BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dan hal yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kreatifitas dan meningkatkan keterampilannya agar menjadi sumber daya manusia

BAB II PROFIL INSTITUSI. Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lusi Anzarsari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Adi Setiawan Nurpratama, 2014

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Suryatini, 2013

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN. BNP2TKI TKI dantki purna. Kamaruddin Hasan Fisip Unimal HP

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang dengan pesat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bidang pendidikan dilakukan guna memperluas

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas permasalahan yang bersifat krusial seringkali dihadapi para

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pendidikan dapat didefiniskan sebagai suatu kajian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. siswa akan terlatih menemukan sendiri berbagai konsep secara holistic, bermakna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan semakin meningkatnya peradaban hidup

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik, Penduduk buta aksara usia tahun

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat. berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia.

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

2015 DAMPAK HASIL BELAJAR PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MASYARAKAT

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses dan mobilitas sosial. dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aura Santika Pratiwi, 2013

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

2016 PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYRAKAT

BAB I PENDAHULUAN. sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa

BAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI SKB PACITAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia dan hal yang terpenting dalam kehidupan kita. Pendidikan dilakukan untuk merubah sikap dan perilaku manusia kearah yang lebih baik, perubahan itu dimaksudkan untuk menguasai ilmu pengetahuan, menambah kecakapan dan ketermpilan serta merubah sikap dan perilaku dari yang negatif menjadi positif, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Namun kenyataan masih banyak masyarakat yang belum mendapat pelayanan pendidikan, ataupun tidak dapat melanjutkan pendidikan dikarenakan berbagai faktor, merujuk pada data Kementerian Pendidikan Nasional pada 2008, setiap tahunnya 1,5 juta remaja tidak dapat melanjutkan sekolah. Hal tersebut disebabkan beberapa hal, yang terbesar adalah karena alasan ekonomi. Menurutnya, 54 persen dari 1,5 juta remaja tersebut terpaksa berhenti sekolah karena tidak memiliki biaya. Sedangkan berdasarkan data BKKBN, menyebut jumlah anak-anak putus sekolah tahun 2009 meningkat pesat dibandingkan jumlahnya pada 1996. Pada 1996, terdapat 1,7 juta siswa putus sekolah, sedangkan pada 2009, mencapai 11,7 juta siswa. Pada tahun 2010 angka putus sekolah di indonesia mencapai 13.685.324 siswa dengan usia sekolah 7-15 tahun. Jumlah total angka putus 1

2 sekolah tersebut sekitar 627.947 siswa putus sekolah berada di provinsi Sumatera Utara. Lemahnya ekonomi keluarga membuat anak tidak dapat merasakan pendidikan formal, Padahal pendidikan merupakan kunci dari pembangunan dan pembentukan calon pemimpin masa depan yang berkualitas yang diharap mampu menghadapi tantangan-tantangan era globalisasi. Oleh sebab itu Pemerintah membuka program pendidikan yang dapat membantu warga masyarakat untuk mendapat pelayanan pendidikan, yang dapat kita liat dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa didalam sistem pendidikan nasional Indonesia terdapat tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan formal, non formal, dan pendidikan informal. Didalam undang-undang tersebut, memberikan pengakuan terhadap penyelenggaraan program pendidikan non formal sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang memiliki peran dan tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yakni mendorong terciptanya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Penyelenggaraan program pendidikan nonformal lebih mengedepankan prinsip demokratis dan fleksibilitas yang memberikan kesempatan dan kebebasan bagi masyarakat untuk menentukan kegiatan belajar yang diyakini sebagai kebutuhan belajar yang sangat diperlukan, baik dalam rangka peningkatan kualifikasi pendidikan maupun untuk menemukan solusi terhadap masalah tertentu melalui pendidikan yang relevan. Dalam Undang undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 disebutkan bahwa melalui pendidikan non formal pemerintah menyelenggarakan program

3 pendidikan seperti pendidikan kecakapan hidup (life skills), pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai bagian dari pendidikan non formal diharapkan mampu membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal unutuk menghadapi tantangan yang dinamis dan kompetitif demi kesejahteraan, kesuksesan dan kemajuan bagi hidupnya kelak. Program pendidikan kecakapan hidup dapat berupa kursus dan pelatihan, karena kursus dan pelatihan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi yang mencakup; kompetensi personal, kompetensi sosial, kompetensi akademik, dan kompetensi profesional/vocational, dan juga memberikan kesempatan belajar bagi peserta didik agar memperoleh pengetahuan, keterampilan dan menumbuh kembangkan sikap mental kreatif, inovatif, bertanggung jawab serta berani menanggung resiko yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja atau berwirausaha dalam upaya peningkatan kualitas hidupnya. Salah satu sasaran atau peserta didik dari program pendidikan kecakapan hidup (life skills) ini adalah remaja putus sekolah. Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa pendidikan kecakapan hidup (life skills) yang dikembangkan melalui jalur pendidikan nonformal memusatkan perhatian kepada warga masyarakat usia produktif putus sekolah tidak bekerja karena tidak memiliki keterampilan, dan warga masyarakat lainnya yang tergolong miskin. Dan salah satu instansti pemerintah yang berwenang untuk menangani

4 permasalahan putus sekolah yaitu Dinas Sosial. Dinas Sosial memiliki beberapa Unit Pelaksana Tekhnis (UPT) yang tugasnya adalah menjadi tempat pembinaan dari Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Pembinaan tersebut dilakukan dengan cara pelatihan keterampilan dan memberikan bimbingan. Salah satu unit pelayan tekhnis yang dimaksud adalah Unit Pelaksana Tekhnis (UPT). Pelayanan Sosial Anak Remaja (PSAR) Tanjung Morawa yang melayani warga masyarakat Sumatera Utara khususnya remaja putus sekolah. Sasaran pelayanan UPT. PSAR ini adalah anak putus sekolah yang berusian 15-21 tahun yang belum menikah, diutamakan bagi anak sekolah tingkat SLTP tidak bekerja, menganggur, anak yang mempunyai masalah sosial seperti anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah, dan keterlantanran dibidang pendidikan. Tujuan umum dari UPT. Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa ini yaitu: a) Mempersiapkan dan membantu anak putus sekolah terlantar dengan memberikan kesempatan dan kemudahan agar dapat mengembangkan potensi dan kemauannya baik jasmani, rohani, dan sosialnya. b) Menumbuhkan dan meningkatkan keterampilan kerja dalam rangka memberikan bekal untuk kehidupan dan penghidupan masa depan. Tujuan khususnya adalah a) Membina remaja agar mampu melakukan peran sosialnya secara aktif di masyarakat dan lingkungannya. b) Mempersiapkan remaja sebagai manusia yang mempunyai ahlak mulia sesuai dengan nilai-nilai agama, adat istiadat, hukum dan pancasila. c) Anak remaja bisa mempunyai keterampilan yang dapat diterima di pasaran kerja. d) Mempersiapkan remaja untuk mendapatkan penghasilan yang layak dan hidup sendiri.

5 Program pelatihan keterampilan yang ada di UPT. PSAR Tanjung Morawa terdiri dari Keterampilan Salon Kecantikan, Keterampilan Menjahit, Keterampilan Bordir dan Keterampilan Otomotif. Dengan adanya program pelatihan keterampilan yang diberikan dapat membentuk kembali sikap dan perilaku remaja putus sekolah sesuai dengan nilai dan norma masyarakat dan juga mengupayakan agar mereka menyiapkan masa depan dengan kreatifitas yang mereka miliki dari pelatihan keterampilan. Dalam hal ini, pemeberian program pembelajaran kecakapan hidup tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi program ini diharapkan mampu membentuk sikap mandiri warga binaan sosial (remaja putus sekolah) apabila warga binaan sosial tersebut kembali ketengah-tengah masyarakat. Kemandirian yang dimaksud dalam hal ini yaitu apabila warga binaan sosial (remaja putus sekolah) telah menghabiskan masa pelatihannya dan kembali kelingkungan masyarakat, warga binaan sosial tersebut dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka dapatkan dari UPT. Pelayananan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa kedalam lingkungan masyarakat dan mereka dapat menghasilkan penghasilan sendiri sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari tanpa tergantung dari orantua. Dari hasil obeservasi peneliti di UPT. Pelayananan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa terdapat beberapa masalah seperti warga binaan sosial kurang mampu mengatasi masalah yang dihadapi, warga binaan sosial kurang mampu memenuhi kebutuhan sendiri, warga binaan sosial kurang mampu untuk berinteraksi dengan orang lain, warga binaan sosial kurang memiliki rasa percaya

6 diri, warga binaan sosial yang kurang memanfaatkan pelaksanaan program life skills yang dikarenakan pemilihan keterampilan yang ingin diikuti oleh warga binaan sosial kurang sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki, tutor kurang bertanggung jawab terhadap tugasnya dalam melaksanakan program kegiatan life skills, dan kurangnya waktu dalam pelaksanaan program life skills tersebut, sehingga warga binaan sosial kurang menguasai keterampilannya. Yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah bagaiman pengaruh dalam mengikuti kegiatan kecakapan hidup terhadap kemandirian warga binaan sosial. Untuk itu bedasarkan masalah yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi berjudul Pengaruh Pelatihan Kecakapan Hidup Terhadap Kemandirian Warga Binaan Sosial Di UPT. Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa. 1.2 Identifikasi Masalah Berasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pelatihan kecakapan hidup di UPT PSAR belum maksimal. 2. Warga binaan sosial kurang memiliki rasa percaya diri. 3. Warga binaan sosial kurang mampu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. 4. Warga binaan sosial belum mampu memenuhi kebutuhan sendiri.

7 5. Masih banyak WBS yang kurang maksimal memanfaatkan pelatihan kecakapan hidup di UPT. Pelayanan Sosial Anak Remaja (PSAR) Tajung Morawa. 6. Pemilihan keterampilan kurang sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki warga binaan sosial. 7. Kurangnya tanggung jawab tutor terhadap tugasnya dalam melaksanakan pelatihan kecakapan hidup. 8. Waktu pelaksanaan pelatihan kecakapan hidup cukup singkat. 9. Masih terdapat warga binaan sosial yang kurang mampu untuk berinterasksi dengan orang lain. 1.3 Pembatasan Masalah Untuk memudahkan peneliti dalam penelitian dan untuk menghindari meluasnya permasalahan, maka penulis membatasi masalah yang akan dikaji yaitu Pengaruh Pelatihan Kecakapan Hidup (Keterampilan Salon Kecantikan) terhadap Kemandirian Warga Binaan Sosial di UPT. Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa?. 1.4 Rumusan Masalah Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

8 1. Seberapa baik pelaksanaan pelatihan kecakapan hidup (keterampilan salon kecantikan) di UPT. Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa? 2. Seberapa besar kemandiriaan warga binaan sosial di UPT. Pelayana Sosial Anak Remaja (PSAR) Tajung Morawa? 3. Seberapa besar pengaruh pelatihan kecakapan hidup (keterampilan salon kecantikan) terhadap kemandirian warga binaan sosial di UPT. Pelayana Sosial Anak Remaja (PSAR) Tajung Morawa? 1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui seberapa baik pelaksanaan pelatihan kecakapan hidup (keterampilan salon kecantikan) di UPT. Pelayana Sosial Anak Remaja (PSAR) Tajung Morawa. 2. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kemandiriaan warga binaan sosial di UPT. Pelayanan Sosial Anak Remaja (PSAR) Tajung Morawa 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelatihankecakapan hidup (keterampilan salon kecantikan ) terhadap kemandirian warga binaan sosial di UPT. Pelayana Sosial Anak Remaja (PSAR) Tajung Morawa. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat Praktis

9 Sebagai bahan masukan bagi UPT. Pelayanan Sosial Anak Remaja untuk lebih meningkatkan kualitas pelaksanaan program kecakapan hidup (life skills) khususnya keterampilan salon Kecantikan. 2. Manfaat teoritis a. Sebagai bahan masukan bagi jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dalam meningkatkan program kecakapan hidup (life skills) serta pengembangan bagi penelitian-penelitian yang lebih lanjut. b. Sebagai bahan masukan bagi penulis lain yan ingin mendalami program kecakapan hidup (life Skills).