3.1 Nilai Indeks Kesukaran TK ( Tingkat Kesukaran ) Kriteria 0,00-0,30 0,31-0.70 0.71-1.00 Sukar Sedang Mudah Soal-soal yang dianggap baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauan (Arikunto, 2013). Jadi, soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal dengan kriteria tingkat kesukaran sedang dan mudah. Dari hasil uji coba yang dilaksanakan, dilakukan analisis tingkat kesukaran butir soal. Butir soal no 1, 2, 8, 11, 12, 13, 14, 16 memenuhi kriteria mudah, dan butir soal no 3, 4, 5, 6, 8, 15, 17, 19, 20, 23, 25, 27, 28, 29, 31, 34, 36, 37, 38, 39, 41, 43, 44, 46, 49 memenuhi kriteria sedang. 3.5.3 Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk menbedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda menurut Supardi (2014) adalah sebagai berikut: D = - = P A - P B (3.2) Keterangan :

41 D BA BB JA JB P A P B = Daya pembeda = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar = Banyak kelompok bawah yang menjawab dengan benar = Banyak peserta kelompok atas = Banyak peserta kelompok bawah = Proporsi peserta kelompok yang menjawab benar = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda menurut Supardi (2014) adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Rentang Nilai Daya Pembeda Rentang nilai Kategori 0,00 < D < 0,30 Jelek 0,31 < D < 0,40 Cukup 0,401< D < 0,70 Baik 0,71 < D < 1,00 Baik Sekali Soal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu soal dengan daya beda cukup dan baik. Dari hasil uji coba yang dilaksanakan, dilakukan analisis daya beda soal. Butir soal no 3, 4, 5, 7, 8, 10, 15, 23, 26, 27, 28, 30,35, 36, 37, 38, 40, 46, 48, 49, 50, memenuhi kriteria cukup. Butir soal no 6, 17, 20, 21, 25, 29, 33, 34, 43 memenuhi kriteria baik. 3.5.4 Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu ukuran apakah tes tersebut dapat dipercaya dan bertujuan untuk melihat apakah soal yang akan diberikan tersebut dapat diberikan skor yang sama setiap digunakan. Suatu butir instrumen penilaian dikatakan reliabel

42 apabila dipakai mengukur pada waktu yang berlainan hasilnya akan sama. Tes yang baik adalah tes yang dapat membarikan hasil yang reliabel. Menurut Arikunto (2013), untuk menentukan reliabilitas suatu soal yang berbentuk obyektif maka dapat digunakan rumus Kuder-Richardson (K-R21) dibawah ini : ( ) ( ( ) ) (3.3) Dengan (3.4) ( ) (3.5) Keterangan : r 11 = Reliabilitas instrumen n N M S 1 2 x x 2 ( x) 2 = Jumlah butir soal = Jumlah Peserta tes = Mean atau rata-rata skor soal = Varians total = Jumlah skor yang dijawab oleh seluruh siswa = Jumlah skuor total yang dikuadratkan = Nilai penguadratan jumlah skor total Koefisien reliabilitas tes berkisar antara 0,00 sampai 1,00 dengan perincian korelasi seperti pada tabel berikut: Tabel 3.3 Koefisien Reliabilitas No Nilai r Keterangan 1 0,81 < r < 1,00 Sangat Tinggi 2 0,61 < r < 0,80 Tinggi

43 3 0,41 < r < 0,60 Sedang 4 0,21 < r < 0,40 Rendah 5 0,00 < r < 0,20 Sangat Rendah Dari hasil uji coba yang dilaksanakan, dilakukan perhitungan pada reliabilitas mendapatkan angka 0,79 yang berarti soal yang di gunakan pada uji coba soal terdapat pada kategori tinggi. 3.6 Data dan Cara Pengambilan Data 3.6.1 Jenis Data Jenis data yang diambil dalam penelitian ini berupa: a. Data Kualitatif, yaitu data tentang aktivitas siswa, partisipasi siswa dan kegiatan pembelajaran guru dalam proses belajar mengajar. b. Data kuantitatif, yaitu data tentang peningkatan hasil belajar siswa setiap akhir siklus dalam 3 aspek yaitu data aspek kognitif, data tentang aspek afektif siswa melalui lembar penilaian pengamatan sikap dalam pelaksanaan pembelajaran dan data aspek psikomotor siswa melalui lembar penilaian keterampilan dalam melakukan persentasi kelompok. 3.6.2 Cara Pengambilan Data Pengambilan data kualitatif dengan menggunakan lembar observasi partisipasi siswa dan lembar observasi kegiatan pembelajaran guru. Pengambilan data

