BAB I PENDAHULUAN. hukum. Hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan atau apa yang

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI AJARAN AGAMA ISLAM DALAM KERANGKA PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B KLATEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. Dalam era pertumbuhan dan pembangunan dewasa ini, kejahatan

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagai Negara Hukum yang

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di

Pengertian dan Sejarah Singkat Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. barang siapa yang melanggar larangan tersebut 1. Tindak pidana juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tempat atau kediaman bagi orang-orang yang telah dinyatakan bersalah oleh

PEMBINAAN BAGI TERPIDANA MATI. SUWARSO Universitas Muhammadiyah Purwokerto

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

PEMIDANAAN TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagaimana tersirat di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut di dalam sebuah lembaga pemasyarakatan, dengan. mereka yang telah melanggar peraturan tersebut 1

BAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya warga Binaan Pemasyarakatan sebagai insan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. tugas pokok melaksanakan pemasyarakatan narapidana/anak didik. makhluk Tuhan, individu dan anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. sebutan penjara kini telah berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Penyelenggaraan

PELAKSANAAN PUTUSAN PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dan hendak dilaksanakan oleh bangsa ini tidak hanya hukum

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang yang melakukan kejahatan atau dapat juga disebut sebagai

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

BAB I PENDAHULUHAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

PENDAHULUAN. dalam penjelasan UUD 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. Negara indonesia adalah negara hukum rechstaats. 1 Sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keluarga, suku dan masyarakat. untuk menjunjung tinggi norma-norma kehidupan mencapai masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Proklamasi Kemerdekaaan 17 Agustus 1945, pada hakikatnya bertujuan. untuk membangun manusia dan masyarakat Indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara menjamin atas ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. dipertegas dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-3 Pasal 1

FUNGSI SISTEM PEMASYARAKATAN DALAM MEREHABILITASI DAN MEREINTEGRASI SOSIAL WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN Sri Wulandari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan

BAB IV ANALISIS PEMBINAAN NARAPIDANA DAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH DINIYAH AT-TAUBAH LAPAS KLAS I KEDUNGPANE SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tahanan, narapidana, anak Negara dan klien pemasyarakatan sebagai subyek

BAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Setelah adanya Keputusan Konferensi Dinas Para

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. dan martabat manusia, terutama masalah Hak Asasi Manusia. Hak Asasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 ditegaskan bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam melangsungkan kehidupannya. 1. menjadi latar belakang diperlukannya hukum dalam kehidupan manusia

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

PENGAWASAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) KLAS IIA ABEPURA

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka. Bahkan dalam Amandemen ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat (3) yang dinyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan atau apa yang boleh serta yang dilarang. Sasaran hukum yang hendak dituju bukan saja orang yang nyata-nyata berbuat melawan hukum, melainkan juga perbuatan hukum yang mungkin akan terjadi, dan kepada alat perlengkapan negara untuk bertindak menurut hukum. Sistem bekerjanya hukum yang demikian itu merupakan salah satu bentuk penegakkan hukum. 1 Dalam sistem hukum Indonesia dikenal hukum kepidanaan, yakni sistem aturan yang mengatur semua perbuatan yang tidak boleh dilakukan (yang dilarang untuk dilakukan) yang disertai sanksi yang tegas bagi setiap pelanggar aturan pidana tersebut serta tata cara yang harus dilalui bagi pihak yang berkompeten dalam penegakannya. 2 Lembaga Pemasyarakatan merupakan instansi penegak hukum yang terakhir dalam rangkaian sistem peradilan pidana (Criminal Justice System), 1 Evi Hartanti, 2007, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika. Hal:1. 2 Ilhami Bisri, 2004, Sistem Hukum Indonesia, Prinsip-Prinsip dan Implementasi hukum di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal: 39-40. 1

2 yaitu sebagai tempat bagi pelanggar hukum yang menjalani masa pidananya atas putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Lembaga pemasyarakatan adalah salah satu unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pembinaan dan bimbingan pada narapidana. Konsep perlakuan terhadap narapidana dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan, saat ini tidak lagi menggunakan sistem kepenjaraaan melainkan sistem pemasyarakatan. Sistem kepenjaraan mengedepankan penjeraan dan prinsip balas dendam terhadap pelanggar hukum melalui penyiksaan-penyiksaan oleh petugas penjara dengan maksud agar mereka jera dan tidak lagi melakukan kejahatan, sedangkan sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batasan-batasan serta cara membina warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secara terpadu dengan maksud agar narapidana dapat menyadari kesalahannya, tidak mengulangi tindak pidananya lagi dan menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab pada diri, keluarga dan masyarakat serta berguna bagi nusa dan bangsa. Konsep Pemasyarakatan tersebut dinyatakan pertamakali oleh Sahardjo dalam Pidato Pohon Beringin Pengayoman pada tahun 1963 saat beliau menerima gelar Doctor Honoris Causa, sebagai berikut : Tobat tidak dapat dicapai dengan siksaan, melainkan dengan bimbingan. Terpidana juga tidak dijatuhi pidana siksaan, melainkan pidana kehilangan kemerdekaan...negara telah mengambil kemerdekaan seseorang dan pada waktunya akan mengembalikan orang

3 itu ke masyarakat lagi, mempunyai kewajiban terhadap orang terpidana itu dan masyarakat 3 Dengan kata lain sistem pemasyarakatan lebih manusiawi di mana tata pelaksanaannya mengedepankan pembinaan dan bimbingan agar narapidana dapat kembali ke masyarakat dan mempertahankan hidup sekaligus meningkatkan taraf kehidupannya secara layak di lingkungan masyarakat. Untuk itu narapidana perlu dibekali dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan. Yang lebih utama lagi yaitu kualitas keimanan dan ketakwaan dari narapidana itu sendiri agar nantinya saat berada di lingkungan masyarakat dapat diterima dengan baik. Perbuatan melanggar hukum disebabkan oleh sifat dan perilaku yang tidak didasari oleh iman yang kuat sehingga bisa dikatakan merupakan suatu bukti lemahnya iman seseorang terhadap Allah S.W.T. Karena keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari unsur kepribadian itu, akan mengatur sikap dan perilaku seseorang secara otomatis dari dalam. Ia tidak mau mengambil hak orang lain atau menyelewengkan sesuatu bukan karena takut kemungkinan ketahuan hukuman pemerintah atau masyarakat, tetapi karena ia takut kehilangan ridhanya yang diyakininya. 4 Oleh karena itu di sinilah pentingnya peranan suatu agama, dalam membentuk iman yang kuat. Kebenaran agama bersifat absolut, percaya adalah pangkal dan tujuan penghabisan daripada agama. Menurut dasar yang sedalam-dalamnya, agama menghendaki persatuan umat manusia dalam persaudaraan. Dengan mengetahui dan mendalami ajaran agama Islam 3 Sahardjo, 1983, Pohon Beringin Pengayoman Hukum Pancasila, Pidato Pengukuhan pada tanggal 3 Juli 1963, di Istana Negara, Jakarta: UI Press. Hal: 8 dan 15. 4 Zakiah Darajat, 1979, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung. Hal. 11.

4 setidaknya manusia tahu akan akibat dari perbuatan yang ia lakukan sehingga manusia akan berpikir jauh ke depan apabila akan melakukan suatu tindakan yang menyimpang dari aturan dan norma yang berlaku di masyarakat. Banyak orang masih beranggapan bahwa narapidana adalah manusia yang perlu disingkirkan dan diasingkan dari kehidupan masyarakat akibat dari perbuatan jahatnya, karena narapidana dalam melakukan suatu tindakan pidana atau kejahatan sangatlah bertentangan dengan ajaran agama manapun, apalagi dalam ajaran agama Islam perbuatan jahat yang merugikan dan anarkis sangat dimurkai oleh Allah SWT. Klaten adalah Kabupaten di Jawa Tengah yang kondisi geografisnya sangat strategis, yaitu berada diantara 3 kota besar yakni Yogyakarta, Surakarta, dan Semarang. Secara sosiologis kondisi masyarakatnya sangat majemuk. Agama yang dianut oleh masyarakat di Kabupaten Klaten yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Agama Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakatnya. Walaupun semakin banyak fasilitas ibadah seperti masjid dan syiar Islam, namun dari tahun ke tahun tingkat pelanggaran hukum yang dilakukan masyarakatnya terus mengalami peningkatan. Oleh karena itu implementasi ajaran agama Islam ini berkaitan erat dengan pembinaan mental narapidana agar tidak mengulangi kejahatannya. Implementasi ajaran agama Islam diharapkan agar narapidana Lembaga Pemasyarakatan mampu mengembangkan kualitas hidup dan kehidupan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat agar setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan mempunyai bekal pengetahuan tentang agama

