IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Kondisi Geografis Daerah Kecamatan Marpoyan Damai

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasamya merupakan kebutuhan bagi setiap. masyarakat, bangsa dan negara, karena pembangunan tersebut mengandung

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Marpoyan Damai pada mulanya dibentuk berdasarkan Peraturan

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Geografis dan Demografis Kota Pekanbaru

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. dan Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis Daerah Kecamatan Marpoyan Damai

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Katalog BPS :

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

BAB IV PETA SOSIAL KOMUNITAS KELURAHAN REJOSARI KECAMATAN TENAYAN RAYA KOTA PEKANBARU

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

pekanbarukota.bps.go.id

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

4.1. Letak dan Luas Wilayah

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

I. PENDAHULUAN. Sumber :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

pelalawankab.bps.go.id

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA PEKANBARU IV.1 Sejarah Pekanbaru. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama "Senapelan" yang pada

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Desa Alam Panjang adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Rumbio Jaya

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

A. Luas potensi lahan sumber pakan ternak (Ha) Luas Potensi Hijauan (Ha) No Kabupaten/Kota Tanaman Padang. Pangan Rumput

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

Statistik Daerah. Kecamatan Sarudik. Katalog BPS :

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

III. METODOLOGI KAJIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI KAJIAN

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

PROFIL KECAMATAN ANGKONA

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

Transkripsi:

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987, daerah Kota Pekanbaru diperluas dari 446.50 km 2 menjadi 632,26 km 2 yang berarti luasnya bertambah sekitar 185,76 km 2. Untuk lebih menciptakan tertib pemerintahan dan pembinaan, Kota Pekanbaru yang semula terdiri dari 8 kecamatan dan 45 kelurahan/desa, dengan keputusan Gubernur KDH Tingkat I Nomor 55 Tahun 1999 tanggal21 Oktober 1999 dibentuklah kelurahan baru menjadi 50 kelurahan. Kota Pekanbaru keadaannya relatif datar dengan struktur tanah pada umumnya terdiri dari jenis Alivial dan pasir, sedangkan daerah pinggiran kota terdiri dari jenis tanah organorsol dan humus yang merupakan rawa-rawa dan memiliki sifat asam. Kota Pekanbaru beriklim tropis den an suhu udara maksimum berkisar antara 32,6 DC - 36,5 DC dan suhu minimum berkisar antara 19,2 DC - 22,0 DC. Curah hujan 62,8-407,8 mm per tahun dengan keadaan musim berkisar; musim hujan jatuh pada bulan September sampai Februari dan musim kemarau jatuh pad a bulan Maret sampai dengan Agustus. Kelembaban maksimum antara 90% - 100% dan kelembaban minimum berkisar antara 41 % - 59% (Pekanbaru Dalam Angka,2004). Kota Pekanbaru berbatasan sebelah Utara dan Timur dengan Kabupaten Siak, Selatan dan Barat dengan Kabupaten Kampar. Mengenai jarak kota Pekanbaru dsngan kabupaten dan kota lainnya adalah 50 km ke Bangkinang. 131 km ke Bengkalis, 156 km ke Rengat, 186 km ke Dumai, 213 km ke Tembilahan dan 287 km ke Batam (Pekanbaru Dalam Angka, 2004). 43

44 4.1.1. Keadaan Penduduk Dari pengolahan data Registrasi Penduduk tahun 2004 di peroleh angka jumlah penduduk tahun 2003. Penduduk Kota Pekanbaru berjumlah 653.435 jiwa, dengan rincian penduduk laki-iaki sebesar 328.626 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 324.809 jiwa yang mendiami wilayah 723,21 km 2 Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru Dirinci Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2003 Kelompok Umur Laki-Iaki Perempuan Jumlah Persentase (Tahun) (orang) (orang) (orang) (%) 0-14 103.866 106.797 210.663 32,24 15-55 208.141 201.805 409.946 62,73 di atas 55 16.618 16.208 32.826 5,03 Jumlah 328.626 324.809 653.435 100,00 Sumber: Pekanbaru Dalam Angka, 2004 Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah p~nduduk Kota Pekanbaru yang berada pad a usia produktif lebih tinggi, yaitu 409.946 jiwa (62,73%) dan 243.489 jiwa (32,24%) penduduk tergolong usia tidak produktif (penduduk yang belum produktif dan penduduk yang tidak produktif). Persentase jumlah penduduk tersebut menggambarkan bahwa Kota Pekanbaru telah memiliki potensi sumber daya manusia kerja terutama tenaga kerja produktif yang diharapkan mampu mengelola potensi sumber daya alam yang tersedia. Dari Tabel 4 diketahui bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan penduduk kota Pekanbaru bervariasi dan yang paling besar adalah pada bidang perdagangan yang berjumlah 164.212 jiwa (25,74%), sedangkan yang terkecii adalah pada bidang pertambangan dan penggalian yaitu 11.795 jiwa atau 1,65%.

45 Tabel4. Jumlah Penduduk Produktif Kota Pekanbaru Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2003 Jumlah Persentase No. Lapangan Pekerjaan Utama Penduduk (orang) (%) 1 Pertanian 16.348 2,11 2 Pertambangan dan Penggalian 11.795 1,65 3 Industri Pengolahan 40.981 5,30 4 Konstruksi 42.917 6,63 5 Perdagangan 164.212 25,74 6 Komunikasi dan Angkutan 29.695 4,43 7 Keuangan 14.656 2,83 8 Listrik, Gas dan Air 89.342 14,04 Jumlah 409.946 62,73 Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2004 Kota Pekanbaru terdiri dari 8 kecamatan, dimana penyebaran penduduk masing-masing kecamatan tersebut berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kota Pekanbaru Tahun 2003 Luas Penduduk No Kecamatan km2 % Jumlah % 1 Tampan 199,79 27,63 155.543 24,18 2 Bukit Raya 299,08 41,35 194.125 29,56 3 Lima Puluh 4,04 0,56 46.774 7,12 4 Sail 3,26 0,45 24.333 3,71 5 Pekanbaru Kota 2,26 0,31 33.174 5,05 6 Sukajadi 5,10 0,71 69.217 10,54 7 Senapelan 6,65 0,92 39.339 5,99 8 Rumbai 203,03 28,07 90.931 13,85 Jumlah 723,21 100,00 653.435 100,00 i Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2004 Penyebaran penduduk berdasarkan kecamaian yang ada di kota Pekanbaru tidak sama. Hal ini dapat dilihat pad a jumlah penduduk setiap

46 kecamatan. Kecamatan Bukit Raya memiliki wilayah terluas yaitu 299,08 km2 atau 41,35% dari luas kota Pekanbaru. Sedangkan kecamatan Pekanbaru Kota memiliki wilayah yang terkecii yaitu 2,26 km2 (0,31%). Jumlah penduduk yang terbesar terdapat di kecamatan Bukit Raya yaitu 194.125 jiwa, sedangkan kecamatan Sail memiliki penduduk yang terkecil yaitu sebanyak 24.333 jiwa. 4.1.2. Prasarana dan Sarana Dalam rangka menunjang pemanfaatan dan penggunaan potensi sumberdaya pembangunan yang terdapat disuatu daerah secara optimal tidak akan terlepas dari masalah ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai berikut : 4.1.2.1. Transportasi dan Komunikasi Trasportasi dan komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang proses pembangunan ekonomi suatu wilayah. Penggerakan pembangunan dan pemberdayaan ekonomi rakyat terutama yang berada pada wilayah pinggiran kota, dengan adanya sarana transportasi dan komunikasi memegang peranan yang sangat penting dan merupakan salah satu urat nadi pembangunan. Sehingga perkembangan peternakan sangat membutuhkan kelancaran dalam berkomunikasi dan kelancaran tranportasi. Usaha peternakan kita ketahui banyak dilakukan jauh dari daerah pinggiran kota. Pad a lokasi penelitian masih terlihat sarana transportasi belum memadai, dimana kondisi jalan-jalan masih berada dalam kondisi belum diaspal, ber!obang~!obang, campuran tanah dan pasir, sehingga apabila terjadi hujan ja1an akan menjadi lie!n dan kendaran pemasok makamm dan pemasaran ayam susah mencapai lokasi peternak.

47 Dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan dalam usaha peternakan ayam ras pedaging maka hal ini menjadi penghambat, karena ayam ras pedaging mempunyai perhatian yang khusus baik dari segi makanan maupun segi pengobatan dan pemasaran. Keterlambatan pasokan makanan dan obatobatan akan menjadi permasalahan terhadap kesehatan ayam sedangkan keterlambatan pemasaran akan menambah biaya produksi. Berkaitan dengan komunikasi didaerah penelitian, terlihat bahwa peternak sudah dapat melakukan komunikasi dengan lancar baik komunikasi dengan pihak perusahaan maupun dengan konsumen pemasaran dengan menggunakan sarana handphone. Komunikasi lain yang didapat oleh masyarakat didaerah penelitian berupa media masa yang umunya berasal dari riau sendiri dan juga media nasional melalui radio dan televisi. 4.1.2.2. Kelistrikan dan Air Bersih Didalam melakukan usaha peternakan ayam ras pedaging fasilitas listrik i dan air bersih sangat dibutuhkan sekali. Dari: pengamatan dilapangan diketahui bahwa peternak di Kota Pekanbaru telah memanfaatkan sarana penerangan listrik. Dari responden diketahui bahwa ketersediaan sarana listrik sangat membantu usaha peternakannya, terutama dalam aspek pemeliharaan maupun dari segi keamanan. Dari segi biaya, peternak sangat terbantu apabila dibandingkan dengan menggunakan lampu lain. Untuk air bersih, ini berhubungan langsung dengan budidaya peternakan ayam. Penggunaan air yang selalu dilakukan untuk minum, cuci peralatan kandang dan pembersihan kandang setiap panen selesai. Dari pengamatan dilapangan ketersediaan air bersih petemak didapat dari sumur pompa sendiri, hal ini disebabkan air dari PDAM belum sampai kelokasi peternak.

48 4.1.2.3. Lembaga Keuangan Majunya dunia usaha berkaitan erat hubungannya dengan keberadaan lembaga keuangan dilokasi tersebut. Pad a saat sekarang kondisi masyarakat usaha kecil mengharapkan sekali bantuan permodalan, hal ini dikarenakan usaha kecil masih dihadapi oleh kendala kekurangan modal usaha. Lebaga keuangan yang ada di Kota Pekanbaru didominasi oleh Bank- Bank, baik dari swasta maupun dari pemerintah. Dari pengamatan dilapangan peternak sudah terikat dengan Bank yang sarna dengan perusahaan inti. Hal ini sangat membantu peternak dan perusahaan berhubungan keuangan dengan menggunakan jasa Bank yang sarna untuk mentransfer dana dari inti ke peternak atau sebaliknya dari peternak ke inti. 4.1.2.4. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor sarana yang dibutuhkan dalam upaya menggerakkan ekonomi kerakyatan. di Kota Pekanbaru sarana pendidikan i ini sudah cukup memadai yang dlkelola oleh pihak swasta dan pemerintah mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi. Seperti terlihat dalam Tabel 6. Tabel6. Sarana Pendidikan di Daerah Penelitian Tahun 2003 No. Jenis Sekolah Jumlah (unit) 1. Taman Kanak-Kanak/Play Group 114 2. Sekolah Dasar 233 3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 625 4. Sekolah Menengah Atas 32 5. Sekolah Menengah Kejuruan 22 6. Perguruan Tinggi 21 Total 1.047, Sumber. PeKanbaru Dalam Angka, 2004

49 4.1.2.5. Kesehatan. Di daerah penelitian fasilitas kesehatan sudah cukup memadai, seperti terdapat rumah sakit swasta dan pemerintah serta balai-balai pengobatan yang tersebar merata di daearah penelitian. Dari fasilitas yang tersedia menunjukkan tingkat kesehatan masyarakat cukup diperhatikan, seperti terlihat pad a Tabel7. Tabel7. Fasilitas Sarana Kesehatan di Kota Pekanbaru Tahun 2003 No. Sarana Kesehatan Jumlah (unit) 1. Rumah sakit umum 11 2. Rumah Sakit Bersalin 41 3. Balai Pengobatan 51 4. Puskesmas 14 5. Puskesmas Pembantu 30 6. Rumah bersalin 17 Total 164 Sumber: Pekanbaru Dalam Angka, 2004 4.1.2.6. sarana Lain i Prasarana lain yang penting bagi peternak yaitu pasar. Pasar merupakan salah satu sarana yang harus ada jika roda ekonomi kerakyatan akan digerakkan sebab pasar merupakan tempat dimana para produsen seperti peternak memperoleh uang dari hasii produksi peternakannya. Pasar di Kota Pekanbaru cukup mendukung untuk pemasaran produk ayam ras pedaging, terbukti dengan terdapat pasar tradisional ditiap kecamatan dan tersebarnya pusat perbelanjaan. 4.2. Populasi dan Perkembangan Ternak di Kota Pekanbaru SumbSi daya alam cukup mendukung dalam pengembangan peternakan terutama di Kota Pekanbaru. Sebagai gambaran pad a tahun 2001 jumlah

50 produksi daging di Kota Pekanbaru berjumlah 9.662.246 kg, pada tahun 2002 berjumlah 9.927.468 kg dan tahun 2003 berjumlah 10.500.900 Kg. Data ini menunjukan bahwa produksi daging mengalami peningkatan sebesar 2,74% dari tahun 2001 ke tahun 2002 dan sebesar 5,46% dari tahun 2002 ke tahun 2003. Berdasarkan kesesuaian/kecocokan kondisi agroklimat dan agroekosistim terlihat adanya dukungan prospek serta potensi peternakan yang dapat dikembangkan pada lahan kosong. Dari data tersebut terlihat bahwa komoditas yang terbesar untuk dikembangkan adalah ternak ayam ras pedaging yaitu sebesar 11.094.768 ekor dan baru dimanfaatkan sebanyak 9.360.823 ekor sehingga potensi tersedia sebesar 1.733.945 ekor. Jumlah populasi ternak, potensi dan pemanfaatan daging berbagai jenis ternak di Kota pekanbaru pada tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Produksi, Potensi dan Pemanfaatan Daging Dari Berbagai Jenis Ternak di Kota Pekanbaru Tahun 2003 No. Komoditi i Produksi Potensi Pemanfaatan (kg) (ekor) (ekor) 1. Sapi Potong 1.235.112 26.326 24.422 2. Kerbau 394.685 1.792 1.678 3. Kambing 63.467 66.296 3.257 4. Babi 172.245 54.786 8.445 5. Ayam Ras Petelur 151.000 892.634 141.410 6. Ayam Ras Pedaging 7.439.141 11.094.768 9.360.823 7. Ayam Buras 910.000 780.110 517.582 8. Itik 135.250 115.764 36.674 Jumlah 10.500.900 13.032.476 10.094.291 Sumber: Dlnas Peternakan Kota Pekanbaru, 2004 Potensi inilah yang mejadi sasaran kemitraan yang ada ditambah dengan peternak musiman/peternak mandiri untuk dapat memenuhi peiuang yang ada. Peluang peternakan di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel9.

51 Tabel9. Potensi Luas Lahan dan Peluang Peternakan di Kota Pekanbaru Tahun 2003 Potensi Pemanfa- Potensi No Komoditi Luas Lahan atan (ekor) (Ha) (ekor) Peluang (ekor) 1. Sapi Potong 206,70 6.326 4.422 1.904 2. Sa pi Perah - - - - 3. Kerbau 112,24 1.792 1.678 114 4. Kambing 165,74 66.296 3.257 63.039 5. Babi 146,96 54.786 8.445 46.341 6. Ayam Ras Petelur 337,40 892.634 141.410 751.224 7. Ayam Ras Pedaging 551,10 11.094.768 9.360.823 1.733.945 8. Ayam Buras 338,70 780.110 517.582 262.528 9. Itik 118,30 115.764 36.674 79.090 Jumlah 1.977,14 13.012.476 10.074.291 2.938.185 Sumber : Dlnas Peternakan Kota Pekanbaru, 2005 4.3. Karakteristik Responden Responden yang dijadikan sam pel dalam penelitian ini terdiri dari peternak ayam ras pedaging yang melakukan hubungan kemitraan dengan perusahaan/inti yang berbeda dengan model yang berbeda pula, yaitu Model PIR Charoen Pokphand, Model PIR Confeed, Model PIR Ramah Tamah Indah dan Model PIR Makmur Jaya. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 36 responden petemak, dimana masing-masing perusahaan inti diwakili oleh 9 responden yeng terbagi kepada 3 strata. Karakteristik responden yang diamati adalah umur, tingkat pendidikan, jenis peke~aan utama, dan pengalaman beternak.

52 4.3.1. Umur Umur dapat menggambarkan tingkat kematangan setiap individu peternak dalam mengambil tindakan maupun resiko yang akan diperolehnya dikemudian hari. Disamping itu, umur peternak juga dapat dijadikan sebagai patokan utama dalam melakukan usaha budidaya temak ayam ras pedaging yang dapat mempengaruhi tingkat keseriusan usaha yang digelutinya. Pada umumnya indikator umur sering dikaitkan dengan angkatan ke~a, baik produktif maupun yang non produktif. Kisaran umur responden yang diteliti berkisar antara 20 tahun sampai dengan 50 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar peternak ayam ras pedaging merupakan angkatan kerja yang digolongkan produktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel1 o. Tabel10. Distribusi Umur Responden No Umur Peternak (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) I 1. 20-29 6 16,67 2. 30-39 18 50,00 3. 40-49 10 27,78 4. ;::: 50 2 5,55 Jumlah 36 100,00 Dari Tabel 10 terlihat bahwa distribusi umur responden yang terbesar berada pada kelompok umur 30-39 tahun yaitu sebanyak 18 orang atau 50%. Dilain pihak kelompok umur antara 40 sampai dengan 49 berjumlah 10 orang atau 27,78% yang menduduki urutan ke dua dan kelompok umur antara 20 sampai dengan 29 sebanyclk 6 orang atau 16,67% yang mendl!c!uki!.jrl!tan ke tiga dan kelompok umur di atas 50 tahun sebar.yak 2 orang atau 5,55%.

53 Dari sebaran kelompok tersebut menunjukkan bahwa dalam melakukan usaha budidaya ternak ayam ras pedaging lebih banyak dilakukan oleh peternak yang memiliki umur yang berkisar antara 30 sampai dengan 39 tahun atau dengan kata lain bahwa pad a kelompok tersebut merupakan kelompok umur produktif yang paling dominan dari responden. 4.3.2. Tingkat Pendidikan Responden Dari hasil pengumpulan data dilapangan, para peternak ayam ras pedaging memiliki tingkat pendidikan yang relatif bervariasi yaitu dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Dari kondisi tersebut diperoleh gambaran bahwa seluruh peternak ayam ras pedaging yang diambil sebagai responden dapat menyelesaikan pendidikan formalnya sesuai dengan tingkatan masing-masing. Pada Tabel 11 disajikan data tentang tingkat pendidikan serta lamanya pendidikan yang pernah ditempuh oleh responden. Tabel 11. Tingkat dan Lamanya Pendidikan Responden No Til1~kat Lama Pendidikan Jumlah Persentase PendiCtikan (Tahun) (orang) (%) 1. SO 6 8 22.22 2. SLTP 9 6 16.67 3. SLTA 12 12 33.33 4. PT ~ 13 10 27.78 Jumlah 36 100,00 Tabel 11 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh peternak responden di lokasi penelitian umumnya didominasi oleh pendidikan tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan Pendidikan Tinggi yaitu masingmasing be~umlah 12 orang atau 33.33% dari jumlah responden. Sedangkan peternak yang memiliki tingkat pendidikan Perguruan Tinggi berada pada jumlah

54 kedua yaitu berjumlah 10 orang atau 27.78%. Adapun perternak yang memiliki pendidikan tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama berada pada urutan ke tiga yaitu sebanyak 6 orang atau 16.67% dari jumlah responden. Sedangkan tingkat pendidikan yang terendah yaitu Sekolah Dasar berada pada urutan empat sebanyak 8 orang atau 22.22%. 4.3.3 Pengalaman 8eternak dan 8ermitra. Dalam melakukan aktivitasnya usaha budidaya ternak ayam ras pedaging pengalaman berusaha yang dimiliki para peternak relatif bervariasi yaitu berkisar satu hingga sepuluh tahun. Sedangkan pengalaman bermitra peternak juga bervariasi dari satu tahun hingga lima tahun. Hal ini menampakan bahwa peternak sudah melakukan usaha ternaknya sebelum melakukan kerjasama bermitra. Pengalaman usaha ini erat kaitannya dengan tingkat keteramphan dan kemampuan setiap individu dalam beternak. Semakin lama pengalaman melakukan usaha budidaya ternak ayam ras pedaging maka akan semakin baik pula hasil yang bakal diperoleh dan begitu juga sebaliknya, semakin sedikit pengalaman usahanya, maka semakin rendah hash yang diperoleh oleh peternak yang bersangkutan. Dari gambaran umum pengalaman usaha ternak ayam ras pedaging masing-masing model (Tabel 12), menggambarkan bahwa peternak sudah mempunyai pen gala man yang cukup dalam bermitra. Hal ini dapat dilihat dari pengalaman bermitra yang sedah mencapai rata-rata tiga tahun. Selain itu peternak juga sudah mendapatkan pengalaman bermitra dengan perusahaan kemitraan lain. Dari data tersebut menunjukkan adanya terjadi perpindahan peternak dari model yang satu kemodel yang lain.

55 Tabel12. Pengalaman Responden Dalam Beternak dan Bermitra No Inti/Prsh 1. RTI 2. Makmur 3. Confeed i 4. Pokphand Strata Beternak (thn) RTI 1 4,0 1,0*** 2,0 1,0** 3,0 1,5** 2 4,0 1,5** 5,0 1,0*** 3,0 1 5** 3 8,0 2,5*** 9,0 1,0*** 5,0 1,5*** 1 5,0. - 1,0-2,0-2 5,0-3,0-3,0-3 6,0-8,0-4,0-1 3,0-1,0-4,0-2 5,0-2,0-5,0-3 10,0-8,0-5,0-1 4,0-4,5-6,0 2 3,0-6,0-5,0-3 7,0-5,0-6,0 - Lama Dalam Kemitraan (thn) MJ Confeed Pokphand Total - 1,5** 0,5* 3,0 - - 0,5* 1,5 - - 1,5* 2,0-0,5* - 2,0-2,5** 1,5* 5,0 - - 1,0* 2,5-2,0** 2,0* 6,5-3,5** 2,5* 7,0-2,5** 1,0* 5,0 1,5*** 2,0* 0,5** 4,0 0,5** 0,5* - 1,0 0,5** 1,5* - 2,0 3,0** - 1,0* 4,0 1,0*** 1,5* 0,5** 3,0 1,0*** 1,0** 1,0* 3,0 1,0** 3,0* - 4,0 1,5*** 1,5** 1,0* 4,0 3,0* - - 3,0-2,0** 1,0* - - 1,0* - 1,0-1,0** 2,0* 3,0 2,0** 3,0* 5,0-1,0** 1,0* 2,0-2,0** 2,0* 4,0-2,0** 3,0* 5,0-2,0** 2,0* 4,0-2,0** 2,0* 4,0 - - 2,0* 2,0-1,5* 2,5** 4,0 - - 5,0* 5,0 - - 2,5* 2,5-2,0* 3,0** 5,0-1,0* 3,0** 4,0-1,0* 3,0** 4,0 - - 4,0* 4,0-1,0* 3,0** 4,0 Keterangan : * - ***- kemitraan pertama diikuti kemitraan ketiga dilkuti ** = kemitraan kedua diikuti Dengan adanya pengalaman bermitra dengan yang lain berarti peternak sudah mendapatkan cara beternak dan dapat membandingka~ manajemen

56 beternak dari model yang pernah diikutkannya. Dari data juga dapat dilihat bahwa peternak yang bermitra dengan model kemitraan RTI dan Makmur Jaya merupakan peternak yang sudah bermitra sebelumnya dengan perusahaan besar kemitraan yaitu model Charoen Pokphand atau model Confeed. 4.3.4 Jenis Pekerjaan Pada Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Jenis peke~aan utama yang dimiliki peternak akan mempengaruhi tingkat keseriusan peternak dalam menjalankan usahanya. Untuk dapat melihat jenis pekerjaan peternak pada usaha peternakan ayam ras pedaging pada Tabel 13. Tabel13. Distribusi Peternak Plasma Menurut Status Usaha Ternak Unggas. Status usaha ternak ayam Jumlah (orang) Persentase (%) I Utama 24 67 Sampingan 12 33 Total 36 100 bari Tabel 13 tergambar bahwa sebagian besar peternak, yakni 67% menjadikan usaha peternakan ayam ini sebagai usaha utama dan 33% lagi menjadikan usaha peternakan pekerjaan sampingan. Bagi peternak yang menjadikan usaha peternakan ayam sebagai usaha jenis mata pencarian utama, mereka lebih serius dalam melakukakan usaha dan mengelola peternakannya, apalagi bagi peternak yang tak mempunyai pekerjaan sampingan. Keseriusan ini juga berkaitan dengan investasi yang cukup besar pad a usaha peternakan ayam ras pedaging ini. Bagi peternak yang menjadikan usaha ini sebagai usaha sampingan, terbagi atas beberapa kelompok pula, Pertama peternak yang memiliki kandang disekitar rumah peternak, maka peternak ikut beke~a dalam peternakannya

57 walaupun pekerjaan tersebut sekedar membantu dalam fungsi kontrol saja, sedangkan pekerjaan utama dilakukan oleh tenaga kerja luar keluarga atau yang disebut juga dengan istilah anak kandang. Kedua peternak yang hanya memiliki usaha peternakan namun sedikitpun tidak ikut dalam kegiatan pekerjaan produksi. Pekerjaan sepenuhnya diserahkan kepada tenaga ke~a luar keluarga yang dianggap telah bisa mengelola usaha peternakan dan merupakan orang yang betul-betul bisa dipercaya oleh si pemilik.