BAB I PENDAHULUAN. potensial atau unggulan, khususnya pada negara-negara berkembang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan kesejahteraan. Pada pembangunan ekonomi di daerah, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi pilar-pilar pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam menghadapi globalisasi diperlukan perekonomian yang. Menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2007) mendefinisikan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat merasakan kesejahteraan dengan cara mengelola potensi-potensi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perubahan. Dalam studi empirisnya Chenery memberikan

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas dan. buatan serta sumberdaya sosial (Maulidyah, 2014).

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan. Meningkatnya persaingan antar negara tidak hanya berdampak pada perekonomian negara secara keseluruhan,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

Produk Domestik Regional Bruto

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

menciptakan stabilitas ekonomi (economic stability) melalui retribusi

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman menuntut tiap negara untuk mengikuti arus globalisasi dimana terdapat persaingan antar negara di sektor-sektor potensial atau unggulan, khususnya pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Tiap-tiap negara berusaha memperkuat ekonominya dengan mengembangkan sektor-sektor unggulan agar dapat bersaing dengan negara lain. Dalam lingkup yang lebih kecil atau dalam lingkup daerah/regional pada suatu negara juga memiliki sektor unggulan yang berbeda satu sama lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya perbedaan kondisi daerah, serta potensi sumberdaya alam dan manusia. Untuk menciptakan pembangunan yang optimal serta merata perlu adanya kesesuaian dengan potensi yang terdapat di masing-masing daerah serta didasarkan atas kekhasan daerah yang bersangkutan (endogeneous development). Menurut Sjafrizal (1997), Tiap daerah memiliki potensi yang berbeda beda satu sama lain. Karena itulah untuk memajukan perekonomian suatu daerah harus disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Bila prioritas pembangunan tidak sesuai dengan karakteristik daerah masingmasing, maka pembangunan ekonominya akan menjadi relatif lambat dan tidak optimal. Karena terdapat perbedaan potensi dan corak struktur ekonomi 1

dari masing-masing daerah maka dalam proses pembangunan daerah perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik dari daerah yang bersangkutan. Perbedaan potensi satu daerah dengan daerah yang lain menyebabkan perbedaan strategi pembangunan dari masing-masing daerah dan tidak ada strategi yang sama yang dapat diterapkan untuk semua daerah. Keberhasilan pembangunan suatu daerah ditunjukkan dari peningkatan pertumbuhan ekonomi serta semakin kecilnya kesenjangan distribusi pendapatan baik dalam skala kecil maupun dalam skala yang lebih luas. Pemerintah dalam hal ini turut berperan dalam pembangunan suatu daerah dengan berbagai kebijakannya. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, dimana dalam hal ini pemerintah pusat memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya sendiri. Diharapkan dengan kebijakan ini pemerintah daerah dapat mengatur daerahnya dengan lebih baik karena sudah mengenal karakteristik daerah tersebut. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah akan menggerakkan dan memacu pembangunan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat. Untuk itu, dalam lingkup daerah atau regional digunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah yang bersangkutan sebagai tolok ukur pertumbuhan ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB sendiri terdiri dari beberapa sektor dan sub sektor utama pembentuk di 2

dalamnya. Secara sektoral terbagi menjadi sembilan sektor utama diantaranya: (1) pertanian, (2) pertambangan & penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas & air, (5) bangunan, (6) perdagangan, hotel & restoran, (7) pengangkutan & komunikasi, (8) keuangan, persewaan & jasa perusahaan, (9) jasa-jasa. Penelitian ini akan menunjukkan gambaran serta perubahan struktur ekonomi secara sektoral yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman. Di samping itu, penelitian ini juga berusaha mengidentifikasi sektor apa yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman (sektor unggulan) dan dalam lingkup yang lebih luas yaitu Provinsi DIY. Hasil tersebut nantinya berguna sebagai pertimbangan dalam penentuan prioritas pembangunan di Kabupaten Sleman. Secara administratif, Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi D.I Yogyakarta. Provinsi D.I Yogyakarta sendiri terbagi menjadi menjadi empat kabupaten dan satu kota di antaranya Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul, serta Kota Yogyakarta. Kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan yang di dalamnya meliputi 86 desa. Apabila dibandingkan dengan kabupaten lain yang terdapat di Provinsi DIY, secara umum dapat dikatakan bahwa Kabupaten Sleman adalah salah satu kabupaten yang paling berkembang di Provinsi DIY. Hal tersebut ditandai dengan beberapa indikator di antaranya pertumbuhan PDRB yang tertinggi dibandingkan dengan 3

PDRB (Jt Rp) kabupaten/kota lain, kontribusi PDRB paling besar di antara kabupaten/kota lain di Provinsi DIY, serta rata-rata laju pertumbuhan yang paling tinggi. Untuk mengetahui rata-rata PDRB Kabupaten Sleman dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini. Gambar 1.1 Rata-Rata PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi DIY, 2001-2010 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 Sleman Bantul Yogyakarta Kulon Progo Gunung Kidul Kabupaten/Kota Sumber : Diolah dari BPS (2001-2010) Gambar 1.1 di atas menunjukkan perbandingan rata-rata PDRB Kabupaten Sleman dengan kabupaten/kota lain yang ada di Provinsi DIY selama kurun waktu 2001 hingga 2010. Dari gambar tersebut diketahui bahwa Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki rata-rata PDRB terbesar dibandingkan kabupaten/kota lain di Provinsi DIY dimana rata-rata PDRB Kabupaten Sleman selama tahun analisis melebihi angka Rp 5 triliun. 4