Dicetak pada tanggal 2018-08-16 44 kuantitatif dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat tes (ulangan formatif) yang berupa tes objektif yang diadakan disetiap akhir siklus pembelajaran. 3.7 Analisis Data Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian digunakan beberapa teknik analisis data sebagai berikut: 3.7.1 Data Kuantitatif Data kuantitatif yang digunakan untuk mengamati penilaian hasil belajar siswa pada masing-masing siklus digunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2013) dengan menggunakan persamaan berikut: ( ) (3.6) Keterangan: S = Skor R W Wt n = Jumlah jawaban yang benar = Jumlah jawaban yang salah = Bobot = Jumlah option Nilai rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Arikunto (2013) sebagai berikut: (3.7) Keterangan: = Nilai rata-rata Na N = Jumlah nilai ulangan siswa = Jumlah siswa keseluruhan

45 Instrumen penilaian sikap dan penilaian keterampilan dilakukan setiap pertemuan dalam setiap siklus saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar format penilaian sikap dan keterampilan yang dilengkapi rubrik penilaian dengan menggunakan rating skala 1-4. Nilai akhir untuk penilaian sikap dan keterampilan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Kurniasih (2013) sebagai berikut: Ketuntasan belajar ditentukan seperti pada tabel berikut: Tabel 3.4 Ketuntasan Belajar Predikat Nilai Kompetensi Pengetahuan Keterampilan Sikap A 4,00 4,00 A - 3,66-3,99 3,66-3,99 SB B + 3,33-3,65 3,33-3,65 B 3,00-3,32 3,00-3,32 B B - 2,66-2,99 2,66-2,99 C + 2,33-2,65 2,33-2,65 C 2,00-2,32 2,00-2,32 C C - 1,66-1,99 1,66-1,99 D + 1,33-1,65 1,33-1,65 D 1,00-1,32 1,00-1,32 K (3.8) Untuk menghitung persentase tingkat keberhasilan belajar digunakan persamaan yang dikemukakan oleh Arikunto (2013) sebagai berikut: (3.9) 3.7.2 Data kualitatif Pengambilan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa, partisipasi siswa dan lembar kegiatan pembelajaran guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Data yang diperoleh dinilai dengan

46 menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono (2014) dengan menggunakan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Tabel 3.5 Rentang persentase dan kriteria kualitatif No Interval Presentase Kriteria 1. 81%-100% Sangat Tinggi 2. 61%-80% Tinggi 3. 41%-60% Sedang 4. 21%-40% Rendah 5. 0%-20% Sangat Rendah Data observasi partisipasi siswa dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Persentase siswa (Z) = (3.9) Dengan : ƩX = Jumlah skor semua siswa yang diperoleh dari lembar partisipasi siswa ƩN = Jumlah skor ideal Sedangkan untuk menghitung rata-rata partisipasi siswa pada setiap siklus digunakan rumus sebagai berikut: Rata-rata (x) = (3.10) Keterangan : ƩZ = Jumlah seluruh skor persentase siswa Dengan kriteria penilaian : 0% Rata-rata 20% : Partisipasi siswa sangat rendah 20% Rata-rata 40% : Partisipasi siswa rendah 40% Rata-rata 60% : Partisipasi siswa sedang 60% Rata-rata 80% : Partisipasi siswa tinggi

47 80% Rata-rata 100% :Partisipasi siswa sangat tinggi untuk data hasil Data observasi aktivitas siswa dihitung dengan menggunakan persamaan: (3.11) Keterangan: A Na N = Aktivitas siswa = Jumlah siswa yang Aktif = Jumlah siswa keseluruhan Dengan perhitungan penilaiannya sebagai berikut: 0 20 = Tidak Aktif 21 40 = Kurang aktif 41 60 = Cukup aktif 61 80 = Aktif 81 100 = Sangat aktif 3.8 Indikator Keberhasilan Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan tindakan kelas yang dilakukan adalah pada tahap keberhasilan belajar yang diperoleh oleh siswa. Dalam penelitian ini tindakan dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah pada mata pelajaran fisika yaitu 75% atau 75. Tindakan yang dilaksanakan dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

48 1) Perhitungan rata-rata tes hasil belajar siswa pada setiap siklus terdapat peningkatan secara signifikan. 2) terjadi peningkatan pada jumlah atau persentase siswa yang mencapai keberhasilan dalam belajar (mendapat nilai 75). Secara klasikal persentase siswa yang berhasil dalam belajar diharapkan sebesar 75%. 3) Persentase aktivitas belajar siswa telah berada pada kategori aktif atau aktif sekali. 4) Persentase partisipasi belajar siswa telah berada pada kriteria tinggi atau sangat tinggi. Bila kriteria tersebut dipenuhi, maka penguasaan materi pelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share dapat dijadikan usaha peningkatan partisipasi dan hasil belajar siswa pada materi usaha dan energi.