BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pembangunan nasional, yang bertitik berat pada bidang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) PERSERO

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari dasar falsafah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. diiringi pembangunan disegala bidang yang meliputi aspek ekonomi, politik,

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Guna

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT BANK DI BPR BKK Capem BATURETNO Kab. WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DAN TATA CARA PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA BANK BTN DI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi,

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERJANJIAN KREDIT DENGAN SISTEM REKENING KORAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pembangunan aspek ekonomi tentunya tidak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perekonomian nasional. Hal ini menyebabkan. kebutuhan hidup penduduk Indonesia juga terus mengalami kenaikan.

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. dana yang besar. Kebutuhan dana yang besar itu hanya dapat dipenuhi. dengan memperdayakan secara maksimal sumber-sumber dana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

GADAI DAN HAK KEBENDAAN TINJAUAN YURIDIS GADAI SEBAGAI HAK KEBENDAAN UNTUK JAMINAN KREDIT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya pembangunan nasional, yang bertitik berat pada bidang ekonomi yang mengelola kekuatan potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi rill dengan memanfaatkan sarana permodalan yang ada, sebagai sarana pendukung utama dalam pembangunan tersebut, membutuhkan penyediaan dana yang cukup besar. Peran perbankan dalam pembiayaan akan semakin besar, hal tersebut disebabkan dana yang diperlukan dalam pembangunan berasal atau dihimpun dari masyarakat melalui perbankan, yang kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat berupa pemberian kredit guna menuju ke arah yang lebih produktif. Salah satu alternatif dalam pendanaan yang dapat digunakan adalah melalui bank. Pengertian bank seperti yang tercantum dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang berbunyi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1

2 Fungsi menghimpun dan menyalurkan dana itu berkaitan erat dengan kepentingan umum, sehingga perbankan wajib menjaga dengan baik dana yang dititipkan masyarakat tersebut. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dapat dilakukan dalam bentuk kredit kepada masyarakat. Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yaitu Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Perbankan harus dapat menyalurkan dana tersebut ke bidang-bidang yang produktif, bagi pencapaian sasaran pembangunan. Salah satu unsur pokok dalam pembangunan untuk mensejahterakan rakyat adalah terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam bidang papan atau perumahan. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia, baik untuk tempat tinggal, tempat usaha, perkantoran dan lain sebagainya. Namun demikian, belum semua anggota masyarakat dapat memiliki atau menikmati rumah yang layak, sehat, aman dan serasi. Untuk meletakkan kerangka dasar yang kuat bagi pengadaan perumahan dan pemukiman rakyat, terutama dalam meningkatkan partisipasi masyarakat maka diperlukan suatu pola pembiayan perumahan yang baik dalam menentukan keberhasilannya.

3 Usaha untuk mengembangkan sistem tersebut diperlukan suatu rangkaian yang bersifat menyeluruh karena mencakup seluruh komponen yang terdiri dari: 1. Bank, dalam hal ini Bank BTN, selaku pemberi kredit. 2. Developer atau perusahaan pengembang, yang menyediakan dan membangun konstruksi serta sarana dan prasarana pendukung lainnya. 3. Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota, yang menerbitkan berbagai perizinan pembangunan perumahan. 4. Masyarakat umum selaku pembeli/debitur. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, ditentukan bahwa yang dimaksud dengan rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan hunian bagi pembinaan keluarga. Kebutuhan akan perumahan pada masa sekarang ini merupakan masalah nasional, oleh karena itu upaya pembangunan perumahan dan pemukiman terus ditingkatkan untuk menyediakan jumlah perumahan yang makin banyak dan dengan harga yang terjangkau terutama oleh golongan masyarakat yang tidak mampu membeli rumah secara tunai, maka mereka akan membeli rumah secara kredit melalui lembaga perbankan dengan mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Berbicara masalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tidak bisa dilepaskan dari kiprah dan peran PT.Bank Tabungan Negara (Persero) atau biasa disebut BTN. Bank milik pemerintah ini memang sudah puluhan tahun melayani masyarakat dalam pemberian KPR.