Sedangkan kabupaten yang memiliki rata-rata PDRB terkecil ialah Kabupaten Kulon Progo yang memiliki rata-rata PDRB dibawah Rp 2 triliun. Dari jumlah rata-rata PDRB sebesar itu, Kabupaten Sleman menjadi Kabupaten yang memberikan sumbangan atau kontribusi paling besar dibandingkan dengan kabupaten/kota lain yang ada di Provinsi DIY. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 1.2 di bawah ini. Gambar 1.2 Rata-Rata Persentase Kontribusi PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi DIY, 2001-2010 9% 16% Sleman 30% Bantul Yogyakarta Kulon Progo 26% 19% Gunung Kidul Sumber : Diolah dari BPS (2001-2010) Apabila dilihat persentasenya, Kabupaten Sleman menyumbang sebesar 30% dari total PDRB Provinsi DIY diikuti Kota Yogyakarta sebesar 26% dan Kabupaten Bantul sebesar 19%. Kontribusi PDRB Kabupaten Sleman tersebut paling besar disumbang oleh sektor perdagangan, hotel & restoran yang menjadi sektor utama di Kabupaten Sleman dan juga Provinsi DIY. Bukan tidak mungkin kontribusi Kabupaten Sleman dapat mengalami 5

Laju Pertumbuhan (%) peningkatan dalam tahun-tahun ke depan apabila PDRB Kabupaten Sleman terus meningkat dengan laju pertumbuhan yang cepat. Untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang optimal maka peningkatan pendapatan daerah (PDRB) juga harus didukung oleh laju pertumbuhan yang cepat. Oleh karena itu laju pertumbuhan juga harus menjadi pertimbangan dalam aspek pembangunan suatu daerah. Sebab apabila hal ini diabaikan maka suatu daerah yang memiliki PDRB besar sekalipun akan tertinggal dengan daerah lain yang memiliki PDRB lebih kecil namun dengan laju pertumbuhan yang lebih cepat. Untuk melihat gambaran mengenai laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Sleman dapat dilihat pada gambar 1.3 di bawah ini. Gambar 1.3 Rata-Rata Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi DIY, 2001-2010 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 4.82 4.45 4.68 4.16 3.87 Sleman Bantul Yogyakarta Kulon Progo Gunung Kidul Kabupaten/Kota Sumber : Diolah dari BPS (2001-2010) Berdasarkan gambar di atas, Kabupaten Sleman merupakan kabupaten dengan rata-rata laju pertumbuhan PDRB tertinggi yang mencapai 4,82% 6

yang diikuti Kota Yogyakarta sebesar 4,68%. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sleman selain mengalami peningkatan PDRB tiap tahunnya juga tumbuh paling cepat dibanding kabupaten/kota lainnya. Apabila terus dapat dipertahankan seperti ini maka Kabupeten Sleman akan menjadi kabupaten yang semakin berpengaruh terhadap akselerasi pembangunan di Provinsi DIY. 1.2 Perumusan Masalah Setelah mengetahui keadaan ekonomi Kabupaten Sleman yang ditunjukkan dari indikator-indikator yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Pengembangan tersebut meliputi sektor-sektor vital yang ada di dalamnya. Hal yang perlu diingat bahwa tidak semua sektor dapat berkembang sama baiknya di Kabupaten Sleman. Hal tersebut dipengaruhi keadaan daerah itu sendiri. Dikarenakan belum adanya penelitian mengenai keunggulan sektoral di Kabupaten Sleman, maka perlu adanya analisis lebih lanjut mengenai identifikasi sektor unggulan yang terdapat di Kabupaten Sleman untuk kemudian dapat dikembangkan sehingga pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman menjadi lebih optimal. Sesuai dengan tujuan pembangunan ekonomi daerah, yaitu untuk meningkatkan perekonomian daerah dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan maka dibutuhkan pemilihan kebijakan yang tepat berdasarkan potensi ekonomi daerah. Apabila sudah diketahui potensi ekonomi melalui sektor-sektor unggulan yang ada di Kabupaten Sleman dapat diterapkan 7

kebijakan yang sesuai dengan kekhasan daerah tersebut. Pemerintah Kabupaten Sleman dalam hal ini berperan dalam memajukan daerahnya dengan menggali dan memanfaatkan potensi di Kabupaten Sleman. Oleh karena itu, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian dalam penelitian ini diantaranya : 1. Bagaimana pola dan struktur perekonomian Kabupaten Sleman. 2. Bagaimana tipologi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sleman. 3. Sektor apa yang menjadi unggulan di Kabupaten Sleman. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi pola dan struktur perekonomian Kabupaten Sleman. 2. Mengidentifikasi tipologi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sleman. 3. Mengidentifikasi sektor unggulan di Kabupaten Sleman. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Sleman di antaranya: 1. Memberikan masukan bagi para pembuat kebijakan untuk memajukan sektor unggulan dan mengembangkan kompetensi daerah Kabupaten Sleman. 2. Sebagai gambaran bagi investor baik asing maupun lokal mengenai sektor unggulan yang terdapat di Kabupaten Sleman. 8

3. Memberikan sumbangan pemikiran khususnya bagi studi pembangunan ekonomi regional di Indonesia. 1.5 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun menurut sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI Berisi teori yang dijadikan landasan dalam penelitian, penelitian sebelumnya yang mendukung serta menjadi acuan penelitian, serta alat analisis yang dipergunakan dalam penelitian. BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi hasil penelitian serta pembahasannya yaitu berupa analisis perhitungan hasil-hasil pengujian data yang telah dikumpulkan dan diolah serta interpretasinya. BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran kepada pihakpihak yang terkait. 9