BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan mutu pendidikan banyak hal yang harus diperhatikan, antara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tersebut maka dilakukan dengan melalui pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengembangan diri. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu pembekalan dan kualitas bagi setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. secara kompetitif dalam mengembangkan pembangunan suatu negara. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara. berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara sempurna sesuai kodrat kemanusiaanya. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wujud kebudayaan manusia, dimana

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu secara langsung ataupun tidak langsung dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari sistem pendidikan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus masa depan bangsa yang kompeten,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting pada tahap pembangunan dewasa ini, diantaranya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan teknologi (IPTEK), dunia pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu dan

BAB I PENDAHULUAN. keahlian dimana program keahlian yang dilaksanakan di SMK disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga formal yang didirikan oleh pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah mempercepat pencanangan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah kejuruan (SMK). Hal ini sesuai dengan Undang Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu aspek penting bagi bangsa. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. reaksi dan sikap secara mental dan fisik.tingkah laku yang berubah sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia mempunyai potensi yang dapat dibina dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha untuk membina dan mengembangkan

memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Hal ini berarti juga bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pelatihan. Menurut Nursid dalam Edward (2013), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, pendidikan memiliki peranan penting karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. upaya dalam pencerdasan peserta didik. Peningkatan kualitas pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang bertanggung jawab terhadap penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan menurut Muhibin

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Perkembangan teknologi saat ini telah berkembang pesat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Salah satunya adalah negara Indonesia. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kualitas generasi yang akan datang. Dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan banyak hal yang harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu bangsa atau negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. memimpin, mengajar anak baik dari segi jasmani maupun rohaninya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara dapat diukur dari kemajuan pendidikan di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan banyak hal yang harus diperhatikan, antara lain : hasil belajar, proses belajar mengajar, metode pengajaran yang sesuai dengan materi ajar, fasilitas belajar, serta profesionalisme guru. Proses belajar mengajar merupakan unsur yang paling penting yang harus diperhatikan karena dengan pelaksanaan proses belajar mengajar yang baik tersebut tujuan pendidikan akan tercapai. Salah satu lembaga pendidikan formal yang diharapkan mampu melaksanakan tujuan pendidikan nasional adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan nasional, menjelaskan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara lebih spesifik, bahwa pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diarahkan untuk

2 memberikan bekal pengetahuan teknologi, keterampilan, sikap, dan etos kerja yang bertujuan mempersiapkan lulusan kelak menjadi tenaga kerja yang terampil dan profesional. Sejalan dengan usaha pencapaian tersebut, maka prosedur pengembangan sistem pengajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang baik agar lulusan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di masa kini dan masa yang akan datang sesuai dengan bidangnya masing-masing dan kebutuhan di lapangan. Permendiknas No. 22 Tahun 2009 menjelaskan Standar Kompetensi Lulusan SMK sebagai berikut: (1) Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja; (2) Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya; (3) Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya; (4) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan; (5) Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik; (6) Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya. Sejalan dengan pernyataan tersebut, maka sekolah menengah kejuruan dituntut menghasilkan tenaga yang terampil dan bermutu serta cukup menguasai bidang yang digelutinya, sehingga tantangan yang dihadapi peserta didik nantinya dapat teratasi. Salah satu sekolah menengah kejuruan yang terus berusaha menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan industri adalah SMK Negeri

3 2 Medan. SMK Negeri 2 Medan merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki beberapa program keahlian salah satunya Program Keahlian Teknik Bangunan yang terdiri dari 2 paket keahlian yaitu Teknik Gambar Bangunan (TGB) serta Konstruksi Batu dan Beton (KBB), dimana program keahlian ini melaksanakan serangkaian kegiatan belajar yang meliputi berbagai mata pelajaran keteknikan. Adapun salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam program keahlian teknik bangunan ialah mata pelajaran Konstruksi Bangunan karna menjadi dasar yang mendukung mata pelajaran produktif lainnya seperti ilmu bangunan gedung, rencana anggaran biaya, menggambar teknik, dan lain-lain. Melihat bahwa pentingnya mata pelajaran ini maka diharapkan seluruh peserta didik jurusan teknik bangunan memiliki kemampuan yang baik dalam bidang tersebut. Namun kenyataannya, belum semua siswa mampu menguasai mata pelajaran konstruksi bangunan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran Konstruksi Bangunan pada Februari 2015 di SMK Negeri 2 Medan, dikemukakan bahwa nilai mata pelajaran konstruksi bangunan belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM). Adapun nilai KKM yang ditetapkan oleh SMK Negeri 2 Medan untuk mata pelajaran Konstruksi Bangunan ialah sebesar 75. Seorang siswa dikategorikan lulus/kompeten pada mata pelajaran konstruksi bangunan bila mencapai nilai skor lebih besar atau sama dengan ( ) kriteria ketuntasan minimum yaitu 75. Secara umum, hasil belajar siswa berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran Konstruksi Bangunan Kelas X Program Keahlian Teknik