4 Sebagai bank pemerintah yang ditunjuk untuk menyalurkan KPR tentu BTN mempunyai produk-produk unggulan untuk dapat memenuhi keinginan nasabahnya. Terkait dengan perumahan, BTN tidak hanya Kredit Kepemilikan Rumah berupa Kredit Griya Utama (KGU) saja. BTN juga mempunyai produk berupa lain seperti Kredit Griya Multi (KGM) yang bisa digunakan salah satunya untuk renovasi rumah, Kredit Swa Griya (KSG) yang bisa digunakan untuk keperluan membangun rumah di atas tanah milik sendiri atau Kredit Yasa Griya (KGY) yang bisa digunakan untuk modal pembangunan proyek perumahan serta masih banyak produk lainnya. Dengan kondisi perekonomian saat ini yang tidak stabil membuat impian untuk dapat memiliki rumah menjadi suatu hal yang tidak lagi mudah. Dengan adanya produk-produk di atas BTN berharap dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan nasabahnya. Jadi tidak hanya kredit berupa Kredit Pemilikan Rumah saja tetapi juga kredit untuk renovasi ataupun pembangunan rumah. Selain keunggulan variasi produk di atas, BTN masih mempunyai keunggulan lainnya yaitu adanya program KPR subsidi yang dibiayai pemerintah. Program ini diperuntukkan bagi masyarakat menengah ke bawah yang ingin membeli rumah tetapi tidak bisa membayar secara tunai. Dalam menyediakan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR), pihak perbankan adalah selaku penyedia dana. Salah satu bank yang menyediakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah PT. Bank Tabungan Negara. Tbk Cabang Surakarta.

5 Kredit Kepemilikan Rumah adalah paket kredit yang dilaksanakan oleh Bank Tabungan Negara (BTN) kepada masyarakat yang ingin membeli/mendapatkan rumah yang dibangun oleh developer (perusahaan pengembang) dengan cara kredit, berdasarkan tabel ketentuan kredit Bank Tabungan Negara (BTN) yang dikeluarkan PT. Bank Tabungan Negara. Tbk Cabang Surakarta. Kredit kepemilikan rumah selanjutanya yang disingkat dengan KPR adalah kredit yang diberikan oleh Bank Tabungan Negara untuk membantu anggota masyarakat guna membeli sebuah rumah berikut tanahnya, untuk dimiliki dan dihuni sendiri. Masyarakat untuk memperoleh KPR Bank Tabungan Negara (persero) harus mengumpulkan data-data yang dapat digunakan sebagai alasan pemohonan kredit. Alasan-alasan inilah yang dapat dijadikan sebagai bahan utama mungkin tidaknya seseorang mendapatkan kredit dari bank. Hal ini dikarenakan bank adalah lembaga perkreditan resmi yang hidup berdasarkan legalitas perundang-undangan. Disamping itu pihak bank juga masih akan mengadakan analisa kredit atau penilaian kredit yang akan dilakukan oleh pejabat bagian kredit terhadap permintaan kredit yang bersangkutan. Analisa kredit tersebut dimaksudkan untuk menganalisa dan melihat kemampuan dalam pembayaran kredit guna memperoleh keterangan kepercayaan bank dalam memberikan kreditnya.

6 Kredit yang diberikan oleh bank didasarkan atas kepercayaan, sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan kepada nasabah 1. Namun tidak mudah untuk mengetahui secara pasti apakah orang yang mengajukan permohonan KPR tersebut adalah orang yang dapat dipercaya. Berbagai risiko dalam pemberian kredit dapat menyebabkan tidak dilunasinya kredit ketika tiba saat pelunasan sehingga terjadi kredit macet. Berdasarkan hal tersebut maka bank selaku pihak kreditur harus dapat menerapkan prinsip kehati-hatian dengan melakukan analisis kredit dalam menyetujui suatu permohonan kredit yang diajukan.undang-undang No. 10 Tahun 1998 perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 pasal 8 ayat (1) yang mnyebutkan bahwa, dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan Perjanjian KPR berdasarkan perjanjian standard yang isinya telah ditetapkan oleh pihak bank, yang dituangkan dalam konsep janji-janji tertulis yang disusun tanpa membicarakan isinya kepada debitur, kemudian diformulasikan dalam bentuk formulir perjanjian dan sejumlah aturan addendum atau aturan tambahan, sehingga yang terjadi adalah kreditur menyodorkan bentuk perjanjian yang berwujud perihal perjanjian KPR dengan 299. 1 Muh. Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992. hlm.

7 klausul yang telah ditetapkan, terkecuali mengenai judul perjanjian KPR, komparasi atau identitas, dasar hukum, dan kedudukan para pihak yang akan mengadakan perjanjian kredit bank. Proses pelaksanaan prosedur Kredit Kepemilikan Rumah melalui tahapan - tahapan yang tak sedikit yang di antaranya: 1) Prosedur untuk calon debitur yaitu bank menyerahkan aplikasi permohonan kredit yang harus di isi oleh debitur dan melakukan wawancara kepada debitur guna memberikan kepercayaan kepada bank bahwa si debitur benar benar ingin mengajukan Kredit Kepemilikan Rumah pada Bank yang bersangkutan sesuai dengan persyaratan yang ada. 2) Prosedur yang dilakukan oleh bank: a. Menganalisa permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur, apakah telah sesuai dengan apa yang ada pada waktu wawancara dilakukan. b. Melakukan penilaian agunan berupa sertifikat dan IMB. c. Pihak bank akan memberikan jawaban apakah akan menyetujui permohonan kredit calon debitur ayau tidak menyetujui permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur. d. Bila pihak bank telah menyetujui permohonan kredit yang diajukan oleh debitur, maka pihak bank akan memberikan Surat Penegasan Persetujuan Pemberian Kredit (SP3K), dengan masa berlaku untuk enam bulan setelah surat tersebut diterbitkan dan dalam waktu enam

8 bulan tersebut debitur diberi waktu untuk berpikir apakah mau melanjutkan permohonan kreditnya atau batal.dan apabila dalam waktu enam bulan debitur tidak ada jawaban,maka debitur harus mulai dari awal pengajuan permohonan kredit. Sebelum akad kredit ditandatangani, pihak PT. BTN (Persero) memberikan kesempatan kepada debitur untuk mempelajari seluruh isi Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah yang dibuat dalam bentuk baku selama jangka waktu tertentu. Calon debitur dapat berkonsultasi dengan ahli hukum atau setidak-tidaknya mempelajari sendiri dan memperhitungkan konsekuensinya bila ia menandatangani perjanjian itu. Jika debitur merasa keberatan atas persyaratan yang tercantum dalam perjanjian, maka ia dapat menarik kembali permohonan kreditnya, dan BTN tidak akan memaksakan untuk menandatangani perjanjian tersebut. Sehingga tidak timbul perjanjian diantara mereka. Jadi meskipun persyaratan perjanjian ditentukan oleh pihak bank, ini tidak berarti debitur tidak lagi mempunyai suatu kebebasan untuk menentukan kehendaknya. Maka dari itu jasa di sini bahwa di dalam perjanjian tersebut di atas, diperlukan kesepakatan antara mereka tersebut di atas, diperlukan kesepakatan antara mereka yang mengikatkan dirinya (asas konsensualisme), kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal yang tertentu, suatu sebab yang halal, menurut isi Pasal 1320 KUH Perdata yang menentukan bahwa untuk sahnya perjanjian diperlukan syarat-syarat di atas. Asas konsensualisme mengandung arti kemauan para pihak untuk saling berprestasi, ada kemauan untuk saling

9 mengikatkan diri, kemauan ini menimbulkan kepercayaan bahwa perjanjian itu dipenuhi. Asas ini berkaitan erat dengan asas kebebasan berkontrak yang terdapat dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata dan asas kekuatan mengikat yang terdapat dalam Pasal 1339 KUH Perdata.mengikat yang terdapat dalam Pasal 1339 KUH Perdata. Dan prosedur yang ada pun harus benar - benar dipenuhi oleh si debitur apabila debitur tersebut ingin melakukan Kredit Kepemilikan Rumah. Tidaklah mudah untuk mendapatkan Kredit Kepemilikan Rumah apabila calon debitur tersebut bukan termasuk ke dalam personal yang termasuk ke dalam syarat calon debitur. Selain masalah personal calon debitur, hal lain yang harus dipenuhi yaitu syarat syarat mengenai seperti apakah rumah yang termasuk ke dalam Kredit Kepemilikan Rumah yang dilakukan oleh PT BTN (Persero). Dalam pelaksanaan perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) pasti dihadapkan pada problematika yang terkait di dalammnya. Problematika yang dimaksud adalah proses pelaksanaan prosedur Kredit Kepemilikan Rumah dan hambatan hambatan yang ditemui dalam perjanjian Kredit Kepemilkan Rumah. Adapun hambatan hambatan yang sering terjadi dalam kredit pemilikan Rumah (KPR-BTN) tersebut adalah terjadinya wanprestasi dari pihak debitur. Untuk mengatasi masalah tersebut pihak PT BTN (Persero) selaku kreditur kemudian berupaya untuk mengadakan konfirmasi dan menghubungi debitur yang menunggak, baik menggunakan alamat pada saat

