BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Dengue (DD) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan dunia. Saat ini sekitar 2,5 milyar orang memiliki resiko terkena demam dengue, terutama mereka yang tinggal di daerah perkotaan negara-negara tropis dan subtropics (Cameron et al., 2012; Costa et al., 2013). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (WHO, 2005). Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang merupakan sumber penularan utama dan Aedes albopictus sebagai vektor potensial (Kumar et al., 2012). Pengendalian vektor adalah salah satu cara yang paling ampuh dalam proses pengelolaan populasi untuk mencegah atau mengurangi terjadinya penularan penyakit (Subramaniam et al., 2012). Pengendalian vektor yang paling efektif yaitu dengan memutuskan siklus hidup pada tempat-tempat perkembangan mereka.nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus berkembang pada kontainer yang ada di dalam dan sekitar rumah, sehingga tehnik pengendalian yang dilakukan harus sesuai dengan target sasarannya. Stadium larva dari nyamuk Ae. aegypti dan Ae. Albopictus dapat dicegah perkembangannya dengan penggunaan larvisida untuk mengurangi jumlah nyamuk dewasa yang baru pada populasi (Balaji et al., 2012). Telur Aedes merupakan stadium yang tahan dalam kondisi kering, tetapi 1
2 apabila tergenang air dapat dengan mudah membuat populasi baru (Russell et al., 2001). Oleh karena itu pada tahap ini juga penting dilakukan pengendalian untuk menghambat penetasan telur sebagai daya ovisida. Penggunaaan insektisida sintetiksebagai salah satu tehnik pengendalian terhadap vektor telah banyak digunakan,namun berdampak buruk terhadap kesehatan manusia, menyebabkan pencemaran lingkungan, menganggu keseimbangan ekologi bahkan dapat meningkatkan resistensi terhadap vektor (Tennyson et al., 2012). Kasus resistensi telah banyak dilaporkan di Indonesia bahkan di dunia, salah satunya sifat resisten pada nyamuk Ae. aegypti terhadap insekstisida golongan Cypermethrin yang dilaporkan di Kota Cimahi Jawa Barat (Pradani et al., 2011). Cara alamiah yang dianggap aman adalah memanfaatkan tanaman sebagai biopestisida. Insektisida dari tanaman merupakan salah satu sarana pengendalian hama alternatif yang lebih selektif dan aman, karena mudah terurai di alam sehingga tidak meninggalkan residu di tanah, air dan udara (Kishore et al., 2011). Selain itu insektisida ini mempunyai tingkat keamanan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan insektisida sintetis dan tidak berbahaya bagi musuh alami juga serangga menguntungkan lainnya (Mullai & Jebanesan, 2007). Tumbuhan kaya akan metabolit sekunder yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap serangga, sehingga ekstrak atau minyak essensial dari tumbuhan bisa menjadi sumber alternatif dalam mengendalikan nyamuk (Kalimuthu et al., 2012). Senyawabioaktif pada tumbuhan dapat berfungsi sebagai insektisida, diantaranya dapat mematikan larva atau menghambat penetasan telur nyamuk (Santos et al., 2012). Cara kerja insektisida pada tumbuhan terhadap
3 serangga ada yang dapat memberikan pengaruh melalui titik tangkap di dalam tubuh serangga, biasanya berupa enzim atau protein yang dapat mempengaruhi sistem saraf, sistem endokrin, menghambat produksi energi, produksi kutikula dan menghambat keseimbangan cairan. Insektisida juga dapat masuk ke dalam tubuh serangga melalui kutikula sebagai racun kontak, melalui mulut atau alat pencernaan sebagai racun perut dan melalui sistem pernafasan (Yu Simon, 2008). Salah satu tanaman yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai insektisida adalah kayu besi pantai (Pongamia pinnata). Tanaman inibanyak tumbuh di Indonesia terutama daerah dekat pantai (Soerawidjaja, 2005). Semua bagian tanaman mulai dari akar, kulit kayu, bunga, daun dan biji dapat digunakan sebagai obat herbal dan dimanfaatkan sebagai insektisida (Arote & Yeole, 2010). Salah satu bagian dari tumbuhan P. pinnata yaitu biji mengandung senyawa kimia golongan alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, steroid dan tanin (Swati et al., 2014). Metabolit sekunder yang ada pada tumbuhanini mempunyai potensi sebagai insektisidaterutama pada nyamuk (Kishoreet al., 2011). Ekstrak P. pinnata menurut Kumar et al.(2006) efektif terhadap serangga sebagai biopestisida. Minyak biji, ekstrak aseton dari daun, ekstrak biji dengan pelarutair, metanol, kloroform dan petroleum eter. telah menunjukkan adanya potensisebagai ovisida, larvisida terhadap berbagai serangga. Penelitian Reena & Singh (2007) membuktikan bahwa ekstrak metanol biji P. pinnata dapat bertindak sebagai larvisida dan ovisida terhadap larva Earias vittella (Lepidoptera). Aktivitas larvisida dari ekstrak tumbuhan terhadap nyamuk tergantung juga pada pelarut yang digunakan selama ekstraksi (Ghosh et al., 2012). Adanya
4 perbedaan polaritas pelarut yang akan bereaksi dengan senyawa kimia pada tanaman dapat menghasilkan aktivitas larvisida yang berbeda (Nouret al., 2012). Dengan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian berbagai ekstrak biji P. pinnata menggunakan pelarut air, metanol dan kloroform sebagai larvisida dan ovisida nyamuk Aedes spp dan identifikasi senyawa aktif. B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ekstrak air, metanol dan kloroform biji P. Pinnata dapat meningkatkan kematian larva Aedes spp? 2. Apakah ekstrak air, metanol dan kloroform biji P. Pinnata dapat menurunkan daya tetas telur Aedes spp? 3. Apakah kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak biji P. Pinnata? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas larvisida dan ovisida berbagai ekstrak biji P. pinnata terhadap nyamuk Aedes spp dan identifikasi senyawa kimia. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui potensi ekstrak air, metanol dan kloroform biji P. pinnata sebagai larvisida terhadap kematian larva Ae. aegypti dan Ae. albopictus. b. Mengetahui potensi ekstrak air, metanol dan kloroform biji P. pinnata sebagai daya ovisida dalam menurunkan daya tetas telur Ae. aegypti dan Ae. albopictus.
5 c. Identifikasi kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak biji P. pinnata. D. Keaslian Penelitian Penelitian bioaktivitas ekstrak etanol biji P. pinnata terhadap larva Ae. aegypti dan Culex quinquefasciatus telah dilaporkan oleh Sagar et al. (1999), tetapi tidak meneliti pengaruhnya terhadap ovisida. Reena et al. (2012) telah melaporkan pengaruh ekstrak metanol biji P. pinnata terhadap Helicoverpa armigera sebagai larvisida dan ovisida, tetapi bukan terhadap Ae. aegypti dan A. albopictus. Penelitian bioaktivitas tanaman P. pinnata terhadap larva serangga selain nyamuk sudah banyak dilakukan, tetapi ekstrak biji P. pinnata terhadap larva Ae. aegypti dan Ae. albopictus masih belum banyak. Berdasarkan acuan yang berhasil dikumpulkan, belum ada penelitian tentang aktivitas larvisida dan ovisida berbagai ekstrak pelarut biji P. pinnata terhadap Aedes spp. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi yang bermanfaat bagi : 1. Pengembangan ilmu pengetahuan, sebagai penelitian lebih lanjut di bidang insektisida botani dan inventarisasi jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai insektisida terhadap nyamuk Aedes spp. 2. Pengelola dan pelaksana program, sebagai bahan referensi dan dokumentasi hasil penelitian dan diharapkan dapat menambah inventarisasi jenis tanaman yang yang dapat digunakan sebagai insektisida botani.