BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkembang di lingkungan masyarakat tidak lepas dari nilai-nilai

dokumen-dokumen yang mirip
keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan dalam masyarakat, maka proses pelaksanaan perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. pulau dan bersifat majemuk. Kemajemukan itu berupa keanekaragaman ras,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BERBAHASA DAN BERPAKAIAN MELAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi diri agar mampu bersaing dan bermanfaat bagi dirinya, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama penentu kemajuan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I P E N D A H U L U A N. Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga karena setiap manusia besar dan dididik di dalamnya. Tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia tidak dapat dipisahkan dari adat istidat dan kebudayaan yang merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap tingkah laku dan pola hidup manusia yang berkembang di lingkungan masyarakat tidak lepas dari nilai-nilai dan norma-norma yang merupakan bagian dari kebudayaan. Begitu juga sebaliknya budaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena budaya merupakan hasil cipta akal budi dan pikiran manusia yang mempunyai peradaban. Koentjaraningrat (1984: 8) mengatakan bahwa nilai budaya itu adalah tingkat pertama kebudayaan ideal atau adat. Nilai budaya adalah lapisan paling abstrak dan luas ruang lingkupnya. Tingkat ini adalah ide-ide yang mengonsepsikan hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya dikemukakan oleh Koentjaraningrat, suatu sistem nilai-nilai budaya terdiri atas konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Oleh karena itu, suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia yang tingkatnya lebih konkret, seperti aturan-aturan khusus, hukum, dan norma-norma. Semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai budaya tersebut. Kebudayaan suatu masyarakat pada pokoknya berfungsi menghubungkan manusia dengan alam sekitarnya dan dengan masyarakat di tempat manusia itu menjadi warga (Soemardjan, 1084: 5). Budaya yang mengandung nilai-nilai 1

2 kehidupan terlahir dari alam dan akan memberikan manfaat bagi orang yang hidup selaras dengan alam. Manusia dengan segala kemampuannya akan dapat menyesuaikan diri bahkan melebur dengan alam. Indonesia sebagai bangsa yang multikultur memiliki kebudayaan yang beranekaragam. Kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia terkadang tidak diimbangi dengan pelestarian dan penghargaan terhadap budaya sendiri. Sering sekali dijumpai masyarakat Indonesia yang lebih mencintai dan cenderung meniru gaya hidup maupun budaya dari negara lain tanpa melihat baik-buruk kebudayaan tersebut. Selain itu, akibat dari kurangnya penghargaan terhadap budaya sendiri menyebabkan dengan mudahnya bangsa lain mengklaim budaya asli Indonesia. Untuk itu penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai bentuk pelestarian dan penghargaan terhadap budaya sendiri. Adat istiadat yang ada di Indonesia merupakan bagian dari kekayaan budaya yang senantiasa dilestarikan oleh masyarakat Indonesia sendiri. Perkawinan merupakan salah satu bagian dari kebudayaan. Setiap daerah memiliki tata cara dan adat istiadat yang berbeda dalam sebuah perkawinan. Adat dalam upacara perkawinan yang berbeda di setiap daerah menunjukkan adanya perbedaan budaya yang ada di lingkungan tersebut. Adat perkawinan pada masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok disebut Merariq. Merariq (kawin lari) sebagai ritual awal dalam perkawinan masyarakat Suku Sasak merupakan fenomena yang sangat unik dan hanya dapat ditemui pada masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok. Tradisi Merariq hingga kini lebih banyak dipahami sebagai Selarian (kawin lari), sehingga masyarakat yang tidak

3 mengetahui tentang hakikat tradisi Merariq menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak lazim dan memberikan kesan negatif bagi pelakunya. Merariq tidak sama dengan kawin lari, akan tetapi jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia maka padanan kata yang paling mendekati adalah kawin lari. Budaya Merariq pada masyarakat Suku Sasak mengandung nilai-nilai luhur kehidupan Merariq dilaksanakan sesuai dengan adat istiadat masyarakat setempat. Sangat berbeda dengan kawin lari yang mengandung nilai-nilai negatif. Nilai-nilai luhur kehidupan tersebut dapat ditanamkan sebagai pendidikan karakter bagi masyarakat umum maupun kalangan akademisi, khusunya peserta didik yang merupakan generasi penerus bangsa. Pemerhati budaya Sasak Pharmanegara (Amaq Owiek, 2010) mengungkapkan bahwa tradisi Merariq penuh dengan nilai yang mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan di Lombok. Tradisi Merariq ini menjadi cara yang terhormat bagi laki-laki Sasak untuk menikahi seorang perempuan. Alasannya, karena Merariq memberikan kesempatan kepada para pemuda yang hendak beristri untuk menunjukkan sifat ksatria sebagai seorang laki-laki. Tradisi Merariq pada masyarakat Suku Sasak menggambarkan bagaimana sebuah perkawinan dengan segala ritual adatnya mampu memberikan pesan moral dan nilai-nilai sosial yang sangat melekat dan diyakini dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu dalam tradisi Merariq juga menggambarkan bagaimana sebuah tradisi dapat dijadikan kepercayaan atau keyakinan dan pegangan hidup oleh masyarakat setempat. Setiap prosesi yang dilaksanakan mengandung nilainilai kehidupan yang dapat dijadikan sebagai pegangan dalam hidup bermasyarakat.

4 Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Proses hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah mengkisahkan suatu rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada akhirnya proses tersebut mampu melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia. Kebudayaan dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan alam. Alam telah mendidik manusia melalui situasi tertentu yang memicu akal budi manusia untuk mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya. Dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1, pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah dapat dilepaskan dari ruang lingkup kebudayaan. Untuk mewujudkan pendidikan yang mampu mengembangkan potensi dan kemampuan generasi penerus bangsa maka diperlukan sebuah sistem pendidikan yang mampu mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Mulyasa, 2006: 12). Muatan seni budaya sebagaimana yang

5 diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya. Pendidikan Seni Budaya diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi, berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni dan belajar tentang seni. Peserta didik yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas merupakan insan manusia yang menuju masa pendewasaan diri. Seringkali masa SMA menjadi ajang untuk menemukan jati diri seorang anak remaja. Pergaulan dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang. Untuk itu sangat penting ditanamkan nilai-nilai moral yang dapat dijadikan pegangan dalam bergaul dan berperilaku dengan masyarakat dan lingkungan. Penanaman nilainilai moral salah satunya adalah melalui pembelajaran di sekolah yang merupakan lingkungan pendidikan tempat generasi penerus bangsa menimba ilmu. Bahan ajar atau materi pelajaran yang diajarkan di sekolah salah satunya adalah Seni Budaya. Pulau Lombok yang dikenal dengan pemandangan yang begitu indah memiliki berbagai macam tradisi adat, salah satunya adalah tradisi Merariq (kawin lari). Nilai-nilai budaya dan pendidikan yang terdapat pada tradisi Merariq dapat dijadikan sebagai alternatif bahan ajar Seni Budaya. Hal ini sebagai

6 upaya untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya daerah yang merupakan salah satu aset dan cerminan karakter sebuah bangsa. Oleh karena alasan tersebut, peneliti berupaya untuk melestarikkan kebudayaan daerah yang merupakan karakter suatu bangsa dengan meneliti tradisi Merariq yang merupakan budaya perkawinan Suku Sasak di Pulau Lombok yang sarat dengan pesan moral dan nilai-nilai pendidikan. Tradisi Merariq oleh sebagian kecil masyarakat di Pulau Lombok mulai ditinggalkan. Pada hakikatnya banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari rangkaian ritual-ritual yang dilaksanakan. Penelitian tentang Kajian Bentuk dan Fungsi Nilai-nilai Budaya Merariq (Kawin Lari) pada Masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok Sebagai Alternatif Bahan Ajar Seni Budaya di Sekolah Menengah Atas juga berusaha mengungkapkan bagaimana bentuk dan fungsi nilai-nilai budaya dalam tradisi Merariq Suku Sasak. Penelitian tentang tradisi Merariq (kawin lari) sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (Agustina angkatan tahun 2005 jurusan Civic Hukum) dengan judul penelitian Penyesuaian Perkawinan Pertama dan Kedua Pada Pria Suku Sasak di Lombok. Selain itu juga penelitian yang dilakukan oleh Elita Noorsiana angkatan 2001 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang jurusan Hukum dengan judul Adat Kawin Lari Merariq atau Besebeo ditinjau dari Hukum Perkawinan dan Hukum Pidana: Studi di desa Janeprie Lombok Tengah, NTB. Penelitian yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Yhena Widjayanti dengan judul Nilai Didaktik Anglingdarma dan Kemungkinan Sebagai Bahan Ajar Seni Budaya Muatan Lokal di Kabupaten Bojonegoro.

7 Penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas memiliki persamaan dengan penelitian ini, yakni sama-sama mengkaji tentang tradisi Merariq di Pulau Lombok. Perbedaannya terletak pada fokus permasalahan peneltian, sebab penelitian ini mengkaji bentuk dan fungsi nilai-nilai budaya tradisi Merariq serta makna yang terkandung dalam tradisi Merariq sebagai alternatif bahan ajar Seni Budaya di Sekolah Menengah Atas (SMA). 1.2 Ruang Lingkup/Jangkauan Masalah Banyak hal yang dapat dikaji dari budaya Merariq (kawin lari) pada masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok, di antaranya diksi dalam tembang yang dilantunkan pada rangkaian prosesi adat Merariq. Tiga tembang tersebut adalah tembang Dang-dang, tembang Kumambang, dan tembang Sinom. Tembang Dangdang berisi ucapan salam pembukaan, tembang ini dilantunkan pada pembukaan upacara Sorong Serah. Kemudian tembang Kumambang berisi tentang situasi atau keadaan pada saat upacara Sorong Serah berlangsung. Tembang Sinom berisi tentang sejarah dari adat upacara Sorong Serah tersebut. Keseluruhan tembang yang dilantunkan dalam upacara Sorong Serah berisi wejangan dan nasihat kepada mempelai pengantin dan masyarakat yang menghadiri upacara Sorong Serah. Budaya Merariq (kawin lari) bagi masyarakat di luar Suku Sasak sering dianggap sebagai perbuatan yang melanggar nilai dan norma-norma hukum. Akan tetapi bagi masyarakat Suku Sasak, Merariq (kawin lari) merupakan salah satu cara terhormat untuk melaksanakan pernikahan. Budaya Merariq telah dilaksanakan secara turun temurun dan merupakan tradisi pernikahan masyarakat

8 Suku Sasak di Pulau Lombok. Wujud, makna dan fungsi nilai-nilai budaya Merariq dapat dijadikan pegangan dalam hidup bermasyarakat, baik di kalangan masyarakat luas maupun kalangan akademisi. Dalam budaya Merariq terdapat tiga wujud budaya, yakni wujud ide, sistem sosial, dan kebudayaan fisik. 1.3 Pembatasan Masalah Untuk memperoleh kajian yang lebih detail dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan bentuk dan fungsi nilai-nilai budaya Merariq (kawin lari) pada masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok sebagai alternatif bahan ajar Seni Budaya di SMA. Tradisi perkawinan pada masyarakat Sasak yang sarat akan nilai-nilai budaya yang menjunjung tinggi norma-norma adat masyarakat Suku Sasak. Nilai-nilai budaya dan pendidikan yang terdapat dalam rangkaian tradisi Merariq dapat dijadikan sebagai pegangan dalam setiap tindakan atau perilaku seseorang, khususnya generasi muda yang duduk di bangku sekolah. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana wujud dan makna budaya Merariq (kawin lari) pada masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok? 2) Bagaimana fungsi nilai-nilai budaya Merariq (kawin lari) pada masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok?

9 3) Bagaimana nilai-nilai budaya Merariq (Kawin Lari) pada masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok dalam kaitannya sebagai alternatif bahan ajar Seni Budaya di Sekolah Menengah Atas? 1.5 Tujuan Secara umum tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengungkapkan budaya Merariq (kawin lari) pada masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok, sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mendeskripsiskan wujud dan makna budaya Merariq (kawin lari) pada masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok. 2) Mendeskripsikan fungsi budaya Merariq (kawin lari) pada masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok. 3) Mendeskripsikan nilai-nilai budaya Merariq (Kawin Lari) pada masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok dalam kaitannya sebagai alternatif bahan ajar Seni Budaya di Sekolah Menengah Atas. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis untuk kalangan akademisi, peneliti, dan masyarakat umum seperti yang diuraikan berikut ini. 1.6.1 Manfaat Teoretis 1) Bagi masyarakat, sebagai tambahan pengetahuan tentang kebudayaan, khususnya mengenai nilai-nilai budaya Merariq (kawin lari) pada masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok yang menjadi bagian dari kebudayaan nasional.

10 2) Bagi instansi terkait, dapat digunakan sebagai dokumentasi kebudayaan 3) Bagi mahasiswa yang mengambil penelitian sejenis, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun penelitian 1.6.2 Manfaat Praktis 1) Bagi masyarakat Lombok penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu cara untuk mengenalkan budaya Lombok kepada para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Lombok. 2) Bagi masyarakat Pulau Lombok penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana pelestaraian dan pemertahanan budaya asli Pulau Lombok 1.7 Penegasan Istilah Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dicantumkan beberapa istilah berikut ini. 1) Budaya Budaya merupakan cipta, rasa, karsa, dan karya manusia. Secara ringkas dan kasar yang dimaksud dengan kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, baik yang terlihat secara kasat mata maupun yang bersifat pemikiran (Ratna, 2009: 111). 2) Nilai Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1991: 1035), disebutkan bahwa nilai adalah sifat-sifat penting yang berguna bagi manusia dalam menjalani hidupnya.

11 3) Nilai Budaya Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1991: 1035), disebutkan bahwa nilai budaya adalah konsep abstrak sehubungan dengan masalah dasar yang bernilai dan sangat penting bagi kehidupan manusia. 4) Bentuk Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1991: 184), disebutkan bahwa bentuk adalah sebuah wujud dari suatu keberadaan yang dapat difungsikan sesuai dengan kebutuhan. 5) Makna Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1991: 916), disebutkan bahwa makna adalah pengertian dasar yang diberikan atau yang ada dalam suatu hal. 6) Fungsi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 98) disebutkan bahwa fungsi merupakan sebuah manfaat dari suatu pendukung manusia untuk membuat suatu perubahan sesuai dengan yang diinginkan. 7) Merariq Merariq adalah proses perkawinan yang dilakukan dengan cara calon suami melarikan atau membawa calon istrinya ke rumah keluarga atau kerabat dekat pihak laki-laki. Kemudian dari rumah keluarga kerabat laki-laki tersebut sang calon istri diajak ke rumah pihak laki-laki. Merariq dilaksanakan pada malam hari, sehingga pihak laki-laki membawa calon istrinya ke rumah keluarga atau kerabat dekatnya pada malam hari. Selanjutnya, pada keesokan harinya kedua orang tua dan keluarga dari pihak

12 laki-laki menjemput kedua mempelai untuk dibawa pulang ke rumah pihak laki-laki. 8) Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Mulyasa, 2006:7). 9) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Mulyasa, 2006:12). 10) Bahan Ajar Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran (Slamet, 2011). 11) Mata Pelajaran Seni Budaya Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni, karena itu, mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya (Slamet, 2011).