PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
2011, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; 4. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Moda

SALINAN PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/RB TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 01/PM.9/2010 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 19 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M.

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

PERATURAN WALI KOTA BONTANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 08/BC/2008 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1

KEPUTUSAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 008-A/SEK/SK/1/2012 TENT ANG ATURAN PERILAKU PEGAWAI MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Peg

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-07/M.

BAB I KETENTUAN UMUM

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

BATAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 113/KA/IV/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

2017, No Indonesia Nomor 75 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Ap

9. Kementerian adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disingkat Kementerian. BAB II TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Pasal 2

PERATURAN DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA NOMOR: DJ.I/814/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 9 SERI E

K E P U T U S A N KETUA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN NOMOR: Stb.01/SK/ 024 /2013 TENTANG

NOMOR 01tPM.2t2007 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 512); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5

BUPATI KENDAL PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran Negara Republik

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 76/MEN/SJ/2009 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I KETENTUAN UMUM

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

SOSIALISASI PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KESDM NOMOR 002.SJ TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PNS SEKRETARIAT JENDERAL KESDM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

SOSIALISASI KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB.BANTUL

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

2017, No profesi harus berlandaskan pada prinsip yang salah satunya merupakan kode etik dan kode perilaku; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR: KI70/DJM.S/201 0 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA. KODE ETlK PEGAWAI NEGERI SlPlL BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 19 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR : / 4078 / 2015

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK NOMOR: 51/KEP/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

CONTOH FORMAT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN MAJELIS KODE ETIK. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN MAJELIS KODE ETIK*) Nomor...

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembar

2016, No NonDepartemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013; 3. Peraturan Presiden Nom

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 161/PMK. 01/2012 TENTANG

Transkripsi:

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pegawai Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial yang bersih, berwibawa dan bertanggungjawab, serta untuk meningkatkan kompetensi, transparansi, dan integritas diperlukan peningkatan disiplin Pegawai Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial; b. bahwa sebagai upaya peningkatan disiplin Pegawai Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial tersebut, diperlukan Pedoman Peningkatan Disiplin Pegawai Sekretariat Jenderal komisi Yudisial; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia tentang Kode Etik Pegawai Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 42630; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang

-2- Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74); 7. Peraturan Presiden RI Nomor 75 Tahun 2005 tentang Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial; 8. Keputusan Presiden RI Nomor 174/M Tahun 2005 tentang Pengangkatan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial RI; 9. Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL TENTANG KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan 1. Pegawai Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial adalah Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil serta pegawai lain yang bekerja di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. 2. Kode Etik Pegawai Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial, yang selanjutnya disebut Kode Etik, adalah pedoman sikap, perilaku, perbuatan, dan ucapan Pegawai Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta pergaulan sehari-hari di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. 3. Majelis Kehormatan Kode Etik Pegawai Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial, yang selanjutnya disebut Majelis, adalah lembaga non-struktural yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal yang bertugas melakukan penegakan pelaksanaan serta penyelesaian pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh Pegawai Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. 4. Pelanggaran adalah segala bentuk ucapan, tulisan, dan/atau perbuatan Pegawai Sekretariat Jenderal yang bertentangan dengan Kode Etik. 5. Pejabat yang berwenang adalah Sekretaris Jenderal atau pejabat lain yang ditunjuk. BAB II TUJUAN KODE ETIK Pasal 2 Kode Etik bertujuan meningkatkan disiplin pegawai, menjamin terpeliharanya tata tertib, menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif, menciptakan dan memelihara hubungan kerja serta perilaku profesional untuk menjaga citra dan kinerja pegawai.

-3- BAB III KEYAKINAN DASAR Pasal 3 1. Keyakinan Dasar merupakan perilaku mencakup keyakinan bagi setiap pegawai Komisi Yudisial akan kebenaran visi yang telah ditetapkan. 2. Pegawai dalam mengimplementasikan keyakinan dasar adalah dengan cara berkomitmen untuk selalu konsisten antara pikiran, perkataan, dan perbuatan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip kebenaran yang terkandung dalam Nilai-Nilai Dasar. BAB IV NILAI-NILAI DASAR Pasal 4 Nilai-Nilai Dasar merupakan komitmen moral yang dijunjung tinggi bersama dalam mengambil keputusan, resiko kerja, disiplin, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Pasal 5 Pegawai Sekretariat Jenderal melaksanakan nilai-nilai dasar pribadi sebagai berikut. 1. Integritas, yaitu sikap, perilaku, dan jujur terhadap diri sendiri dan lingkungan, bersikap objektif dalam menghadapi permasalahan. 2. Profesional, yaitu berpengetahuan luas dan berketerampilan tinggi sehingga memiliki kompetensi handal dan berkomitmen memberikan hasil terbaik. 3. Inovatif, yaitu kaya akan ide-ide baru dan selalu meningkatkan kemampuan konseptual dan analitis. 4. Transparan, yaitu setiap pelaksanaan tugas dapat terukur dan dapat dipertanggungjawabkan serta senantiasa dievaluasi secara berkala dan terbuka. 5. Produktif, yaitu mampu bekerja cerdas sistematis, terarah, dengan orientasi hasil kerja yang berkualitas sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien serta dapat dipertanggungjawabkan. 6. Religius, yaitu berkeyakinan bahwa setiap tindakan yang dilakukan berada di bawah pengawasan Tuhan Yang Maha Mengetahui, dan mengawali setiap tindakan selalu didasari niat ibadah sehingga apa yang dilakukan harus selalu lebih baik dari sebelumnya. 7. Kepemimpinan, yaitu berani menjadi pelopor dan penggerak perubahan dan dapat dipercaya untuk mencapai kinerja sesuai yang diharapkan. 8. Orientasi Pelayanan Pelanggan yaitu senantiasa mengedepankan pelayanan secara optimal dengan dilandasi sikap saling menghargai. 9. Kemampuan adaptasi, yaitu berkeyakinan bahwa setiap pegawai dapat melaksanakan tugas yang berbeda dan dapat menyesuaikan diri di tempat yang berbeda. 10. Kebersamaan, yaitu senantiasa mengedepankan rasa saling memiliki dengan sesama.

-4-11. Keteladanan, yaitu sikap perilaku yang dinyatakan secara sadar maupun tidak disadari dari seseorang yang dipersepsi oleh orang lain sebagai sesuatu yang memicu atau mendorong orang lain untuk mencontoh. BAB V KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 6 (1) Kewajiban Pegawai Sekretariat Jenderal a. berperilaku sesuai dengan ajaran agama atau kepercayaan yang dianut; b. memiliki toleransi terhadap penganut agama atau kepercayaan lain; c. menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat-istiadat orang lain dalam menjalankan tugas; d. berpakaian rapi dan sopan; e. bertingkah laku sopan terhadap semua pegawai dan mitra kerja; f. bersikap jujur, profesional dan bertanggungjawab; g. memberikan pelayanan prima kepada pemangku kepentingan/mitra kerja; h. menjaga data dan/atau informasi milik Sekretariat Jenderal; i. mengundurkan diri dari Tim Pemeriksa perkara apabila memiliki hubungan keluarga dengan pihak pelapor, terlapor atau pihak terkait lainnya; j. melaporkan secara lisan dan/atau tertulis kepada atasannya apabila mengetahui adanya pelanggaran/penyimpangan pelaksanaan tugas yang dapat merugikan keuangan negara; k. menjaga kebersihan, keamanan, dan kenyamanan ruang kerja; l. memelihara, melindungi, dan mengamankan peralatan kerja/barang inventaris milik negara yang menjadi tanggung jawabnya; m. mengindahkan etika berkomunikasi (bertelepon, menerima tamu, dan surat menyurat termasuk email, facebook, dan pilihan jejaring sosial lainnya); n. mengembalikan sesegera mungkin semua dokumen dan atau barang inventaris yang dipergunakan selama menjalankan tugas, sesaat setelah berhenti atau selesai memangku jabatan; o. bersikap egaliter; p. bersikap kritis dan terus berusaha untuk mengembangkan diri; q. menyampaikan pendapat secara objektif, logis dan sistematis berdasarkan telaah ilmiah; r. berpihak pada kepentingan masyarakat pencari keadilan; s. mematuhi aturan hukum, aturan kepegawaian, kode etik, serta sumpah dan janji Pegawai Negeri Sipil.

-5- (2) Larangan Pegawai Sekretariat Jenderal a. bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas; b. menjadi simpatisan, anggota, dan/atau pengurus partai politik; c. menggunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung dan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi maupun pihak lainnya di luar kedinasan; d. melakukan kegiatan bersama atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; e. menerima hadiah atau sesuatu pemberian dengan nama dan bentuk apapun dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya; f. memanfaatkan data dan/atau informasi Komisi Yudisial untuk memperoleh keuntungan pribadi; g. memanfaatkan kewenangan jabatan dan pengaruhnya untuk memperoleh keuntungan pribadi; h. menyampaikan informasi yang bersifat rahasia kepada pihak lain di luar kewenangannya; i. menggandakan sistem dan/atau program aplikasi komputer milik Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial di luar kepentingan dinas; j. membantu, melindungi, bekerjasama, menyuruh, dan/atau memberi kesempatan pihak lain untuk melakukan tindak pidana di bidang hukum dan peradilan; k. memeriksa pihak pelapor, terlapor atau pihak terkait lainnya apabila memiliki hubungan keluarga; l. mengkonsumsi minuman keras yang dapat merusak citra dan martabat pegawai; m. mengkonsumsi, mengedarkan, dan/atau memproduksi narkotika dan obat terlarang; n. melakukan perbuatan amoral/asusila. BAB VI SANKSI Pasal 7 (1) Pegawai Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial yang melakukan pelanggaran atau penyimpangan terhadap Kode Etik dikenakan sanksi yaitu a. sanksi moral berupa permohonan maaf secara lisan dan/atau tertulis pernyataan penyesalan; dan/atau b. hukuman disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 dalam hal terjadi pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil.

-6- (2) Pengenaan sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disampaikan secara tertutup atau terbuka. Pasal 8 (1) Sanksi sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (1), ditetapkan dengan surat keputusan oleh pejabat yang berwenang yang memuat pelanggaran Kode Etik yang dilakukan. (2) Penyampaian sanksi moral secara tertutup sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (2), disampaikan oleh Pejabat yang berwenang dalam ruang tertutup yang hanya diketahui oleh Pegawai yang bersangkutan dan Pejabat lain yang terkait dengan syarat pangkat Pejabat tersebut tidak boleh lebih rendah dari Pegawai yang bersangkutan. (3) Penyampaian sanksi moral secara terbuka sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (2), disampaikan oleh Pejabat yang berwenang atau Pejabat lain yang ditunjuk, melalui a. forum pertemuan resmi PNS; b. upacara bendera; c. papan pengumuman; d. media massa; atau e. forum lain yang dipandang sesuai untuk itu. (4) Dalam hal sanksi moral disampaikan secara tertutup, berlaku sejak tanggal disampaikan oleh Pejabat yang berwenang kepada Pegawai yang bersangkutan. (5) Dalam hal sanksi moral disampaikan secara terbuka melalui forum pertemuan resmi Pegawai, upacara bendera, atau forum lain disampaikan sebanyak 1 (satu) kali dan berlaku sejak tanggal disampaikan oleh Pejabat yang berwenang kepada Pegawai yang bersangkutan. (6) Dalam hal sanksi moral disampaikan secara terbuka melalui papan pengumuman atau media massa paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal ditetapkannya surat keputusan pengenaan sanksi moral. (7) Dalam hal Pegawai yang dikenakan sanksi moral tidak hadir tanpa alasan yang sah pada waktu penyampaian keputusan sanksi moral, maka dianggap telah menerima keputusan sanksi moral tersebut. (8) Sanksi moral sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf a, dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak keputusan sanksi moral disampaikan. (9) Dalam hal Pegawai yang dikenakan sanksi moral tidak bersedia mengajukan permohonan maaf secara lisan dan/atau tertulis, atau membuat pernyataan penyesalan, dapat dijatuhi hukuman disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010. (10) Dalam hal pegawai telah 3 (tiga) kali dikenakan

-7- sanksi moral, maka kepada yang bersangkutan dapat dijatuhi hukuman disiplin. BAB VII PELANGGARAN KODE ETIK Pasal 9 (1) Dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik diperoleh dari a. pengaduan tertulis, b. temuan Atasan. (2) Setiap orang yang mengetahui adanya dugaan pelanggaran Kode Etik dapat menyampaikan pengaduan kepada Atasan Pegawai yang melakukan pelanggaran. (3) Penyampaian pengaduan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara tertulis dengan menyebutkan pelanggaran yang dilakukan, bukti-bukti, dan identitas pelapor. (4) Atasan Pegawai yang mengetahui adanya dugaan pelanggaran Kode Etik wajib meneliti pelanggaran tersebut. (5) Setiap Atasan yang menerima pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan mengetahui adanya dugaan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib meneliti pengaduan tersebut dan menjaga kerahasiaan identitas Pelapor. (6) Dalam melakukan penelitian atas pelanggaran Kode Etik, Atasan Pegawai yang melakukan pelanggaran secara hierarki wajib meneruskan kepada Pejabat yang berwenang membentuk Majelis. Pasal 10 Atasan langsung yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) dianggap melakukan pelanggaran Kode Etik dan dikenakan sanksi moral. BAB VIII PEMBENTUKAN MAJELIS Pasal 11 (1) Ketua Komisi Yudisial menetapkan pembentukan Majelis di Tingkat Komisi Yudisial untuk memeriksa Pejabat Eselon I di lingkungan Komisi Yudisial. (2) Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial menetapkan pembentukan Majelis untuk memeriksa para pegawai yang memangku jabatan struktural eselon II, III, IV, pelaksana dan pejabat fungsional di lingkungan Kantor Komisi Yudisial. (3) Sekretaris Jenderal, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mendelegasikan wewenangnya kepada Kepala Biro/Pusat untuk memeriksa para pelaksana dan pejabat fungsional tertentu di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial.