5 khususnya agama Islam dan menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Bertitik tolak dari uraian latar belakang penelitian di atas, telah mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang kemudian disusun dalam suatu bentuk penulisan skripsi yang berjudul: IMPLEMENTASI AJARAN AGAMA ISLAM DALAM KERANGKA PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B KLATEN. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Mengingat akan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis maka dalam penelitian ini, penulis membuat batasan permasalahan, dengan harapan apa yang hendak diteliti dapat mengena pada sasaran yang akan dicapai. Dengan demikian penelitian ini ditentukan fokusnya, yaitu : 1. Narapidana yang menjadi subjek penelitian adalah narapidana yang beragama Islam. 2. Objek penelitian hanya dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten. 3. Pembinaan dalam hal ini adalah pembinaan mental yang dilaksanakan oleh petugas bagi narapidana agar setelah kembali ke masyarakat sudah memiliki pengetahuan agama Islam. Berdasarkan uraian tersebut di atas, pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah implementasi ajaran agama Islam dalam kerangka pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten?

6 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan implementasi ajaran agama Islam dalam kerangka pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten? 3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi menuju sistem pemasyarakatan yang lebih baik? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti menentukan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui implementasi ajaran agama Islam dalam kerangka pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan implementasi ajaran agama Islam dalam kerangka pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten. 3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi menuju Sistem Pemasyarakatan yang lebih baik. Berdasarkan permasalahan di atas, manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan pembinaan Ajaran Agama Islam bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan sebagai penunjang pembinaan lainnya, sehingga dapat dievaluasi dan diketahui

7 hasilnya yang kemudian diterapkan ke dalam sebuah karya ilmu pengetahuan seperti buku-buku pedoman pembinaan yang nantinya bisa berguna bagi Mahasiswa, Petugas Pemasyarakatan, dan lain sebagainya. 2. Manfaat Praktis Memberikan bahan masukan bagi penulis sendiri mengenai ruang lingkup yang dibahas dalam penelitian ini, serta dapat dijadikan petunjuk atau pedoman dalam rangka menerapkan pelaksanaan pembinaan Ajaran Agama Islam bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan. D. Kerangka Pikiran Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di LP (Lembaga Pemasyarakatan). 5 Narapidana bukan saja sebagai objek, melainkan juga subjek yang tidak berbeda dari manusia lainnya yang sewaktuwaktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan yang dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas atau dimusnahkan. Sementara itu, yang harus diberantas adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan narapidana tersebut berbuat hal yang bertentangan dengan hukum, kesusilaan, agama, atau kewajiban-kewajiban sosial lainnya yang dapat dikenakan pidana. 6 Narapidana perlu dibekali pembinaan yang paling mendasar, yaitu pembinaan mental keagamaan. Dalam pola pembinaan ini dipentingkan 5 Dwidja Priyatno, 2006, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Bandung: Rafika Aditama. Hal: 105. 6 C.I. Harsono Hs, 1995, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Jakarta: Djambatan. Hal: 18-19.

8 pembentukan nilai kepribadian bertingkah laku dan berpola pada kehidupan bermasyarakat yang berasal dari norma keagamaan yang dianutnya. Narapidana yang menjalani masa pidananya di lembaga pemasyarakatan harus dibekali dengan berbagai keterampilan. Yang lebih penting lagi bekal keimanan dan ketakwaan agar nantinya setelah kembali lagi di masyarakat dapat diterima dengan baik. Oleh sebab itu narapidana di Lembaga Pemasyarakatan perlu diberikan program pembinaan ajaran agama Islam. Peran agama sangat dibutuhkan untuk menciptakan moralitas masyarakat yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pemerintah dalam hal ini memberikan tugas kepada lembaga pemasyarakatan untuk membina dan membimbing narapidana agar tidak mengulangi perbuatannya tersebut. Yang perlu dikaji atau diteliti sebelum memberikan pembinaan ajaran agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten adalah apa yang menjadi penyebab atau latar belakang bagi dirinya sehingga dia melakukan suatu tindak pidana atau tindakan melanggar hukum, agar dalam pemberian program pembinaan dan bimbingan pada narapidana itu mengenai sasaran atau sesuai dengan tujuan. Setelah hal di atas terpenuhi maka selanjutnya narapidana diberikan pembinaan ajaran agama Islam dengan Al Qur`an dan hadits sebagai petunjuk dan acuan. Sebagaimana disebutkan Al Qur`an surat Al Baqarah, ayat 2: Kitab Al Qur`an ini tidak ada keraguan isinya dan sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa. 7 7 Ahmad Zain, Selasa, 20 Maret 2007 18.14: Tafsir Al Qur an dan Kehidupan, dalam http://ahmadzain.wordpress.com/2007/03/20/tafsir-qs-al-baqarah-ayat-2-3/, diakses Rabu, 28 Maret 2012 pukul 20.32.

9 Diharapkan melalui pembinaan Agama Islam yang diberikan kepada narapidana dapat membawa perubahan pada narapidana itu sendiri dengan menyadari kesalahannya, tidak akan mengulanginya lagi perbuatannya tersebut dan dapat berguna ditengah-tengah masyarakat. E. Metode Penelitian Untuk memperoleh data yang dibutuhkan diperlukan metode tertentu agar skripsi bisa tersusun secara terarah dan sistematis serta sebagai pegangan dalam penyusunan skripsi ini, yaitu: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak. 8 Hal ini berkaitan dengan pola pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten. 2. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris. Pendekatan ini mengkaji konsep normatif/yuridis program pembinaan narapidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan pelaksanaannya dalam implementasi ajaran agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten. 8 Soerjono dan Abdulrahman. 2003. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 23.

10 3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini lokasi yang akan menjadi tempat melaksanakan penelitian adalah Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten. 4. Populasi dan Sampel Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pegawai dan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten, sedangkan sampelnya adalah petugas pembinaan Ajaran Agama Islam dan narapidana beragama Islam. 5. Jenis Data a. Sumber data primer Diperoleh dari hasil wawancara dan observasi langsung terhadap para pihak yang terkait dengan permasalahan yang diteliti. b. Sumber data sekunder Yaitu sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang secara tidak langsung diperoleh melalui bahan-bahan dokumen, laporan, arsip, literature, dan hasil penelitian lainnya dengan masalah yang diteliti. 6. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data akan dapat dilakukan dengan baik, jika tahap sebelumnya sudah dilakukan persiapan secara matang. Sebelum melakukan pengumpulan data ke lapangan, maka hal-hal yang perlu dipersiapkan atau disediakan adalah surat izin penelitian, pedoman wawancara, alat tulis menulis dan lain-lain yang dianggap penting. 9 Pengumpulan data ini dilakukan melalui tahap-tahap penelitian antara lain sebagai berikut: 9 Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika. Hal. 49.

11 a. Studi Kepustakaan (library research). Studi kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan atau mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil pemikiran lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini. b. Studi Lapangan (field research). Studi lapangan ini dilakukan untuk memperoleh data primer yang akan digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian ini. Data primer tersebut diperoleh dari para pihak yang telah ditentukan sebagai informan atau narasumber seperti petugas serta narapidana beragama Islam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten. 7. Metode Analisis Data Terhadap suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan komplek padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman). 10 10 Burhan Bungi, 2003, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal: 53.

12 F. Sistematika Skripsi Dalam penulisan skripsi ini untuk mempermudah dalam penyusunan dan pemahaman substansi skripsi, maka penulis menyusun skripsi dengan sistematika yang terdiri dari empat bagian sebagai berikut: Bab Pendahuluan mencakup latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, sistematika skripsi. Tinjauan Pustaka, penulis menguraikan tentang tinjauan umum narapidana, tinjauan umum pembinaan narapidana, dasar hukum pembinaan ajaran agama Islam bagi narapidana, dan metode pembinaan ajaran agama Islam. Dalam Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan, penulis membahas gambaran umum Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten, implementasi ajaran agama Islam dalam kerangka pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten, faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan implementasi ajaran agama Islam dalam kerangka pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten, upaya-upaya yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi menuju Sistem Pemasyarakatan yang lebih baik. Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat membantu keberhasilan implementasi ajaran agama Islam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten.