1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sastra Indonesia ada beberapa bentuk karya sastra, yakni puisi, prosa, dan drama. Apabila dibanding dengan karya sastra seperti puisi dan prosa, drama memiliki daya tarik tersendiri. Drama merupakan bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakuan dan dialog. Drama sebagai sebuah karya sastra mempunyai karakteristik khusus, yaitu berdimensi sastra, juga berdimensi seni pertunjukan pada sisi lainnya. Akan tetapi, pembicaraan tentang drama selama ini lebih terfokus pada produk pementasan atau pertunjukannya. Resensi atau kritik drama hanya terhenti pada pemaknaan terhadap nilai estetika drama ketika dieksekusi di atas panggung. Sebuah drama diciptakan selain bertujuan untuk menghibur juga memberikan kegunaan kepada pembaca (teks drama) dan kepada penonton (pementasan drama). Hingga kini kritik teks drama sebagai bagian kritik sastra tidak begitu populer, terkesan jalan di tempat, dan terkurung di ranah akademik (Dewojati, 2012: 1). Pada dasarnya, di sisi lain, genre puisi, prosa, dan drama memiliki kedudukan yang sama penting dalam jagad kesusastraan. Oleh karena itu, pembicaraan mengenai ketiga genre tersebut seharusnya berimbang. Akan tetapi, selama ini penelitian mengenai drama sebagai genre sastra cenderung tidak memadai jika dibandingkan dengan kedua genre lainnya. 1
2 Ketika membaca karya sastra, baik berupa puisi, cerpen, novel, ataupun drama, kita akan memperoleh hiburan, karena melalui karya sastra kita mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin. Sebagai pembaca, kita dihadapkan pada dunia rekaan yang mempesona, antara lain berupa tokoh-tokoh yang menakjubkan, rentetan peristiwa yang mencekam dan menegangkan, atau katakata puitis yang indah dan sarat makna. Karya sastra yang baik akan selalu menggugah emosi pembacanya (Kosasih, 2012: 2). Membaca karya sastra tidak sekadar untuk kesenangan, maka karya sastra sesungguhnya juga merupakan miniatur kehidupan dengan berbagai persoalan. Karya sastra dapat menjadi cermin kehidupan serta bahan pelajaran karena dalam sebuah karya sastra pastilah terdapat nilai-nilai moral yang bermanfaat bagi pembaca. Melalui tema, alur, tokoh/penokohan, latar, serta unsur-unsur intrinsik lainnya, teks drama dapat memberikan suatu ajaran atau pendidikan bagi pembacanya. Sebuah teks drama yang baik dan bermutu akan selalu menampilkan unsur hiburan dan pendidikan secara seimbang. Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi, karya sastra, khususnya teks drama yang selanjutnya disebut sebagai bentuk kreativitas pengarang yang bersumber dari kehidupan manusia secara langsung atau melalui rekaan merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, perlu adanya suatu kajian yang dapat mengkaji secara lebih baik sebuah teks drama itu sendiri. Interteks sebagai bentuk pengkajian terhadap dua karya sastra atau lebih dipandang sebagai salah satu kajian yang tepat untuk mengkaji teks drama karena merupakan suatu usaha penemuan unsur-unsur persamaan dan perbedaan. Melalui
3 kajian interteks, maka dapat diketahui lebih banyak dan lebih rinci hal-hal yang terdapat dalam sebuah teks drama. Dalam mengkaji sebuah karya sastra terdapat bermacam-macam orientasi atau pendekatan, di antaranya adalah intertekstual. Pradopo (2013: 178) mengungkapkan bahwa hubungan intertekstual atau hubungan antarteks karya sastra penting untuk diteliti dalam studi sastra. Hal ini penting untuk memperjelas maknanya sebagai karya sastra untuk memudahkan pemahamannya, baik pemahaman makna teks maupun makna dan posisi kesejarahannya. Prinsip intertekstual yang utama adalah prinsip memahami dan memberikan makna karya sastra yang bersangkutan. Karya itu diprediksi sebagai reaksi, penyerapan, atau transformasi dari teks-teks lain. Intertekstual lebih dari sekadar pengaruh, ambilan, atau jiplakan, melinkan bagaimana memperoleh makna sebuah karya secara penuh dalam kontrasnya dengan karya lain yang menjadi hipogramnya (Nurgiyantoro, 2009: 54). Kajian intertekstual dimaksudkan sebagai kajian terhadap sejumlah teks kesusastraan, yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu, misalnya untuk menemukan adanya hubungan unsur-unsur intrinsik seperti ide, gagasan, peristiwa, plot, penokohan, gaya bahasa, dan lain-lain, di antara teks-teks yang dikaji. Prinsip intertekstual meyakini bahwa sebuah karya sastra tidaklah lahir dengan kekosongan budaya. Karya sastra dilahirkan dengan dipengaruhi karya sastra lain. Selalu ada ketegangan antara konvensi dengan pembaharuan, maka dapat dikatakan di sinilah letak pentingnya sebuah kajian interteks. Prinsip