10 memohon kredit maupun alamat rumah KPR-BTN yang wajib dihuni. Berkat upaya yang dilakukan oleh pihak BTN, maka debitur yang menunggak dapat dihubungi dan mendapat surat Panggilan untuk datang ke Kantor BTN. KPR pada prinsipnya juga sama dengan kredit pada mumnya yang obyeknya adalah dana / uang yang kemudian diberikan rumah. KPR demikian juga sama halnya dengan perjanjian kredit yang lain, mempunyai degree of cruish, maka dalam KPR pun diperlukan jaminan / collateral demi untuk mengamankan dana yang telah dikeluarkan oleh Bank BTN. Jaminan yang dimaksud dalam hal ini adalah rumah yang dibeli dengan fasilitas KPR tersebut, Pemberian KPR oleh kreditur sering mensyaratkan di sediakannya jaminan kebendaan misalnya Hak Tanggungan Atas Tanah karena jaminan ini di nilai sangat aman oleh bank sebagaimana diatur dalam pasal 6 UU No.4 tahun 1996 tentang Hak Atas Tanah, yang menyebutkan bahwa apabila terjadi cidera janji oleh debitur, maka pemegang Hak Atas Tanah pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut (parate eksekusi). Tetapi jaminan ini tidak mutlak diterapkan oleh kreditur artinya masih ada kemungkinan adanya jaminanjaminan lain yang yang dimintakan oleh pihak kreditur. Hal ini dilakukan oleh kreditur semata-mata untuk lebih mengamankan pengembalian kredit yang telah dikeluarkannya. Meskipun bank telah melakukan upaya pengawasan. Pegawasan yang dilakukan oleh bank yaitu preventif yaitu pengawasan yang dilakukan

11 sebelum terjadinya sesuatu hal yang tidak diinginkan oleh pihak bank dan pengawasan represif yaitu pengawasan yang dilakukan setelah terjadinya sesuatu. Dalam kenyataannya, debitur seringkali melakukan wanpresasi yang mengakibatkan kredit macet. Permasalahan kredit macet yang menimpa dunia perbankan sebagai akibat dari adanya wansprestasi atau keterlambatan dalam pembayaran oleh debitur ditambah dengan banyaknya kredit yang dijamin dengan jaminan kebendaan akan tetapi jaminan tersebut setelah dijual tidak mencukupi untuk memenuhi hutangnya. Sehingga dengan itu dapat diwujudkan sebuah dunia perbankan yang sehat karena pada dasarnya modal pokok untuk perkreditan dari bank-bank ialah sumber simpanan dari masyarakat, bagi bank milik BUMN dapat juga bersumber dari uang negara. Hasil penelitian ini kemudian dideskripsikan. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pihak Bank Tabungan Negara, baik dalam substansi dan klausula-klausula perjanjian yang dibuat secara baku dan sepihak oleh Bank sehingga membuat posisi kedua belah pihak tidak seimbang, dimana posisi Bank lebih kuat terhadap debitur, hal ini tidak sepenuhnya mengakomodir asas kebebasan berkontrak, asas kepatutan dan keadilan, namun demikian perjanjian tersebut telah sah dan mempunyai kekuatan hukum karena syarat sahnya perjanjian telah terpenuhi. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: penyelesaian perjanjian kredit pemilikan rumah (KPR) antara Bank Tabungan Negara dengan debitur, berkenaan pelaksanaan perjanjian penyaluran Kredit

12 Pemilikan Rumah, dan penyelesaian masalah perjanjian kredit pemilikan rumah (KPR) dalam hal debitor yang wanprestasi. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka penulis dalam hal ini terdorong untuk mengkaji dan meneliti ke dalam penulisan skripsi dengan judul Tinjauan Yuridis Prosedur Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (Studi Kasus PT. Bank Tabungan Negara. Tbk Cabang Surakarta). B. PEMBATASAN dan PERUMUSAN MASALAH 1. Pembatasan Masalah Untuk memberikan kejelasan mengenai objek yang menjadi fokus penelitian dalam penulisan hukum ini, menghindari masuknya hukum yang tidak berkaitan dengan penelitian ini dan menghindari perluasan masalah sebagai dampak luasnya ruang lingkup objek yang akan dikaji dan agar penelitian ini lebih mengarah dan tidak menyimpang dari permasalahan yang diteliti serta tujuan yang dicapai, maka penulis melakukan pembatasan pada aspek jaminan pada perjanjian kredit kepemilikan rumah yang terjadi di PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Cabang Surakarta. 2. Permasalahan Sesuai dengan judul penelitian Tinjauan Yuridis Prosedur Pelaksanaan Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah (Studi Kasus PT. Bank Tabungan

13 Negara (Persero), Cabang Surakarta), maka perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah proses pelaksanaan perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) khususnya untuk Rumah Sederhana pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Cabang Surakarta? 2. Apa sajakah hambatan hambatan yang ditemukan dalam proses perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah ( KPR ) dan bagaimana cara penyelesaiannya? C. TUJUAN PENELITIAN Dalam setiap aktivitas penulisan tidak dapat dipisahkan dari tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan aktivitas tersebut. Hal ini lebih bermanfaat dalam penyelenggaraan suatu kegiatan, apabila telah dirumuskan terlebih dahulu yaitu dapat dijadikan tolak ukur dan pegangan dalam penyelenggaraan suatu aktifitas, karena yang ingin dicapai pada dasarnya merupakan hasil dari pelaksanaan suatu kegiatan. Sesuai dengan pernyataan diatas maka dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan : 1. Tujuan Objektif a. Untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan prosedur perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) khususnya untuk Rumah Sederhana b. Untuk mendeskripsikan hambatan hambatan yang ditemukan dalam proses perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah ( KPR ) dan bagaimana cara penyelesaiannya

14 2. Tujuan Subjektif a. Untuk melatih kemampuan penulis dalam melakukan penelitian. b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dibidang Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah c. Untuk meningkatkan dan mendalami berbagai teori tentang ilmu hukum yang sudah penulis peroleh, khususnya tentang teori teori di bidang hukum perdata d. Untuk memperoleh data yang penulis pergunakan dalan penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan dalam ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. D. MANFAAT PENELITIAN Di dalam melakukan penelitian ini, penulis mengharapkan ada manfaat yang dapat diambil baik bagi penulis sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya. Manfaat penelitian ini dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu : 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum perdata khususya di bidang Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah. b. Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan di dalam bidang hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

15 c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi di bidang Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi para pihak yang berkepentingan langsung dengan hasil penelitian ini, serta sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca mengenai hukum Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah. b. Memberikan wawasan bagi masyarakat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah. E. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dapat digolongkan dalam penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data-data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala yang lain. 2 Dalam hal ini penulis akan berusaha memberikan gambaran dan melakukan kajian mengenai Prosedur Pelaksanaan Perjanjian Kredit di PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Cabang Surakarta. 2. Metode Pendekatan Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis diartikan sebagai pendekatan terhadap aturan-aturan hukum yang 2 Khuzalifah Dimyati dan Kelik Wardiyono,2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta:Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, Hal 3

16 berhubungan dengan perbuatan hukum mengenai pelaksanaan perjanjian Kredit Pemilikan Rumah. Sedangkan pendekatan empiris dimaksudkan ialah sebagai usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai dengan kenyataan dalam masyarakat. 3 3. Jenis Data Data yang terkumpul merupakan data kuantitaf yaitu pengumpulan data dalam jumlah besar dan mudah dikualifikasikan ke dalam kategorikategori. 4 Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu sebagai berikut : a. Data Primer Data yang diperoleh melalui penelitian pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Cabang Surakarta. b. Data Sekunder Merupakan sejumlah data yang diperoleh melalui pustaka yang meliputi buku-buku, artikel, hasil seminar dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian. 4. Lokasi Penelitian Yang menjadi obyek dari penelitian ini adalah PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Cabang Surakarta. 5. Metode Pengumpulan Data 3 Rony Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, Hal 39 4 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Hal 49

17 Metode pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara atau interview merupakan tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara langsung. Dalam proses interview ada dua pihak yang menempati kedudukan yang berbeda. Satu pihak berfungsi sebagai pencari informasi (interviewer) sedangkan pihak lain berfungsi sebagai informan. Wawancara yang penulis lakukan adalah melakukan tanya jawab dengan nara sumber yang terkait dengan prosedur pelaksanaan perjanjian kredit pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Cabang Surakarta. b. Dokumentasi Yaitu pengumpulan data yang mengacu pada dokumen-dokumen yang ada pada proses pelaksanaan PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Cabang Surakarta. c. Penelitian Pustaka Teknik penelitian pustaka sangat penting sebagai dasar teori maupun sebagai data pendukung. Dalam penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan melalui membaca dan mempelajari bukubuku literatur, naskah-naskah serta dokumen-dokumen yang ada hubunganya dengan masalah yang diteliti.

18 6. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data kualitatif, yaitu suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan responden tertulis atau lisan dan juga perilaku nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai tujuan yang utuh. 5 Penggunaan analisis data yang bersifat kualitatif dikarenakan data yang terkumpul merupakan data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara berupa informasi dan responden yang kemudian dihubungkan dengan literatur-literatur yang ada, teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan, selanjutnya mencari jalan permasalahannya dengan menganalisis dan akhirnya menarik kesimpulan untuk memperoleh hasilnya. 6 7. Metode Uji Kesahihan Data Pada penelitian ini penulis dapat memastikan bahwa data-data yang diperoleh adalah data-data yang valid, sahih, bukan data yang bias. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut: a. Penulis sebelum melakukan penelitian pada lokasi penelitian telah meminta izin pada pihak terkait yaitu dengan adanya surat izin riset pada pihak PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Surakarta b. Bahwa data yang diperoleh penulis dalam penelitian ini adalah data resmi yang dikeluarkan oleh pihak PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Surakarta. Hal 13 5 Soerjono Soekanto dan Sri Pamuji. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: CV Rajawali. 6 Ibid.

19 c. Bahwa selain data resmi yang penulis peroleh dari pihak PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Surakarta. terdapat pula data sekunder seperti undang-undang, buku-buku, jurnal yang berkaitan mengenai hukum asuransi yang dapat dibuktikan kesahihannya. F. SISTEMATIKA PENELITIAN Dalam penelitian skripsi ini penulis berpedoman pada sistematika yang sesuai dengan buku Pedoman Penyusunan Skripsi. Sistematika skripsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan dan Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian 2. Metode Pendekatan 3. Jenis Data 4. Lokasi Penelitian 5. Metode Pengumpulan data 6. Metode Analisis Data 7. Metode Uji Kesahihan Data F. Sistematika Skripsi

20 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian 2. Syarat Sahnya Perjanjian 3. Subjek dan Objek Perjanjian 4. Asas Asas Perjanjian 5. Hapusnya Perjanjian B. Tinjauan Umum Tentang Kredit 1. Pengertian Kredit 2. Macam-macam Kredit 3. Tujuan Kredit 4. Fungsi Kredit 5. Proses dan Prosedur Kredit 6. Jaminan Dalam Kredit C. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit 1. Pengertian Perjanjian Kredit 2. Lahirnya Perjanjian Kredit 3. Hapusnya Perjanjian Kredit D. Tinjauan Umum Tentang Kredit Pemilikan Rumah 1. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah 2. Sistem dan Prosedur Kredit 3. Pelaksanaan atau Pemberian Kredit Perumahan 4. Produk Kredit Pemilkan Rumah

21 BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum tentang PT. BTN. Tbk Cabang Surakarta B. Proses Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Khususnya Untuk Rumah Sederhana Pada Bank BTN Cabang Surakarta C. Hambatan hambatan yang ditemukan dalam proses perjanjian Kredit Kepemilikan Rumah ( KPR ) dan bagaimana cara penyelesaiannya BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN