JENIS USAHA / KEGIATAN YANG WAJIB DILENGKAPI DENGAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL)



dokumen-dokumen yang mirip
NO NAMA INDUSTRI JENIS INDUSTRI*)

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

NO NAMA INDUSTRI JENIS INDUSTRI*)

JENIS USAHA / KEGIATAN YANG WAJIB DILENGKAPI DENGAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL)

-2- Mesin dan/atau Peralatan Industri kecil dan/atau Industri menengah; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kement

BAB II : TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN Tabel : SE-12. JUMLAH INDUSTRI/KEGIATAN USAHA SKALA MENENGAH DAN BESAR Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2009

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

DIREKTORI PERUSAHAAN INDUSTRI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016 KECAMATAN DENPASAR TIMUR

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PUSAT STANDARDISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I.

A. Kelompok Bangunan dan Pekerjaan Umum Upah Harian (Rp) 1 Pekerja/Knek ,00. 2 Tukang Gali ,00. 3 Kepala Tukang Batu 110.

Jenis-jenis Sumber Daya Alam

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2018

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU A. KEGIATAN YANG MENIMBULKAN GANGGUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145 TAHUN 2000 TENTANG

PP 145/2000, KELOMPOK BARANG KENA PAJAK YANG TERGOLONG MEWAH YANG DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2013 TENTANG : RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2017 (dalam US$ juta)

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG INSENTIF BAGI INVESTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

8. Keputusan Presiden Nomor 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan;

Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Januari Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor

UPAH MINIMUM KOTA BATAM 2013 OLEH : DINAS TENAGA KERJA KOTA BATAM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

TARIF RETRIBUSI IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN. TARIP RETRIBUSI (Rp) NO JENIS DAN FUNGSI BANGUNAN UKURAN BANGUNAN SEDERHANA

1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku 2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja

Lapangan usaha/pekerjaan tambahan utama (b4p16) File: sakernas05nov

Lapangan usaha/pekerjaan tambahan utama (b4p14) File: sakernas00

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2002 TENTANG

Lapangan usaha/pekerjaan sebelum berhenti bekerja/pindah pekerjaan terakhir (b4p26) File: sakernas05nov

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

DAFTAR NAMA KOMPETENSI KEAHLIAN (PROGRAM KEAHLIAN) UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010 KOMPETENSI KEAHLIAN

JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN (SPPL) DI KOTA DEPOK

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

Gbernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145 TAHUN 2000 TENTANG

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Lapangan usaha/bidang pekerjaan utama dari tempat bekerja selama seminggu yang lalu (b4cr7) File: sakernas02

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

1. Budidaya burung puyuh Ekor < Populasi <

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

Kinerja Ekspor Indonesia

LAMPIRAN I : JENIS INDUSTRI DAN BESARNYA NILAI DASAR RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DALAM WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

DAFTAR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG YANG MENDAPAT BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH UNTUK TAHUN ANGGARAN 2011

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

DAFTAR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG YANG MENDAPAT BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH UNTUK TAHUN ANGGARAN 2012

LAMPIRAN Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 122 Tahun 2005

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

MENTERI KEUANGAN NO URAIAN BARANG NO. HS

SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN (HASIL PENATAAN )

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2002 TANGGAL 23 MARET 2002 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 218 /KPTS/013/2011 TENTANG

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

PRODUKSI RIBU SATUAN PER TAHUN KG PER SATUAN TON PER TAHUN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

Tabel Kesesuaian Lapangan Usaha KBLI 2009 KBLI 2005

DAFTAR PENYESUAIAN/KONVERSI BIDANG STUDI SERTIFIKASI SEBELUM DAN SETELAH 2009

Perubahan zat. Perubahan zat

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

JENIS USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI UKL-UPL

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

*39332 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 7 TAHUN 2002 (7/2002) TENTANG

BAB II : TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN Tabel : SP-10.4 (P). BEBAN LIMBAH PADAT DARI INDUSTRI PENGOLAHAN Propinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2009

Kinerja Ekspor Indonesia

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

NO. BIDANG JENIS IZIN / NON IZIN

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

Transkripsi:

JENIS USAHA / KEGIATAN YANG WAJIB DILENGKAPI DENGAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL) DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA (Keputusan GubernurPropinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 189/2002 tanggal 5 Februari 2002) GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang : a. bahwa pengelolaan lingkungan hidup merupakan salah satu kewenangan yang wajib dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sejalan dengan berlakunya otonomi daerah; b. Bahwa sehubungan dengan huruf a diatas perlu ditetapkan jenis kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan dengan keputusan Gubernur. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 (BN no. 5000 hal 1B-12B) tentang Konservasi Sumber Daya Alam yati dan Ekosistemnya; 2. Undang-undang Nomor 24 tahun 1992 (BN No. 5326 hal 5B-10B dst) tentang Penataan Ruang; 3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 (BN No. 6066 hal 14 B-20B dst) tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 (BN No. 6336 hal 8B-15b dst) tentang Pemerintahan Daerah; 5. Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 (BN No. 6372 hal 5B-8B) tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta; 6. Peraturan Pemrintah Nomor 27 Tahun 1999 (BN No. 6436 hal 1B-9B) tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 (BN No. 6468 hal 1B-9B) tentang Kewenangan Pemerinytah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi; 8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-12/MENLH/ 3/94 (BN No. 5556 hal 3B-5B) tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. Menetapkan : MEMUTUSKAN :

PERTAMA : Jenis usaha /kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) di Propinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta. KEDUA : Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sebagaimana dimaksud pada diktum PERTAMA dilakukan bersama oleh instansi pemberi izin operasional, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup daerah Propinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kotamadya/ Kabupaten Administrasi setempat, dan instansi terkait lainnya. KETIGA : Pengawasan pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dilakukan bersama oleh instansi pemberi izin operasional, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Propinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kotamadya/ Kabupaten Administrasi setempat, dan instansi terkait lainnya. KEEMPAT : Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Proyek Pemerintah di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta disusun oleh instansi yang membidangi kegiatan melalui pemimpin proyek yang bersangkutan. KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 5 Februari 2002 GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA ttd SUTIYOSO Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 18 Februari 2002

SEKRETARIS DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA ttd H. FAUZIBOWO NIP. 470044314 LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2002 NOMOR 41

LAMPIRAN : JENIS USAHA/ KEGIATANYANG WAJIB DILENGKAPI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL) DI PROPINSI DKI JAKARTA I. Bidang Perhubungan dan Telekomunikasi No. Jenis Kegiatan Satuan Skala/ Besaran Ket. A. 1. Perhubungan Darat Pem Terminal Terminal tipe C a. Angkutan Jalan b. Depo / Pool Angkutan jalan/depo Angkutan Kereta Api dengan luas lahan c. Pengujian Kendaraan Bermotor, luas lahan > 0,25 s.d < 2,5 > 0,25 s.d < 2,5 2. Pem Jaringan jalan Kereta api panjang 3. Pem Stasiun kereta api, luas lahan 4. Pem Depo peti kemas dgn luas lahan 5. Pem Terminal terpadu, luas lahan 6. Pem Terminal Angkutan barang, luas lahan Km > 0,5 s.d < 5 > 0,25 s.d < 2,5 > 0,25 s.d < 2,5 > 0,25 s.d < 2,5 > 0,25 s.d < 2,5

B. 1. Perhubungan Laut Pengerukan alur pelayaran Dengan volume M 3 > 50.000 s.d < 250.000 2. Pem pelabuhan dengan salah satu fasilitas berikut : a. dermaga dengan konstruksi masif : panjang Luas a. penahan gelombang (Break Water / Talud, Panjang b. prasarana pendukung pelabuhan (terminal, gudang, container yard dll) luas lahan c. Depo peti kemas, luas lahan d. Sigle Point Mooring Boey untuk kapal dengan bobot e. Pelabuhan khusus/ dermaga khusus panjang luas M M 2 M GT M M 2 > 50 s.d < 200 > 750 s.d < 6.000 > 50 s.d < 200 > 0,25 s.d < 2,5 > 0,25 s.d < 2,5 > 500 s.d < 5000 > 50 s.d < 200 > 750 s.d < 6.000 No. Jenis Kegiatan Satuan Skala/ Besaran Ket 3. Pengerukan Kolam Pelabuhan : a. capital dregging dengan volume M 3 M 3 > 50.000 s.d < 250.000 > 50.000 s.d < 350.000 b. maintenance dregging dengan volume 4. Pengerukan Alur Pelayaran :

a. capital dregging b. Maintenance dregging 5. Reklamasi (pengurukan) luas lahan volume 6. Kegiatan Penempatan sil Keruk (dumping site ) didarat Volume Atau luas areal dumping M 3 M 3 > 50.000 s.d < 250.000 > 50.000 s.d < 350.000 > 0,25 s.d < 5 M 3 > 50.000 s.d < 1.000.000 > 50.000 s.d < 250.000 M 3 0,25 s.d < 5 C. Perhubungan Udara 1. Perluasan Bandara Udara baru beserta/atau fasilitasnya a. - pemindahan penduduk - ataupemindahan lahan b. Reklamasi pantai Luas Vol. Urugan a. Pemotongan bukit dan pengurukan lahan dengan vol urugan. KK M 3 M 3.> 50 s.d < 200 > 25 s.d < 100 > 0,25 s.d < 5 > 100 s.d < 1.000.000 > 50 s.d < 500.000 D. 1. Telekomunikasi Pemasangan kabel telekomunikasi bawah tanah Km > 0,5 s.d < 5 2. Pemancar radio atau televisi > 0,5 s.d < 1 3. Antena telepon selular atau based transceiver station (BTS) dengan ketinggian menara

kriteria zona I 1. lokasi yang kepadatan bertingkat serta kepadatan penggunaan /pemakaian jasa telekomunikasi sangat padat. 2. Penempatan titik menara telekomunikasi pada permukaan tanah hanya untuk menara tunggal, kecuali untuk kepentingan bersama. 3. Menara telekomunikasi dapat didirikan diatas dengan ketinggian rangka menara ditentukan sebagai berikut : a. diatas 4 lantai maksimum ketinggian menara telekomunikasi. b. Diatas 5 s.d 8 lantai maksimum ketinggian menara telekomunikasi c. Diatas 9 lantai atau lebih 1. menara telekomunikasi yang didirikan di permukaan M M 25 20

tanah maupun diatas harus diadakan kamuflase sehingga terdapat keserasian antara bentuk dengan peruntukan lokasi ditempat menara tersebut didirikan. Kriteria zona II a. lokasi yang kepadatan bertingkat cukup padat. b. Penempatan titik lokasi menara telekomunikasi pada permukaan tanah dapat dilakukan untuk menara rangka dan menara tunggal c. Menara telekomunikasi dapat didirikan diatas jika tidak dimungkinkan didirikan diatas permukaan tanah dengan ketinggian ditentukan sebagai berikut : a. diatas 4 lantai maksimum ketinggian menata telekomunikasi b. Diatas 5 s.d 8 lantai maksimum ketinggian menara telekomunikasi M M M 15 25 20

c. Diatas 9 lantai atau lebih a. menara telekomunikasi yang didirikan di permukaan tanah maupum diatas, harus diadakan kamuflase sehingga terdapat keserasian antara bentuk dengan peruntukan lokasi ditempat menara tersebut didirikan. Kriteria zona III a. lokasi dimana kepadatan bertingkat dan - kurang padat. b. penempatan titik lokasi menara telekomunikasi pada permukaan tanah dapat dilakukan untuk menara rangka dan menara tunggal. c. Menara telekomunikasi diatas bertingkat tidak diperbolehkan kecuali tidak dapat dihindari karena terbatasnya pekarangan tanah dengan ketentuan ketinggian disesuaikan dengan kebutuhan frekuensi telekomunikasi dengan tinggi maksimum dari permukaan tanah. M M 15 52

I. Bidang Prasarana Wilayah No. Jenis Kegiatan Satuan Skala/ Besaran 1. Bendungan atau waduk / situ atau jenis tampungan air lain a. pem bendungan tinggi atau luas genangan a. pem waduk/ situ atau tampungan air lainnya dengan luas tampungan b. Peningkatan waduk/ situ atau tampungan air lainnya dengan luas tambahan dan luas tampungan 2. Daerah Irigasi : a. Pem baru b. Peningkatan dengan luas tambahan c. Percetakan sawah dengan luas (perkelompok) M > 3 s.d < 5 > 5 s.d < 10 > 7 s.d < 10 > 7 s.d < 10 > 50 s.d < 100 > 50 s.d < 100 > 30 s.d < 50 3. Rawa : > 1 s.d < 2 Pengembangan rawa reklamasi rawa untuk kepentingan tata air dengan luas kawasan 4. a. Pem pengaman pantai atau perbaikan muara M > 300 s.d < 500

b. sungai atau break water dihitung dengan sejajar pantai dengan panjang Pem pengaman pantai atau break water atau jetti dihitung dari tegak lurus pantai dengan panjang M > 70 s.d < 100 5. Sungai / kali atau kanal banjir : a. normalisasi sungai/ kali atau kanal banjir panjang vol. Pengerukan a. pem sungai/ kali atau kanal banjir panjang vol. Pengerukan a. Pengerukan sungai/ kali atau kanal banjir dan kegiatan penampungan lumpur dan pembuangan dengan vol. Pengerukan a. Pem jalan layang dan terowongan dengan panjang. b. Pem jembatan toko dengan panjang Km M Km M M 3 M M > 2 s.d < 3 > 5000 s.d < 50.000 > 2 s.d < 3 > 5000 s.d < 50.000 > 5000 s.d < 50.000 > 500 s.d < 750 > 20 s.d < 50 No. Jenis Kegiatan Satuan Skala/ Besaran Ket 7. Jalan kenderaan atau jalan raya a. pem jalan baru dengan pembebasan lahan. Km > 0,5 s.d < 1 > 0,5 s.d < 1

panjang atau luas a. peningkatan jalan dengan pelebaran dan pembebasan lahan panjang atau luas a. peningkatan jalan dengan pelebaran lahan panjang atau luas Km Km > 2, 5 s.d < 4 > 1,5 s.d < 2,5 > 3 s.d < 4 > 2 s.d < 3 8. Persampahan Ton/hari > 500 s.d < 1000 Pem transfer station dengan kapasitas. 9. Pem kawasan 10. Air limbah a. dikawasan padat yang tidak tertata dengan kepadatan penduduk > 150 orang/ha b. dikawasan peruntukan perumahan /permukiman yang dibangun secara horisontal c. dikawasan peruntukan perumahan /permukiman yang dibangun secara vertikal (rusun /apartemen) luas lahan jumlah lantai atau a. pem instalasi pengolahan lumpur tinja termauk fasilitas Lantai > 1 s.d < 5 > 1 s.d < 15 > 0,5 s.d < 2 > 3 s.d < 4 > 100 s.d < 10000 M 3

penunjangnya. > 100 s.d < 10000 b. Pem instalasi pengolahan air limbah (IPAL) termasuk fasilitasnya c. Pem jaringan perpipaan air limbah M 3 > 2 s.d < 10 11. Drainase Km > 2 s.d < 3 a. pem baru drainase pekotaan dengan pembebasan lahan dengan panjang. b. Pengingkatan drainase perkotaan dengan pelebaran & pembebasan lahan. Km M 2 > 3 s.d < 5 > 5 s.d < 7 c. Peningkatan drainase perkotaan dengan pelebaran 12. Air bersih > 4 s.d < 10 a. pem jaringan distribusi b. pem jaringan transmisi dengan panjang Km M 2 > 2 s.d < 7,5 > 100 s.d < 10.000 c. instalasi pengolahan air bersih dengan luas lahan 13. Air baku Liter/detik > 25 s.d < 100 Pengambilan air dan danau, sungai, mata air atau air permukaan lainnya dengan debit pengambilan 14. Pem pusat perkantoran, pendidikan, olah raga, kesenian, tempat ibadah, pusat perdagangan,/ perbelanjaan relatif terkonsentrasi.

luas lahan atau luas lantai atau jumlah lantai atau tinggi bawah gedung dengan kedalaman. 15. Jaringan Utilitas Bawah Tanah a. Galian terbuka Panjang dan atau Kedalaman a. Pengeboran Horizontal dengan diameter b. Urugan tanah dengan volume isi M 2 Lantai M M Km M Cm M > 1 s.d < 5 > 2000 s.d < 15.000 > 4 s.d < 15 > 15 s.d < 60 > 3 s.d < 10 > 0,5 s.d. < 1 > 1,10 s.d. < 3 > 20 s.d. < 100 > 5000 s.d. < 25.000 16. Papan reklame/ Iklan dengan luas = P x L 17. Video Tron dengan luas = P x L M 2 > 150 M 2 > 50 I. Bidang Pariwisata No. Jenis Kegiatan Satuan Skala/ Besaran Ket I. Sarana 1. Hotel Bintang Kamar < 200 Jumlah kamar < 2 Luas lahan atau M 2 < 10.000 Luas 2. Hotel Melati Kamar > 40 3. Motel Semua besaran

4. Penginapan Remaja ( Graha Wisata ) Kamar > 40 5. Hunian wiata ( Service Apartement ) Jumlah kamar Luas lahan atau Luas Kamar M 2 < 200 < 2 < 10.000 6. Pondok wisata (guest house) Kamar > 40 7. Restaurant/rumah makan Kursi > 100 8. Jasa boga / katering Porsi > 1000 9. Tempat konvensi, pameran dan balai pertemuan Semua besara. II 1. Objek & daya tarik wisata Objek wisata > 1 2. Taman rekriasi > 5 3. Gelanggang renang Semua besaran 4. Gelanggang bola gelinding Semua besaran 5. Bioskop Semua besaran 6. Arena latihan Golf (driving range) Semua besaran IV Bidang Kesehatan No. Jenis Kegiatan Satuan Skala/ Besaran Ket 1. Rumah sakit type C & D a. luas lahan b. Luas c. Jumlah tempat tidur M 2 Buah < 2 < 10.000 < 300 2. Industri obat tradisional Semua besaran 3. Laboratorium kesehatan Semua besaran I. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral

No. Jenis Kegiatan Satuan Skala/ Besaran Ket A. Pertambangan Umum 1. Luas perizinan (KP) luas daerah terbuka untuk penambangan didiarat dan dilaut dengan luas < 10 2. Tahap eksploitasi prodksi bahan galian golongan C (BGGC) Penggalian tanah untuk konstruksi terowongan saluran bawah tanah untuk air bersih/air kotor, pipa gas M3 / th (ROM) < 100.000 Semua besaran B. Minyak dan gas bumi 1. Kegiatan seismik (eksplorasi) a. dilaut Semua besaran Kewenangan perijinan ada dipemerintah pusa b. didarat Semua besaran 2. Pemboran eksplorasi a. dilaut b. didarat Semua besaran Semua besaran Kewenangan perijinan ada dipemerintah pusa 3. Eksploitasi minyak bumi BOPD a. di laut b. di darat BOPD Semua besaran Semua besaran - Kewenangan perijinan ada dipemerintah pusa Sesuai ketentuan 4. Eksploitasi gas bumi a. di laut b. di darat MMSCFD MMSCFD < 90 < 30 kewenanga n perijinan ada dipemerinta h pusat. sesuai ketentuan 5. Pengolahan minyak dan gas bumi a. kilang mini LNG/ LPG MMSCFD < 50.000 kewenanga n perijinan ada dipemerinta

b. kilang minyak pelumas bekas c. kilang minyak Ton/ th BBLS/ hari < 10.000 < 10.000 h pusat - Sesuai ketentuan 6. Niaga minyak dan gas bumi : a. pipa transmisi di darat/ laut panjang diameter Km Inchi < 100 < 20 semua besaran b. SPBU, SPBS, SPNLG C. 1. Ketenagalistrikan Tenaga listrik utk kepentingan sendiri (genset) W s.d Mw > 5000 s.d < 10 diwajibkan membuat sumur resapan konservasi dilakukan melalui kegiatan injection well 2. Tenaga listrik utk kepentingan umum (genset) W s.d Mw > 5000 s.d < 10 D. 1. Pengambilan air bawah tanah Pengambilan air bawah tanah I. Bidang Pertanian Liter/detik < 10 No. Jenis Kegiatan Satuan Skala/ Besaran Ket 1. Budidaya tanaman pangan dan hortikultura semusim dan atau unit pengolahannya yang terletak pada satu hamparan lokasi dengan luas 2. Budidaya tanaman pangan dan hortikultura tahunan dan atau unit pengolahannya yang terletak pada satu hamparan lokasi dengan luas > 5 s.d < 10 > 5 s.d < 10

3. Agrowisata dengan luas > 10 s.d 50 4. Laboratorium uji mutu lingkungan hasil pertanian 5. Penanganan pasca panen (cold storage) dengan II. Bidang Peternakan. Semua besaran Rp. > 20 juta s.d 600 juta Tidak termasuk No. Jenis Kegiatan Satuan Skala/ Besaran Ket 1. Budidaya sapi perah a. terletak pada satu hamparan lokasi dengan populasi b. sapi produktif dengan populasi 2. Budidaya ayam potong a. terletak pada satu hamparan lokasi dengan produksi persiklus b. luas lahan 3. Budidaya ayam petelur a. terletak pada satu hamparan lokasi dengan populasi induk b. luas lahan Ekor Ekor Ekor Ekor > 20 > 50 > 15.000 > 1 > 10.000 > 1 ha s.d 2 ha 4. Budidaya burung puyuh Ekor > 25.000 a. terletak pada satu hamparan lokasi dengan populasi 5. Budidaya itik dan atau entog Ekor > 15.000 a. terletak pada satu hamparan lokasi dengan populasi 6. Budidaya kambing dan domba Ekor > 300

terletak pada satu hamparan lokasi dengan populasi. 7. Penangkaran burung perkutut > 5000 terletak pada satu hamparan lokasi dengan populasi. 8. Rumah potong hewan a. ayam potong dengan kapasitas produksi b. sapi kerbau Ekor Ekor > 1000 semua besaran semua besaran c. kambing/domba 9. Tempat penampungan ayam > 15000 terletak pada satu hamparan lokasi dengan populasi. Dengan kapasitas produksi Ekor 10. Pasar hewan terpadu diperkotaan Semua besaran 11. Rumah sakit hewan Semua besaran 12 Kebun binatang Semua besaran 13. Laboratorium kesehatan hewan dan pengayoman satwa Semua besaran VIII. Bidang Peternakan No Jenis kegiatan Satuan Skala/Besaran Ket 1. Pelabuhan perikanan sebagai prasarana perikanan di luar daerah lingkungan kerja perairan pelabuhan umum. panjang dermaga pemecah gelombang M 3 M 3 > 20 s.d < 200 > 50 s.d < 200

mempunyai kawasan > 5 s.d < 10 2. Pengerukan kolam pelabuhan perikanan dan atau alur pelayaran dalam lingkungan kerja pelabuhan perikanan dan memenuhi kriteria sebagai berikut : volume pengerukan kedalaman pengerukan M3 M3 > 100.000 s.d < 500.000 > 2 LWS s.d 4 LWS 3. Pengerukan /reklamasi pantai dalam lingkungan kerja pelabuhan perikanan > 5 s.d < 25 4. Budidaya ikan di air laut a. budidaya kerang mutiara b. budidaya rumput laut dengan luas c. budidaya ikan laut dengan jaring apung ukuran unit luas lahan 5. Budidaya ikan payau a. budidaya tambak pada lahan tanpa membuka hutan mangrove, menggunakan teknologi intensif atau dengan unit pembekuan /cold storage dan atau unit es balok dengan luas. b. Pembenihan udang dengan kapasitas M2 Unit Ekor/thn > 5 s.d < 50 > 5 s.d < 50 50 100 > 1 > 5 s.d < 50 > 40.000.000

produksi benur 6. Budidaya ikan diair tawar a. budidaya ikan air tawar dengan jaring apng b. budidaya ikan air tawar menggunakan teknologi intensif 7. Usaha penanganan /pengolahan a. usaha pengolahan tradisional dengan kapasitas b. usaha penanganan /pengolahan ikan modern/maju seperti : pembekuan/cold storage pengalengan ikan penanganan ikan segar Luas perairan umum Luas lahan (ha) Ton/hari Ton/hari Ton/hari > 5 s.d < 10 > 5 s.d < 50 > 1 s.d < 5 0 s.d < 5 semua besaran 0,5 s.d < 5 8. Usaha perikanan terpadu Semua besaran IX. Bidang Kehutanan No Jenis kegiatan Satuan Skala/Besaran Ket 1. Moulding, frame moulding, kebutuhan bahan baku 2. Sawn timber, M3/ bulan > 300 M3/ bulan M3/ bulan > 300 M3/ bulan kebutuhan bahan baku 3. Usaha pembuatan palet, kebutuhan bahan baku 4. Blok board, M3/ bulan > 300 M3/ bulan M3/ bulan > 300 M3/ bulan kebutuhan bahan baku 5. Fancy wood, M3/ bulan > 300 M3/ bulan kebutuhan bahan baku

6. Particle board, M3/ bulan > 300 M3/ bulan kebutuhan bahan baku 7. Paper overlay plywood, kebutuhan bahan baku 8. Block profile door and window, kebutuhan bahan baku 9. Wood working, M3/ bulan > 300 M3/ bulan M3/ bulan > 300 M3/ bulan M3/ bulan > 300 M3/ bulan kebutuhan bahan baku 10. Industri papan partikel, kebutuhan bahan baku 11. Finjer joint laminating dowel, kebutuhan bahan baku 12. Laminating board, M3/ bulan > 300 M3/ bulan M3/ bulan > 300 M3/ bulan M3/ bulan > 300 M3/ bulan kebutuhan bahan baku 13. Finger joint floring, M3/ bulan > 300 M3/ bulan kebutuhan bahan baku 14. Solid door, M3/ bulan > 300 M3/ bulan kebutuhan bahan baku 15. Craft furniture, M3/ bulan > 300 M3/ bulan kebutuhan bahan baku 16. Wooden furniture, M3/ bulan > 300 M3/ bulan kebutuhan bahan baku 17. Panel furniture, M3/ bulan > 300 M3/ bulan kebutuhan bahan baku 18. Rattan furniture, M3/ bulan > 300 M3/ bulan Kebutuhan bahan baku 19. Picture frame moulding, M3/ bulan > 300 M3/ bulan Kebutuhan bahan baku 20. Moulding furniture M3/ bulan > 300 M3/ bulan

Kebutuhan bahan baku 21. Wicher furniture, M3/ bulan > 300 M3/ bulan Kebutuhan bahan baku 22. Parquet and floring, Kebutuhan bahan baku M3/ bulan > 300 M3/bulan 23. Laminating decorative, M3/ bulan > 300 M3/ bulan Kebutuhan bahan baku 24. Industri papan serat, M3/ bulan > 300 M3/bulan Kebutuhan bahan baku 25. Usaha pengeringan kayu, M3/ bulan > 300 M3/ bulan Kebutuhan bahan baku 26. Usaha pengawetan kayu, M3/ bulan > 300 M3/bulan Kebutuhan bahan baku 27. Usaha penyerutan kayu, M3/ bulan > 300 M3/ bulan Kebutuhan bahan baku 28. Usaha pembuatan kusen, M3/ bulan > 300 M3/bulan Kebutuhan bahan baku 29. Industri kayu lapis/ plywood, Semua besaran Kebutuhan bahan baku 30. Pengembangan wisata alam pada hutan kota, Kebutuhan bahan baku 31. Pengembangan wisata alam terbatas pada kawasan hutan, Semua besaran Semua besaran Kebutuhan bahan baku X. Bidang Perindustrian dan Perdagangan

No Jenis kegiatan Satuan Skala/Besaran Ket A. Perindustrian 1. Sari daging dan air daging, daging beku, daging olahantanpa kedap udara, daging olahan dalam kemasan kedap udara lainnya, daging o awetan lainnya, daing dalam kaleng ; susu bubuk, susu yang diawetkan, susu cair dan susu kental, dengan produksi riil Ton/ thn Investasi (Rp) > 2.000 1 miliar Tidak termasuk 2. Mentega, keju, makanan dari susu lainnya dengan produksi riil 3. Es krim dari susu dengan produksi riil Ton/thn > 2.000 Liter/ thn > 350.000 4. a. buah-buahan dalam kaleng/kemasan dengan produksi riil b. sayuran dalam kaleng dengan produksi riil Ton/ thn Ton/ thn > 2.500 > 2.000 5. Buah-buahan dalam botol/ kemasan, dengan produksi riil Ton /thn > 2.200 No Jenis kegiatan Satuan Skala/Besaran Ket 6. a. Buah-buahan lumat ( selai/jam dan jeli) dengan produksi riil b. Sayuran yang dilumatkan Ton/ thn Ton/ thn > 2.200 > 2.200 7. a. Air sari pekat buahbuahan dengan Ton/ thn > 2.200

produksi riil b. Pengo pengawetan lainnya utk buah-buahan dan sayuran c. Air/sari pekat sayuran, bubuk sari sayuran dan buah buahan dengan produksi riil d. Air minum dalam kemasan Ton/ thn Ton/thn Ton/thn > 2.200 > 2.500 semua besaran 8. Ikan atau biota perairan lainnya yang dikalengkan, binatang lunak atau berkulit keras yang dikalengkan dengan produksi riil Ton/thn > 2.200 9. Binatang lunak atau binatang berkulit keras beku, ikan atau biota perairan lainnya beku. Dengan produksi riil Ton/thn > 2. 000 10. Oleo chemical, minyak kasar/lemak dari hewani, minyak kasar nabati, dengan produksi riil 11. Margarine, dengan produksi riil 12. Minyak goreng kelapa dengan produksi riil 13. Minyak goreng kelapa sawit dengan produksi riil Ton/ thn > 1.000 Ton/ thn > 1.000 Ton/ thn > 4.500 Ton/thn > 1.000 14. Minyak goreng lainnya dari nabati atau hewani dengan produksi riil Ton/thn > 1.000 15. Olahan minyak makan dan lemak dari nabati dan hewani dengan produksi riil Ton/thn > 1.000 16. Tepung terigu dengan produksi riil Ton/thn > 5.000

17. a. Makanan dari tepung beras atau tepung lainnya dengan produksi riil b. Makanan dari tepung dengan produksi riil Ton/thn Ton/thn > 5.000 > 1.000 18. Pembuatan gula lainnya dengan produksi riil 19. Sirup bahan dari gula dengan produksi riil 20. Pengolahan gula lainnya selain sirup dengan Ton/thn > 5.000 Ton/thn > 200 Rp. 600 juta Tidak termasuk No Jenis kegiatan Satuan Skala/Besaran Ket 21. a. Kembang gula mengandung kakao, kakao olahan, makanan yang mengandung kakao dengan produksi riil b. Kembang gula yang tidak mengandung kakao 22. a. Pati/sari ubi kayu ( tepung tapioka ) dengan penggunaan singkong b. sil ikutan/sisa industri pati/sari ubi kayu Ton/thn Ton/thn Ton/thn Ton/thn > 1.000 > 1.000 > 9.000 > 9.000 23 The ekstrak dengan produksi riil To/thn > 2.000 24 Kecap dengan produksi riil Ton/thn > 1.500 25. Tahu dengan penggunaan kedelai dengan produksi riil Ton/thn > 3.000

26. Daging sintetis, bubuk sari kedelai dengan produksi riil 27. Komponen bumbu masak dengan produksi riil 28. Industri penyedap makanan kimiawi dan bukan kimiawi dengan produksi riil Ton/thn > 1.000 Kg/thn > 2.600 Ton/thn > 1.000 29. Garam meja, garam bata, garam lainnya dengan produksi riil Ton/thn Investasi > 500 > 600 Tidak termasuk (Rp) juta 30. a. Ransum/pakan jadi ikan dan biota perairan lainnya dengan produksi riil b. Ransum/pakan jadi ternak besar, ternak kecil, aneka ternak, ternak unggas, ternak lainnya ( Bentuk tepung, butiran pelet ) dengan produksi riil c. Ransum/pakan hewan dengan produksi riil Ton/thn Ton/thn Ton/thn > 500 > 2.000 > 2.000 31. a. Ransum setengah jasi /konsentrat, ternak besar, ternak kecil, aneka ternak, ternak unggas dengan produksi riil. Ton/thn > 2.000 b. Pakan lain utk ternak besar, kecil, unggas dan ternak lainnya dengan produksi riil. Ton/thn > 2.000 32. Anggur dan sejenisnya dengan produksi riil Ton/thn > 5.000

No Jenis kegiatan Satuan Skala/Besaran Ket 33. a. Minuman ringan lainnya dengan produksi riil b. Minuman tidak mengandung CO2, dengan produksi riil c. Minuman ringan mengandung CO2 dengan produksi riil d. Minuman beralkohol kurang dari 1% dengan produksi riil Liter/thn Liter/thn Liter/thn Liter/thn > 1.200.000 > 1.600.000 > 105.000 > 5.000 34 Industri aneka tenun Semua besaran 35. Kain kelantang dari serat tekstil hewani, campur serat sintetis dan setengah sintetis tumbuh-tumbuhan : kain celup dari serat hewani, campuran serat, sintetis dan setengah sintetis, tumbuhtumbuhan dengan : Rp > 1 miliar Tidak termasuk Pelusuhan pencucian tekstil/ pakaian jadi, kain hasil proses, penyempurnaan dengan produksi riil Lusin / thn > 6.000 36. Kain cetak dengan Rp 1 miliar Tidak termasuk 37. Pembatikan dengan Rp 1 miliar Tidak termasuk 38. Barang dari kulit dengan Rp 1 miliar Tidak termasuk 39. Sepatu kulit dengan Rp 1 miliar Tidak termasuk 40. Penggergajian dan M3 / thn > 1.000 Tidak termasuk

pengawetan kayu dengan produksi riil 41. Komponen rumah tangga dari kayu (prefab housing) dengan 42. Decorative plywood dengan produksi riil 43. Particle board, had board, block board dengan produksi riil 44. Rotan mentah dan rotan setengah jadi, chopstick, tusuk gigidan sendok es krim dari kayu dengan Rp 1 miliar Tidak termasuk M3 / thn > 1.500 M3 / thn > 1.500 Rp > 1 miliar Tidak termasuk No Jenis kegiatan Satuan Skala/Besaran Ket 45. Perabot/ kelengkapan rumah tangga dari kayu, meubel, kotak TV, dengan 46. Rotan barang jadi dengan 47. Chopstick, tusuk sate dari bambu dengan 48. Perabot rumah tangga lainnya dengan Rp > 600 juta Tidak termasuk Rp > 1 miliar Tidak termasuk Rp > 600 juta Tidak termasuk Rp > 600 juta Tidak termasuk 49. Kertas koran, kertas tulis & cetak,kertas berharga atau khusus, hasil ikutan/ sisa pembuatan kertas budaya, jasa penunjang industri kertas budaya dengan produksi riil M2/ thn Investasi (Rp) > 1,5 juta > 1 miliar Tidak termasuk 50. Kertas konstruksi, industri bungkus dan pengepakan, M2/ thn > 1,5 juta Tidak termasuk

board, hasil ikutan/sisa pembuatan kertas industri, jasa penunjang industri kertas dengan produksi riil Investasi (Rp) > 1 miliar 51. Kertas rumah tangga, kertas sigaret, kertas tipis lainnya; hasil ikutan/ sisa dan jasa penunjang industri kertas tissue dengan produksi riil M2/ thn Investasi (Rp) > 1,5 juta > 1 miliar Tidak termasuk 52. Kertas dan kertas karton bergelombang, berkerut, berkisut, kertas dan karton ytdl, hasil ikutan /sisa dan jasa penunjang industri kertas lainnya dengan produksi riil M2/ thn Investasi (Rp) > 1,5 juta > 1 miliar Tidak termasuk 53. Kertas dan karton berlapis, kertas stationary, hasil ikutan/ sisa dan jasa penunjang industri barang dari kertas & krayon yttgm dengan produksi riil M2/ thn Investasi (Rp) > 1,5 juta > 1 miliar Tidak termasuk 54. Industri percetakan dan penerbitan dengan produksi riil M2/ thn Investasi > 0,5 juta > 1 miliar Tidak termasuk (Rp)

No Jenis kegiatan Satuan Skala/Besaran Ket 55. Pigmen dengan dasar oksida timah hitam (lead oxida) aau senyawa chrom, pigmen dengan dasar campuran zinc sulphide dan barium sulphate termasuk barium sulphate, pigmen dari logam/tanah, bahan pewarna /pigmen zat anorganik lainnya, hsl ikutan / sisa dan jasa penunjang industri kimia dasar anorganik pigmen : Ton / thn Investasi (Rp) > 1,5 juta > 1 miliar Tidak termasuk Zat pewarna tekstil, dengan produksi riil 56. Elemen kimia,fosfida, kaarbida, air suling/ murni, udara air/ udara kempaan asam anorganik dan persenyawaan zat asam dari bukan logam : Ton / thn Investasi (Rp) > 1.000 > 1 miliar Tidak termasuk Basa organik dan oksida logam hidroksida logam dan peroksida logam (tidak termasuk pigmen) : Garam logam dan garam peroasi dari asam anorganik (flourida, khlorida, bromide, yodida, perkhlorat, hipokhlorit, hipobromide, yodat, peryodat, sulfida, sulfit, thiosulfat, persulfat, nitrit, nitrat, fosfit, fosfat, sianida, silikat, khromat, bikhromat dsb) Fisi elemen kimia dan isotop elemen kimia radio aktif dan isotop radio : Industri kimia dasar anorganik lainnya yttgm, hasil ikutan/ sisa & jasa penunjang industri kimia dasar anorganik yttgm. Dengan produksi riil

57. a. Terpentin bahan pelarut lainnya/ bahan dari getah/ kayu : tir kayu, minyak tir kayu, kreosot kayu dan nafta kayu : Rp. > 1 miliar Tidak termasuk b. Asam gondorukem dan asam damar, termasuk turunannya dengan c. Karbon aktif, arang kayu (charcoal), briket, arang tempurung kelapa) : industri kimia dasar organik, bahan kimia dari kayu dan getah (gum) lainnya dengan Rp. Rp. > 1 miliar > 1 miliar No Jenis kegiatan Satuan Skala/Besaran Ket d. hasil ikutan / sisa dan jasa penunjang industri kimia dasar organik, bahan kimia dari kayu dan getah (gum), dengan Rp. > 1 miliar 58. sil antara phenol dan hasil anatara anilin dan turunannya, zat warna utk makanan dan obat-obatan, pigmen organik, zat pewrna/pigmen lainnya, hsl ikutan/sisa & jasa penunjang industri kimia dasar organik intermediate siklis, zat warna dan pigmen dengan 59. Ethylene oxide, ethylene glycol, ethylene dichloride, vinyl chloride, vinyl acetate, Rp. > 1 miliar Tidak termasuk Rp. > 1 miliar Tidak termasuk

acetaldehide, trychloro ethylene acrylic acid, acrylonitrile, turunan ethylene lainnya : Propylene oxyde dan glycol. Dichloride : turunan propylene lainnya : metil butadine, bitadlena, butyl acrylite, butyleno, glycol, turunan butane lainnya : Alkyl benzona, tricholro benzene, ethyl benzene, cylohexane, malelc anhyclride, chloro benzene, benzdine, styrene, styrene oxide,styrene acrylonitriil polmer (SAN). Benzene dan turunan lainnya : Benzaldehida, benzold acid, benzil alkohol, benzil chloride, caprolaktam, toluen dan turunan lainnya : Phtalic anthydride, pura terephthalic acid (PTA), cumene xylene dan turunan laiinnya, hasil ikutan / sisa & jasa penunjang IKD-organik yang bersumber dari minyak dan gas bumi serta dari batu bara dengan. No Jenis kegiatan Satuan Skala/Besaran Ket 60. Bahan kimia khsusu (BKK) Rp. > 1 miliar Tidak termasuk

utk pengolahan air, bahan kimia khusus utk minyak dan gas bumi, tekstil, plastik : bahan kimia utk keperluan kesehatan, bahan kimia khusus lainnya. sil ikutan / sisa & jasa penunjang IKD yang menghasilkan bahan kimia khusus dengan 61. a. Pelarut kloroform, ether, acetate, ether,carbon, disulfida, dloctyl phtalate (DOP), glycarlm,slubutyl phatalate (DBP), diisonil phtalate (DINP) diidodacyl phtalate (DIDP), diheptyl phtalate (DHP), acetonitrile, amylacetat, crbonil sulfit, diethyphtalate, dimethyl euphoxide, pelarut lainnya dengan Rp. > 1 miliar Tidak termasuk b. Eseter lauric acid, oxallc acid polyhidric alkohol, adipic acid, acetic acid, ester lainnya dengan : Rp. > 1 miliar c. Asam organik : citric, formic (asam semut), tannic, tartataroc, adipic acid, fatty, gluconic acid, asam organik lainnya dengan : d. Zat aktif permukaan : alkyl suplphonate/linler alkylate suphonat ( LAS ), alky benzene sulphonat ( ABS ) / alkyl ariil ether Rp. Rp. > 1 miliar > 1 miliar Tidak termasuk