1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dan Masalah 1. Latar Belakang Masa remaja mempunyai usia rentang waktu sekitar sejak usia 12-17 tahun. Masa remaja adalah kelanjutan masa pubertas dimana ciri-ciri yang menonjol dari masa ini adalah masa peralihan yang penuh dengan gejolak dan ruang ketidakpastian serta ketidakjelasan. Masa remaja dapat dikatakan sebagai masa transisi karena remaja dianggap sebagai manusia dewasa tetapi terlihat masih bersifat kekanak-kanakan, dianggap masih anak-anak tetapi ukuran tubuhnya sudah sangat besar. Sebagai masa peralihan, maka dapat dimaklumi jika masa remaja adalah masa yang penuh dengan masalah. Seperti yang diungkapkan oleh Gunawan (2011:11) berikut : Dilihat dari ilmu psikologi, memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun sering kali perubahan itu hanya merupukan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka.
2 Masalah itu muncul karena remaja mengalami tekanan dari dua faktor yaitu faktor internal yang datang dari dalam dirinya dan faktor eksternal yang datang dari tuntutan lingkungan yang seolah memaksa remaja untuk segera cepat menyesuaikan diri. Tekanan itu kemudian akan direspon dengan berbagai macam hal, baik yang positif maupun negatif. Selain itu remaja dituntut untuk menyelesaikan tugas perkembangannya. Tugas perkembangan adalah tahapan usia dimana individu mempunyai tujuan untuk mencapai suatu kepandaian, ketrampilan, pengetahuan, sikap dan fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan pribadi. Kebutuhan pribadi itu timbul dari dalam diri dan tuntutannya yang datang dari luar atau dari masyarakat. Sebagai seorang remaja, tentu kita juga memiliki sejumlah tugas perkembangan. Tugas perkembangan remaja antara lain mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran social, menerima keadaan fisiknya, mencapai perilaku sosial yang bertanggung-jawab, mencapai kemandirian emosional memiliki nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku, mengembangkan keahlian intelektual serta memilih dan menyiapkan bidang pekerjaan dan mempersiapkan karir ekonomi, mempersiapkan diri untuk menikah dan menghadapi kehidupan berkeluarga. Adanya masa peralihan dan perubahan seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka tak aneh bila masa remaja disebut sebagai usia bermasalah yang sulit diatasi. Kesulitan itu disebabkan karena dua hal,
3 pertama karena dimasa anak-anak dulu remaja (karena tradisi dan kebiasaan) sudah terbiasa bila masalahnya diselesaikan oleh guru dan orang dewasa, sehingga saat remaja ingin menyelesaikan sendiri tidak mempunyai pengalaman dan keberanian. Selain itu karena remaja kini merasa sudah mandiri sehingga menolak campur tangan orang dewasa untuk membantu masalahnya. Kedua hal inilah yang menyebabkan permasalahan demi permasalahan datang silih berganti. Gunarsa (dalam Gunawan, 2011:28) menerangkan beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan, ketidakstabilan emosi, adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup, adanya sikap menentang dan menantang orang tua, pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang tua, kegelisahan karena banyak yang diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya, senang bereksperimentasi, senang berekplorasi, mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan dan kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan berkegiatan berkelompok Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung, ditemui beberapa siswa yang berlaku tidak sopan terhadap guru, seperti membentak dan keluar kelas tanpa permisi saat guru sedang mengajar di kelas.
4 Selain itu ada pula siswa yang melanggar tata tertib sekolah seperti terlambat datang ke sekolah dan ada juga yang tidak mau masuk kelas untuk menerima materi pelajaran. Sebelumnya siswa tersebut sudah mendapat peringatan dari guru yang bersangkutan. Mereka mengalami perubahan dalam satu sampai dua hari namun pada hari selanjutnya mereka mengulangi kesalahan tersebut. Arikunto (1990;114), didalam pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin menunjuk pada kepatuhan seseorang mematuhi tata tertib karena di dorong oleh kesadaran yang ada pada kata hatinya. Imron (2011:173) menyatakan disiplin siswa sebagai suatu sikap tertib dan teratur yang dimiliki oleh siswa di sekolah, tanpa ada pelanggaranpelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap siswa sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Ditemui pula siswa yang merokok di lingkungan sekolah SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Tentunya perbuatan itu dapat mencoreng citra sekolah tersebut. Perbuatan itu sering dilakukan siswa di toilet sekolah ataupun kantin. Bila sedang merokok siswa tersebut tidak sendiri melainkan bersama teman-temannya.
5 Selain itu terdapat siswa yang pergi ke tempat hiburan malam atau clubbing. Efek dari clubbing membuat siswa terbiasa meminum minuman keras dan merasa kecanduan untuk pergi clubbing setiap malam. Selain itu setiap ada acara (event-event) tertentu mereka merasa antusias untuk datang ke acara tersebut. Mereka biasanya tertarik datang ke event karena adanya bintang tamu dari kalangan artis dan pengisi acara baik artis lokal maupun internasional. Kebiasaan siswa tersebut kurang baik untuk dilakukan mengingat usia mereka yang masih muda di bawah 17 tahun. Padahal pihak tempat hiburan sendiri memiliki aturan untuk melarang anak di bawah usia 18 tahun berkunjung ke tempat hiburan mereka. Disinilah peran orang tua dan guru Bimbingan Konseling dianggap penting. Salah satu yang dapat dilakukan oleh guru bimbingan konseling adalah upaya menanggulangi kenakalan remaja dengan teknik aversion therapy atau merubah perilaku negatif dari remaja. Teknik aversion therapy merupakan salah satu teknik yang terdapat pada konseling behavioral. Konseling behavioral merupakan pandangan yang ilmiah tentang perilaku manusia adapun tujuannya untuk memperoleh perilaku baru, dan penghapusan perilaku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Beberapa tekhnik konseling behavioral yang dapat dilakukan salah satunya adalah aversion therapy dan teknik ini bertujuan untuk mengurangi perilaku negatif dan memperkuat perilaku positif. Salah satu media yang mendukung dalam
6 pelaksanaan konseling ini adalah dengan Covert Sensitization, yaitu dengan meminta konseli membayangkan perilaku maladaptif yang biasa dilakukan dan akibat negatif untuk menimbulkan rasa menyesal atau merasa bersalah. Dari uraian diatas peneliti bermaksud mengadakan penelitian tentang Upaya Menurunkan Perilaku Kenakalan Remaja Dengan Menggunakan Media Covert Sensitization Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Bandar Lampung T.A. 2012/2013. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Terdapat beberapa siswa yang terbiasa meminum minuman keras. 2. Terdapat beberapa siswa yang berlaku tidak sopan terhadap guru seperti membentak. 3. Terdapat beberapa siswa keluar kelas tidak permisi saat guru mengajar di kelas. 4. Terdapat beberapa siswa yang suka melanggar tata tertib sekolah seperti terlambat datang ke sekolah 5. Terdapat beberapa siswa tidak ingin masuk kelas untuk menerima mata pelajaran. 6. Terdapat beberapa siswa yang senang bergaul di tempat hiburan malam (clubbing). 7. Terdapat beberapa siswa yang merokok baik dilingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah.
7 3. Pembatasan Masalah Untuk lebih memperjelas arah dalam penelitian ini, maka akan dibatasi pada upaya menurunkan perilaku kenakalan remaja dengan menggunakan media covert sensitization pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Bandar Lampung T.A. 2012/2013. 4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka masalah dalam penelitian ini adalah terdapat siswa yang nakal. Permasalahannya adalah bagaimana penurunan kenakalan remaja dengan mengunakan media covert sensitization disekolah. B. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan kenakalan remaja dengan media covert sensitization pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun ajaran 2012-2013. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini secara umum terbagi menjadi 2, yaitu : 1) Kegunaan teoritis Secara teoritis penelitian berguna untuk menambah khasanah keilmuan Bimbingan dan Konseling dalam bidang bimbingan pribadi dan bidang sosial yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
8 2) Kegunaan praktis Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui bahwa dengan media covert sensitization dapat menurunkan perilaku kenakalan remaja di sekolah tersebut. C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah dasar dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta hasil observasi dan telaah kepustakaan yang memuat mengenai teori, dalil atau konsep-konsep. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung, ditemui beberapa siswa yang berlaku tidak sopan terhadap guru, seperti membentak dan keluar kelas tanpa permisi saat guru sedang mengajar di kelas. Selain itu ada pula siswa yang melanggar tata tertib sekolah seperti terlambat datang ke sekolah dan ada juga yang tidak mau masuk kelas untuk menerima materi pelajaran. Sebelumnya siswa tersebut sudah mendapat peringatan dari guru yang bersangkutan. Mereka mengalami perubahan dalam satu sampai dua hari namun pada hari selanjutnya mereka mengulangi kesalahan tersebut. Ditemui pula siswa yang merokok di lingkungan sekolah SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Tentunya perbuatan itu dapat mencoreng citra sekolah tersebut. Perbuatan itu sering dilakukan siswa di toilet sekolah ataupun
9 kantin. Bila sedang merokok siswa tersebut tidak sendiri melainkan bersama teman-temannya. Selain itu terdapat siswa yang pergi ke tempat hiburan malam atau clubbing. Efek dari clubbing membuat siswa terbiasa meminum minuman keras dan merasa kecanduan untuk pergi clubbing setiap malam. Selain itu setiap ada acara (event-event) tertentu mereka merasa antusias untuk datang ke acara tersebut. Kartono (2010:6) mengemukakan kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau dursila, atau kejahatan atau kenakalan anak-anak muda merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Cara yang akan digunakan peneliti adalah dengan menggunakan suatu pendekatan konseling. Pendekatan konseling yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan konseling behavioral dengan teknik aversion therapy. Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kenakalan remaja. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya.
10 Dalam Rosra (2008:11) teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku negatif dan memperkuat perilaku positif. Hukuman bisa dengan kejutan listrik, atau memberi ramuan yang membuat orang muntah. Secara sederhana anak yang suka marah di hukum dengan membiarkannya. Perilaku maladjustive diberi kejutan listrik, misalnya anak yang suka berkata bohong. Perilaku homoseksual dihukum dengan memberi pertunjukan film yang disenanginya lalu dilistrik tangannya dan film mati. Teknik aversion therapy digunakan untuk membantu mengubah perilaku subjek, karena masalah yang dihadapi subjek adalah perilaku kenakalan remaja yang tidak sesuai dengan usianya. Perilaku tersebut antara lain cara berpakaian yang kurang sopan, cara berbicara yang kurang sesuai untuk anak seusianya, cara bergaulnya kurang sesuai dengan usianya, sikap yang kurang sopan terhadap guru, atau kebiasaan suka melanggar tata tertib sekolah dan bergaul di tempat hiburan malam (clubbing). Teknik ini sesuai untuk digunakan karena dapat membantu klien mengubah perilaku kenakalan remajanya dengan cara therapy yang akan dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap dan prosedur teknik aversion therapy. Upaya pemberian konseling kepada klien atau remaja menggunakan teknik aversion therapy membuat perilaku kenakalan remaja dapat dikurangi ataupun dihilangkan. Salah satu media yang mendukung dalam pelaksanaan konseling ini adalah dengan Covert Sensitization, yaitu dengan meminta konseli membayangkan
11 perilaku maladaptif yang biasa dilakukan dan akibat negatif untuk menimbulkan rasa menyesal atau merasa bersalah. Dengan demikian setelah perilaku kenakalan remaja hilang maka akan menghasilkan perubahan perilaku pada subjek yang sebelumnya mempunyai perilaku cara berpakaian yang kurang sopan, cara berbicara kurang sesuai untuk anak seusianya, cara bergaul yang kurang sesuai dengan usianya, sikap yang kurang sopan terhadap guru, atau kebiasaan melanggar tata tertib sekolah dan bergaul di tempat hiburan malam (clubbing), menjadi menurun atau menghilang hal tersebut membuat subjek memiliki perilaku yang baik dan sesuai untuk anak seusianya. Perilaku kenakalan remaja Covert Sensitization Perilaku kenakalan remaja menurun Gambar 1.1 Kerangka pikir penurunan perilaku kenakalan remaja D. Hipotesis Menurut Arikunto, 2006, hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan pengertian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah upaya menurunkan perilaku kenakalan remaja dengan media covert sensitization.
12 Sedangkan hipotesis statistiknya adalah : Ho : Tidak terdapat penurunan kenakalan remaja di sekolah dengan menggunakan media covert sensitization pada siswa kelas XI SMAN 5 Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013. Ha : Terdapat penurunsn kenakalan remaja di sekolah dapat diturunkan dengan menggunakan media covert sensitization pada siswa kelas XI SMAN 5 Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013.