4 Gambar Bangunan Tahun Pelajaran 2014/2015 pada semester ganjil dapat dilihat persentase nilai yang diperoleh siswa sebagai berikut : Tabel 1. 1 Rata-Rata Hasil Belajar Konstruksi Bangunan Siswa Kelas XTGB 1 Semester Ganjil T.A 2014/2015 SMK Negeri 2 Medan. Tahun Pelajaran Nilai Jumlah Peserta Didik Persentase Keterangan 74 10 32,25 Tidak Kompeten 2014/2015 75-79 7 22,58 Cukup Kompeten 80-89 10 32,25 Kompeten 90-100 4 12,90 Sangat Kompeten Jumlah 31 100 % - Sumber : Daftar Kumpulan Nilai (DKN) SMK Negeri 2 Medan Dari tabel diatas, maka diketahui pada tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 31 orang, yang memperoleh nilai 74 kategori tidak kompeten sebanyak 32,25 % (10 orang), nilai 75-79 kategori cukup kompeten sebanyak 22,58 % (7 orang), nilai 80-89 dengan kategori kompeten sebanyak 32,25 % (10 orang), dan nilai 90-100 kategori sangat kompeten sebanyak 12,90 % (4 orang). Seperti diketahui bahwa masih ada siswa yang nilainya dibawah ketuntasan minimum untuk mata pelajaran Konstruksi bangunan yaitu KKM 75 sesuai dengan standart kelulusan mata pelajaran konstruksi bangunan di SMK Negeri 2 Medan, Maka dengan itu dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran konstruksi bangunan masih perlu ditingkatkan lagi hinggaterdapat

5 sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa yang berkompeten dengan nilai 75 pada hasil belajar Konstruksi Bangunan. Rendahnya hasil belajar yang dialami siswa dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya ialah kurangnya aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Kurangnya aktivitas belajar tersebut dikarenakan tidak adanya variasi dalam proses belajar mengajar. Selama ini model pembelajaran yang diterapkan di SMK Negeri 2 Medan mengarah pada pembelajaran konvensional, dimana siswa cenderung diam sehingga siswa merasa bosan, tidak menikmati dan tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran di kelas sehingga materi yang disampaikan oleh guru tidak dapat diterima dengan baik. Komponen yang menentukan untuk menghasilkan proses belajar yang berkualitas adalah guru dan model pembelajaran yang digunakan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu Quantum Teaching yang diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran konstruksi bangunan. Hal ini didasari oleh hasil penelitian Kristina Hariana dalam "Penerapan Strategi Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching) Untuk Meningkatkan Aktivitas & Hasil Belajar MDGT Siswa Kelas X Program keahlian Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Lubuk Pakam T.A 2013/2014, dapat diketahui bahwa nilai rata - rata hasil belajar MDGT siswa meningkat menjadi 81,78 dengan keterangan siswa Belum Tuntas (BT) tidak ada, Cukup (C) 7 orang, Baik (B) 20 orang, dan yang Sangat Baik (SB) 3 orang.

6 Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan pembelajaran yang meriah dengan Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul " Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Konstruksi Bangunan Siswa Kelas X TGB SMK Negeri 2 Medan". B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukan di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Kurangnya aktifitas siswa saat mengikuti proses belajar mengajar pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan program keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Medan. 2. Rendahnya hasil belajar konstruksi bangunan pada siswa kelas X program keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Medan. 3. Penerapan model pembelajaran Quantum teaching belum pernah digunakan dalam meningkatkan aktifitas siswa kelas X pada mata pelajaran Konstruksi Bangunan program keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Medan 4. Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching belum pernah digunakan dalam meningkatkan hasil belajar konstruksi bangunan pada siswa kelas X program keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Medan.

7 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, kemampuan, waktu dan biaya yang dimiliki peneliti, maka permasalahan ini hanya dibatasi oleh beberapa hal, yaitu : 1. Subjek dalam penelitian ini ialah siswa kelas X program keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Medan. 2. Penelitian hanya dilakukan untuk mengetahui aktifitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. 3. Penelitian hanya dilakukan pada mata pelajaran konstruksi bangunan pada kompetensi dasar menerapkan dan mengelola spesifikasi dan karakteristik bahan adukan dan pasangan pada konstruksi bangunan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan Identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah penerapan model pembelajaran Quantum teaching dapat meningkatkan aktifitas belajar konstruksi bangunan pada siswa kelas X program keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Medan? 2. Apakah penerapan model pembelajaran Quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar konstruksi bangunan pada siswa kelas X

8 program keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Medan? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui peningkatan aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran konstruksi bangunan pada siswa kelas X program keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Medan dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran konstruksi bangunan pada siswa kelas X program keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 2 Medan dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi sekolah Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang bersangkutan. 2. Bagi guru Dapat dijadikan alternatif pemilihan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada mata pelajaran konstruksi bangunan. 3. Bagi siswa

9 Dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar dan aktivitasnya dalam proses pembelajaran konstruksi bangunan. 4. Bagi penelitian lanjutan Sebagai tambahan informasi dan sebagai referensi untuk penelitian lanjutan.