-8- Pasal 12 (1) Majelis Kode Etik dibentuk setiap terjadi pelanggaran Kode Etik. (2) Keanggotaan Majelis terdiri dari a. 1 (satu) orang ketua merangkap anggota; b. 1 (satu) orang sekretaris merangkap anggota; c. sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota. (3) Keanggotaan Majelis berjumlah ganjil. (4) dan pangkat Majelis tidak boleh lebih rendah dari jabatan dan pangkat Pegawai yang diperiksa. BAB IX TUGAS DAN KEWAJIBAN MAJELIS Pasal 13 (1) Majelis melakukan panggilan secara tertulis kepada Pegawai yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik. (2) Apabila Pegawai dimaksud tidak memenuhi panggilan, dilakukan pemanggilan ke dua dengan jangka waktu 5 (lima) hari kerja. (3) Dalam hal Pegawai tidak bersedia memenuhi panggilan kedua dari Majelis tanpa ada alasan yang sah, dianggap melanggar Kode Etik, sehingga Majelis merekomendasikan agar Pegawai yang bersangkutan dikenakan sanksi moral. (4) Majelis mengambil keputusan setelah memeriksa dan memberi kesempatan membela diri kepada Pegawai yang diduga melanggar Kode Etik. (5) Pemeriksaan oleh Majelis dilakukan secara tertutup. (6) Keputusan Majelis diambil secara bermusyawarah mufakat. (7) Dalam hal musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tidak tercapai, keputusan diambil dengan suara terbanyak. (8) Dalam suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tidak tercapai, Ketua Majelis wajib mengambil keputusan. (9) Keputusan Majelis untuk pelanggaran Kode Etik bersifat final. Pasal 14 (1) Majelis wajib menyampaikan keputusan Majelis kepada Pejabat yang berwenang memberikan sanksi moral dengan menggunakan formulir Laporan Hasil Pemeriksaan Majelis sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial ini. (2) Dalam hal keputusan Majelis menyangkut sanksi pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf b, dan huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, Majelis menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan kepada Atasan langsung Pegawai untuk diteruskan secara hierarki kepada Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin guna pemeriksaan lebih lanjut,

-9- sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial ini. (3) Dalam hal keputusan Majelis menyangkut sanksi pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (4) huruf d dan huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, Majelis menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan kepada Atasan Langsung Pegawai untuk diteruskan secara hierarki kepada Kepala Biro Investigasi dan Pengendalian Internal guna pemeriksaan lebih lanjut, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial ini. (4) Keputusan Majelis sudah harus disampaikan kepada Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal keputusan Majelis. Apabila berdasarkan pemeriksaan Majelis, Pegawai yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik terbukti tidak bersalah, Majelis menyampaikan surat pemberitahuan kepada Atasan langsung Pegawai yang bersangkutan selambatlambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal keputusan Majelis. BAB X PEJABAT YANG BERWENANG MEMBERIKAN SANKSI MORAL Pasal 15 (1) Sekretaris Jenderal dapat memberikan sanksi moral terhadap semua pegawai di lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. (2) Pejabat Eselon II dapat memberikan sanksi moral terhadap para pejabat eselon III kebawah dalam lingkungan masing-masing. (3) Pejabat Eselon III dapat memberikan sanksi moral terhadap para pegawai dan pejabat eselon IV ke bawah dalam lingkungan masing-masing. BAB XI KEWAJIBAN PEJABAT YANG BERWENANG MEMBERI SANKSI MORAL Pasal 16 Pejabat yang berwenang memberikan sanksi moral wajib memberikan sanksi moral dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan Komisi Yudisial ini, selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya keputusan Majelis. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Dengan berlakunya Peraturan ini, maka peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 01/PER/SET.KY/VII/2007 tentang Kode Etik Pegawai Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial dinyatakan tidak berlaku.

-10- Pasal 18 Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di: Jakarta Pada tanggal: 26 Januari 2011 Sekretaris Jenderal ttd Muzayyin Mahbub 19530605 198003 1 001 2. Plt.

-11- KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL RI NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN MAJELIS KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL RI Nomor......, Tanggal... Kepada Yth. Pejabat yang berwenang memberikan sanksi moral *) di... 1. Berkenaan dengan adanya dugaan pelanggaran Kode Etik, maka pada hari... tanggal...bulan... tahun... telah dilakukan pemeriksaan kepada a. nama :... b. :... c. pangkat/golongan :... d. unit organisasi :... 2. Perbuatan tersebut melanggar Kode Etik Pegawai Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial butir ke... sehingga kepada Sdr/i....( xxxxxxxxxxxxxxxxxx) direkomendasikan untuk dikenakan sanksi moral berupa... secara tertutup/terbuka **) sebagaimana diatur dalam Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 1 Tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial. Demikian kami sampaikan, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

-12- Majelis Kode Etik Sekretaris Ketua Catatan: *) Tulis nama jabatan pejabat yang berwenang memberikan sanksi moral **) Coret yang tidak perlu

-13- LAMPIRAN II PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL RI NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN MAJELIS KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL RI Nomor......, Tanggal... Kepada Yth. Pejabat Atasan Pejabat yang bersangkutan *) di... 1. Berkenaan dengan adanya dugaan pelanggaran Kode Etik, maka pada hari... tanggal...bulan... tahun... telah dilakukan pemeriksaan kepada: a. nama : b. : c. pangkat/golongan : d. unit organisasi : 2. Perbuatan tersebut melanggar Pasal 2 huruf... / Pasal 3 huruf... Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, sehingga kepada Sdr/i....( xxxxxxxxxxxxxxxxxx) perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Demikian kami sampaikan, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih. Majelis Kode Etik Sekretaris Ketua Catatan: *) Tulis nama jabatan atasan pegawai yang bersangkutan

-14- KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL RI NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN MAJELIS KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL RI Nomor......, Tanggal... Kepada Yth. Pejabat Atasan Pejabat yang bersangkutan *) di... 1. Berkenaan dengan adanya dugaan pelanggaran Kode Etik, maka pada hari... tanggal...bulan... tahun... telah dilakukan pemeriksaan kepada: a. nama : b. : c. pangkat/golongan : d. unit organisasi : 2. Perbuatan tersebut melanggar Pasal 2 huruf... / Pasal 3 huruf... Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 yang dapat dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian, sehingga kepada Sdr/i....( xxxxxxxxxxxxxxxxxx) direkomendasikan untuk dilakukan pemeriksaan kembali oleh Kepala Biro Investigasi dan Pengawasan Internal sesuai dengan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Nomor...Tanggal.... Demikian kami sampaikan, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih. Majelis Kode Etik Sekretaris Ketua Catatan: *) Tulis nama jabatan atasan pegawai yang bersangkutan

-15- LAMPIRAN IV PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL RI NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PEJABAT YANG BERWENANG MEMBERIKAN SANKSI MORAL *) NOMOR: TAHUN TENTANG PENGENAAN SANKSI MORAL KEPADA SDR.... ( xxxxxxxxxxxxxxxxxx) PANGKAT/GOLONGAN... JABATAN... PADA... NAMA PEJABAT YANG BERWENANG MEMBERIKAN SANKSI MORAL, Menimbang : a. bahwa sehubungan Laporan Hasil Pemeriksaan Majelis Kode Etik Pegawai Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Sdr/i... ( xxxxxxxxxxxxxxxxxx) /Golongan......pada... terbukti telah melakukan perbuatan...; b. bahwa perbuatan tersebut melanggar kode etik butir ke...; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia tentang Kode Etik Pegawai Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang

-16- Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74); 6. Peraturan Presiden RI Nomor 75 Tahun 2005 tentang Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial; 7. Keputusan Presiden RI Nomor 174/M Tahun 2005 tentang Pengangkatan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial RI; 8. Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia; MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN PEJABAT YANG MEMBERIKAN SANKSI MORAL *) TENTANG PENGENAAN SANKSI MORAL KEPADA SDR/I... ( xxxxxxxxxxxxxxxx) PANGKAT/GOLONGAN... JABATAN... PADA... PERTAMA KEDUA KETIGA : Pengenaan sanksi moral kepada a. nama : b. : c. pangkat/golongan : d. jabatan : e. unit organisasi : f. berupa : g. disampaikan : karena telah melakukan pelanggaran Kode Etik butir ke... : Keputusan ini terhitung mulai tanggal disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. : Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Salinan Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan diindahkan. Ditetapkan di... Pada... Pejabat yang berwenang memberikan sanksi moral *) NAMA...... Catatan: *) Tulis nama jabatan atasan pegawai yang bersangkutan