BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan penyakit kronis serius yang bisa merusak organ tubuh,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Banyak sekali penemuan-penemuan mutakhir dalam dunia medis, sejalan

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

WIJI LESTARI J

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat ke-4 dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam tekanan darah setiap hari. Tekanan darah merupakan. faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak, akan menimbulkan persoalan-persoalan yang sangat beragam. dalam kehidupan masyarakat Indonesia, salah satunya dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN.

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN. darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi diperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

BAB I PENDAHULUAN. ringan (TD diastole ), sedang (TD diastole ), dan berat (Td

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.


Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. beradaptasi dengan strres lingkungan (Pudjiastuti & Utomo, 2003). Proses. menua dapat mempengaruhi perubahan fisik dan mental yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai silent killer, karena hampir tidak ditemukan gejala sama. mendadak meninggal dunia (Rofi ie I, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

EFEKTIFITAS SENAM JANTUNG TERHADAP PERUBAHAN STATUS TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI PADA PENGHUNI RUMAH TAHANAN KLAS IIB PRAYA LOMBOK TENGAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. minuman pahit (Soeria, 2013). Coklat berasal dari tanaman kakao dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit kronis serius yang bisa merusak organ tubuh, setiap tahun hipertensi menjadi penyebab 1 dari setiap 7 kematian (7 juta kasus per tahun) selain itu hipertensi menyebabkan kerusakan jantung, otak dan ginjal. Di seluruh dunia termasuk Indonesia, orang sering salah paham dengan hipertensi. Data statistik menunjukan penyakit penyakit berbahaya, misalnya penyakit jantung dan stroke sering diawali dengan tekanan darah tinggi. Sekitar 40% kematian dibawah umur 65 tahun berawal dari tekanan darah tinggi (Marliani&Tantan, 2007). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang merupakan faktor penyebab utama kematian karena stroke dan faktor yang memperberat infark miokard (serangan jantung) (Perry&Potter, 2005). Menurut WHO (2009) : Diseluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi pengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan meningkat menjadi 29,2% ditahun 2025. Dari 972 pengidap hipertensi, 333 juta berada di Negara maju dan 639 juta sisanya di Negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Sedangkan menurut hasil Riskesdas (2009) : Sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun keatas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi.

2 Ada banyak faktor penyebab hipertensi, seperti faktor keturunan, kegemukan, merokok, mengkonsumsi alkohol, dan konsumsi lemak yang berlebihan. Akan tetapi stres adalah salah satu faktor yang dominan. Saat ini, salah satu metode pengobatan hipertensi yaitu dengan cara menggunakan terapi musik dan terapi tertawa. Terapi musik adalah tehnik yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu (Perry&Potter, 2005). Sedangkan pengertian dari terapi tertawa merupakan suatu terapi untuk mencapai kegembiraan didalam hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, atau senyuman yang menghias wajahnya, perasaan hati yang lepas dan bergembira, dada yang lapang, peredaran darah yang lancar, mencegah penyakit dan memelihara kesehatan (Adnol, 2009, dalam, Setyoadi&Kushariadi, 2011). Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan, misalnya musik klasik, instrumentalia, musik berirama santai, orkestra, dan musik modern lainnya. Musik yang iramanya lembut dan teratur seperti instrumentalia dan musik klasik merupakan musik yang sering digunakan untuk terapi musik (Perry&Potter, 2005). Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisasi, terdiri atas melodi, ritme, harmoni, warna (timbre), bentuk dan gaya. Music Therapy dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual. Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur dan universal. Musik klasik adalah musik yang mempunyai efek penyelaras (seirama dengan jantung) sehingga mempengaruhi penurunan pelepasan katekolamin plasma dalam pembuluh darah yang dapat merangsang saraf simpatoadenergik sehingga akan mempengaruhi hormon stress-released yang

3 menyebabkan terjadinya relaksasi sehingga denyut jantung berkurang dan tekanan darah menurun (Komala, 2011). Penerapan terapi musik untuk mengurangi stres masih jarang ditemukan di Indonesia, khususnya di bidang keperawatan. Penelitian yang dilakukan oleh Regina dan Prabowo (2007) mengenai perlakuan terapi musik untuk menurunkan stres dengan metode mendengarkan musik, hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap stres sebelum dan sesudah perlakuan, dan hasilnya menunjukkan bahwa terapi musik dapat mengurangi tingkat stess (Prabowo&Regina, 2007). Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisir yang terdiri atas melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya. Musik klasik seringkali menjadi acuan terapi musik, karena memiliki rentang nada yang luas dan tempo yang dinamis (Nurrahmani, 2012). Sebuah penelitian yang dipresentasikan pada konfrensi tahunan ke-62 American Heart Association 2008, mengemukakan bahwa mendegarkan musik klasik bisa menurunkan tekanan darah penderita hipertensi (Martha, 2012). Selain menggunakan terapi musik untuk menurunkan hipertensi dapat juga dilakukan dengan menggunakan terapi tertawa. Dalam dunia psikoterapi, tertawa dapat dilakukan dengan terapi tertawa. Tertawa biasa dan tertawa yang dibuat buat berbeda dengan terapi tertawa. Terapi tertawa merupakan tertawa yang dimulai dengan tahap demi tahap sehingga efek yang dirasakan bagi yang tertawa benar benar bermanfaat. Hal ini juga didukung berdasarkan korespondensi dengan Dr. Madan Kataria dan Ussuf Omar seorang terapis tawa pada tanggal 15 Juni 2011, yang menjelaskan bahwa di samping pemberian terapi tawa diperlukan latihan pernafasan dalam, dan panjang antara latihan teknik tawa stimulus. Hal ini untuk mencegah kelelahan karena tawa seperti latihan aerobic yang melibatkan kontraksi abdominal dan pernafasan yang berat (Miller & Fry, 2009 dalam Desinta, 2011).

4 Terapi tertawa untuk mengurangi stres sudah banyak dilakukan orang. Tertawa selama 5 10 menit bisa merangsang pengeluaran hormon endorfin dan serotonin, yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga hormon melatonin. Ketiga hormon ini merupakan hormon positif untuk otak dan memperlancar peredaran darah dalam tubuh sehingga fungsi kerja organ tubuh kita berjalan dengan normal. Terapi tertawa juga dapat membantu mengontrol tekanan darah dengan merileksasikan otot otot yang tegang, melebarkan pembuluh darah sehingga memperlancar aliran darah keseluruh tubuh. Tertawa membantu mengurangi kejadian hipertensi dengan biaya yang murah, mudah dan dapat membentuk pola fikir yang positif. Tertawa merupakan bentuk meditasi yang paling mudah dan bisa membuat rileks dalam waktu singkat (Ayu, 2011). Tertawa merupakan bagian dari perilaku manusia yang diatur oleh otak. Tertawa membantu manusia dalam interaksi sosial dan memberikan pesan emosional dalam percakapan. Tawa digunakan sebagai salah satu cara positif untuk menjadi bagian dari suatu kelompok. Pada orang yang tertawa disamping kita hal tersebut akan membuat kita secara tidak sadar ikut tertawa dan tawa dari satu orang bisa membuat orang orang disekitar kita ikut tertawa hal ini dapat disebut sebagai umpan balik yang positif (Satish, 2012). Tertawa merupakan paduan dari peningkatan sistem saraf simpatik dan juga penurunan kerja sistem saraf simpatik. Peningkatannya berfungsi untuk memberikan tenaga bagi gerakan pada tubuh, namun hal ini kemudian juga diikuti oleh penurunan sistem saraf simpatik yang salah satunya disebabkan karena adanya perubahan kondisi otot yang menjadi lebih rileks, dan pengurangan pemecahan terhadap nitric oxide yang membawa pada pelebaran pembuluh darah, sehingga rata-rata tertawa menyebabkan aliran darah sebesar 20%, sementara stres menyebabkan penurunan aliran darah

5 sekitar 30% (Hasan, 2009 dalam Desinta, 2011). Terapi tertawa yang diberikan selama 15-20 menit dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan setiap penurunan tekanan darah 5 mmhg pada penderita hipertensi diperkirakan mampu menurunkan mortalitas akibat akibat stroke sekitar 14% dan akibat penyakit jantung koroner 7 persen (Khiristina, 2008). Untuk membantu agar pemberian terapi musik klasik dan terapi tertawa lebih efektif pada pasien hipertensi diperlukan peran perawat yang membantu dan mengontrol tekanan darah pasien. Peran perawat sebagai edukator dan memberikan pendidikan kesehatan agar pasien mengubah gaya hidup kearah gaya hidup sehat seperti olahraga, mengatur pola makan atau diet seperti rendah garam, rendah kolestrol, dan lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, tidak mengonsumsi alkohol dan rokok (Perry&Potter, 2006). Berdasarkan data yang didapatkan dari studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Sananwetan Blitar tidak ada yang menggunakan terapi musik dan terapi tertawa untuk menangani hipertensi. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap beberapa puskesmas, peneliti memilih Puskesmas Sananwetan yang memiliki potensi untuk diadakan penelitian, karena prevalensi penderita hipertensi di Puskesmas Sananwetan sebesar 96 orang per bulan. Di Puskesmas Sananwetan selain diberikan obat hipertensi pasien juga sudah pernah mendapatkan penyuluhan, tetapi masih ada pasien yang menderita hipertensi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang Efektifitas Terapi Musik Klasik dan Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi pada Penderita Hipertensi.

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas peneliti ingin mengetahui bagaimana efektifitas terapi musik klasik dan terapi tertawa terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui efektifitas terapi musik klasik dan terapi tertawa terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi sebelum dilakukan terapi musik klasik. 2. Mengidentifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi sebelum dilakukan terapi tertawa. 3. Mengidentifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi sesudah dilakukan terapi musik klasik. 4. Mengidentifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi sesudah dilakukan terapi tertawa. 5. Menganalisis efektifitas terapi musik klasik dan terapi tertawa terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas antara terapi musik klasik dan terapi tertawa terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi dan bermanfaat untuk menambah pengalaman peneliti dalam menangani pasien penderita hipertensi.

7 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan Untuk bahan bacaan dan tambahan informasi di bagian madikal bedah tentang terapi terhadap hipertensi. Serta dapat menjadi rujukan bagi peneliti dari institusi pendidikan kesehatan apabila ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan terapi musik klasik maupun terapi tertawa. 1.4.3 Bagi Layanan Kesehatan Setelah dilakukan penelitian dan mendapatkan terapi yang lebih efektif terhadap penurunan tekanan darah tinggi diharapkan petugas kesehatan dapat menerapkan terapi tersebut pada pasien hipertensi. 1.4.4 Bagi Penderita Hipertensi Pasien dapat melakukan terapi musik klasik atau terapi tertawa setiap saat agar terhindar dari hipertensi. Hal ini dilakukan untuk menjaga tekanan darah pasien agar tetap normal. 1.4.5 Bagi Peneliti Lainnya Sebagai rujukan agar dapat meneliti lebih lanjut khususnya tentang Efektivitas Terapi Musik Klasik dan Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Penderita Hipertensi. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian tentang Efektifitas Terapi Musik Klasik dan Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Penderita Hipertensi.sejauh penelusuran peneliti yang telah dilakukan belum ada peneliti yang meneliti tentang penelitian tersebut. Namun beberapa peneliti yang dilakukan sebelumnya tentang terapi musik klasik dan terapi tertawa adalah :

8 1. Agustin (2012) meneliti tentang Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi pada Lansia di Posyandu III Desa Belikanget Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian preeksperimental dengan pendekatan one group pretest-posttest design. Dalam uji statistik peneliti menggunakan uji T-dependen (paired sample test) menghasilkan nilai p= 0,000, sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi kesimpulannya adalah pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada lansia di Posyandu lansia III Desa Balikanget Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban mempunyai hasil yang bermakna. 2. Susilowati (2011) meneliti tentang Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik pada Penderita Hipertensi di Club Senam Sasana Sumbersari Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Malang. Metode yang digunakan adalah Quasi Eksperimental atau eksperimen semu. Hasil analisa dengan uji Wilcoxon Signed Ranks Test menggunakan taraf signifikan 0,05 adalah p < 0,05 dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p (sign. 2-tailed) = 0,003. Jadi kesimpulannya adalah terapi tertawa berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Klub Senam Sasana Sumbersari Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Malang. 3. Silviana (2012) meneliti tentang Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Akibat Pemberian Aroma Terapi Kenanga (Cananga Odorata) pada Lanjut Usia di UPT PSLU Blitar. Metode yang digunakan adalah Pre Experiment Design dengan rancangan One Group Pretest-Posttest Design. Hasil paired t-test dari tekanan darah sistolik pretest dan posttest diperoleh P value 0,000 dan hasil paired t-test dari tekanan darah diastolik pretest dan posttest diperoleh P value 0,000. Jadi kesimpulannya adalah ada perbedaan penurunan tekanan darah akibat pemberian

9 aromaterapi kenanga (Cananga Odorata) pada lanjut usia di UPT PSLU Blitar baik sistolik maupun diastolik. 4. Indah (2012) meneliti tentang Gambaran Penurunan Tekanan Darah Tinggi pada Lansia Setelah Mengonsumsi Air Putih di UPT Puskesmas Lawang Kabupaten Malang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Hasil penelitian didapatkan ada penurunan tekanan darah sistolik pada lansia sebelum dan sesudah mengonsumsi air putih (p = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak) dan ada penurunan tekanan darah diastolik pada lansia sebelum dan sesudah mengonsumsi air putih (p = 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak). Jadi kesimpulannya adalah terapi air putih dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Perbedaan pada penelitian penelitian yang dilakukan diatas dengan penelitian yang akan dilakukan berjudul Efektivitas Antara Terapi Musik Klasik dan Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Penderita Hipertensi adalah peneliti akan meneliti tentang efektivitas antara 2 terapi untuk menurunkan tekanan darah tinggi dimana terapi yang akan dilakukan adalah terapi musik klasik dan terapi tertawa pada penderita hipertensi yang berusia 21 tahun hingga 59 tahun di Puskesmas Sananwetan Blitar. 1.6 Batasan Istilah Penelitian 1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah sebuah kondisi medis saat seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal. Akibatnya, volume darah meningkat dan saluran darah menyempit. Oleh karena itu, jantung harus memompa lebih keras untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke setiap sel di dalam tubuh (Puspitorini, 2008). 2. Tekanan darah sistolik adalah tekanan dalam arteri yang terjadi saat dipompanya darah dari jantung ke seluruh tubuh (Marliani&Tantan, 2007).

10 3. Tekanan darah diastolik adalah tekanan dalam arteri saat jantung beristirahat (Marliani&Tantan, 2007). 4. Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik untuk meningkatkan, mempertahankan, serta mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional, dan spiritual. Dalam kedokteran disebut sebagai terapi pelengkap (complementary medicine) (Setyoadi&Kushariyadi, 2011). 5. Terapi tertawa adalah suatu terapi untuk mencapai kegembiraan di dalam hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, senyuman yang menghias wajah, perasaan hati yang lepas dan bergembira, dada yang lapang, peredaran darah yang lancar sehingga bisa mencegah penyakit, memelihara kesehatan, serta menghilangkan stres (Robinson, 1990; Dahl dan O Neal, 1993, dalam, Setyoadi&Kushariyadi, 2011). 6. Tekanan darah adalah kekuatan darah dalam menekan dinding pembuluh darah. Setiap kali berdetak (sekitar 60-70 kali per menit dalam keadaan istirahat), jantung akan memompa darah kita melewati pembuluh darah (Puspitorini, 2008).