4 dasar intertekstualitas adalah karya hanya dapat dipahami maknanya secara utuh dalam kaitannya dengan teks lain yang menjadi hipogram. Teks drama merupakan salah satu jenis karya sastra yang merupakan hasil cipta, rasa, dan karya seorang pengarang melalui tulisan. Karya sastra yang ditulis itu ditujukan kepada pembaca dapat berisi luapan jiwa, pikiran, semangat, dan keyakinan pengarang, baik berdasarkan pengalaman pribadi maupun hasil imajinasi/ rekaan. Teks drama yang ditulis oleh seorang pengarang merupakan cerminan dari keadaan masyarakat sekitar. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengarang dalam membuat karya sastra antara lain adalah pengalaman dan realitas yang terlihat di sekitar pengarang, selain penciptaan dunia baru dengan kekuatan kreativitasnya. Menurunnya kualitas moral dalam kehidupan manusia Indonesia dewasa ini, terutama di kalangan siswa, menuntut diselenggarakannya pendidikan karakter. Sekolah dituntut untuk memainkan peran dan tanggung jawabnya untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai yang baik dan membantu para siswa membentuk dan membangun karakter mereka dengan nilai-nilai yang baik. Pendidikan karakter diarahkan untuk memberikan tekanan pada nilai-nilai tertentu seperti rasa hormat, tanggungjawab, jujur, peduli, dan adil dan membantu siswa untuk memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sendiri. Fungsi seni drama pada khususnya mengandung manfaat dan bersifat menyenangkan (dulce et utile). Selain berfungsi sebagai hiburan, seni dalam hal ini drama juga harus bermanfaat baik berupa pengetahuan, pendidikan,
5 pengajaran, penerangan, dan lain sebagainya (Satoto, 2012: 10). Potret kehidupan yang terdapat di dalam sebuah drama banyak mengandung pelajaran hidup yang berharga sehingga menarik untuk dikaji. Pelajaran berharga itulah yang juga tampak pada teks drama Malam Jahanam. Teks drama Malam Jahanam karya Motinggo Busye berlatar perkampungan nelayan di pinggiran pantai yang bercerita tentang seorang Mat Kontan yang mempunyai istri bernama Paijah dan seorang sahabat bernama Soleman. Mat Kontan yang dikenal sebagai orang yang sombong senantiasa membanggakan segala sesuatu yang dimilikinya, istri, anak, bahkan burung peliharaannya kepada semua orang. Bukan hanya kepada orang-orang di sekitarnya, kepada Soleman pun Mat Kontan bersikap demikian. Mat Kontan selalu membanggakan istri dan anaknya kepada Soleman. Soleman yang mengetahui fakta bahwa ialah ayah biologis dari anak yang selalu dibanggakan oleh Mat Kontan hanya bersikap tak acuh. Permasalahan mulai muncul ketika perselingkungan antara Paijah dan Soleman hampir terkuak, sehingga muncullah berbagai konflik yang terjadi di antara ketiga tokoh utama. Malam Jahanam mencoba menguak sisi buruk dan gelap kehidupan manusia pinggiran yang tidak terikat oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat beradab. Norma susila, moral, dan hukum seakan-akan hilang sehingga mengakibatkan konflik yang cukup pelik. Bila Malam Bertambah Malam juga memiliki cerita yang tidak jauh berbeda dengan Malam Jahanam. Bila Malam Bertambah Malam, sebuah teks drama yang ditulis oleh Putu Wijaya. Berlatar budaya masyarakat priyayi Bali, Putu Wijaya mencoba
6 mengejawantahkan kehidupan manusia yang terkotak-kotak karena persoalan status sosial yang disandangnya. Tokoh Gusti Biang dalam drama ini adalah salah satu contoh betapa derajat kebangsawanan yang disandang hanya membuat hidupnya terkotak-kotak. Kasta tinggi yang disandang dan senantiasa dibanggakannya pada akhirnya hanya membawa Gusti Biang hidup dalam konflik batin dan konflik dengan tokoh-tokoh di sekitarnya. Drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam yang memiliki latar sosial budaya yang berbeda, dengan tahun penulisan dan pementasan yang berbeda, serta penulis yang juga berbeda, tetapi pada dasarnya kedua teks drama tersebut memiliki kesamaan dari segi motif atau ide cerita. Kedua teks drama tersebut menyoroti sisi gelap kehidupan manusia yang senantiasa membanggakan status sosial dan semua yang dimilikinya. Pada akhirnya, memandang rendah orang lain hanya akan membawa diri kita pada kenyataan hidup yang menyakitkan. Bagaimana pun sebuah kebohongan itu disembunyikan, pada saatnya tentu akan terkuak juga. Teks drama sebagai salah satu bentuk karya sastra juga memiliki banyak manfaat, khususnya dalam menunjang pemahaman dan penggunaan bahasa bagi siswa. Selain dapat mempelajari dan menikmati isinya, siswa juga diharapkan dapat memahami masalah yang disodorkan di dalam teks drama tentang masyarakat melalui dialog-dialog pelaku, sekaligus belajar tentang isi drama tersebut sehingga dapat mempertinggi pengertian tentang bahasa lisan. Membaca teks drama dapat memperkaya kemampuan pembaca dengan memahami jalan cerita, tema, dan problema dalam drama tersebut. Karya sastra, dalam hal ini teks
7 drama memiliki relevansi dengan dunia pendidikan. Pengajaran sastra bagi siswa, dalam hal ini teks drama memiliki beberapa manfaat, antara lain yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukkan watak. Selain nilai rekreatif, di dalam teks drama juga terdapat nilai-nilai yang segar, dinamis, mengandung semangat, nilai moral, nilai estetis, dan membeberkan nilai-nilai perasaan. Pengajaran drama akan mampu memberikan serpihan dasar-dasar pendidikan kesenian, kebijakan, religius, sosial, dan sebagainya. Teks drama yang merupakan gambaran kehidupan masyarakat sudah tentu mengandung nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai-nilai pendidikan karakter inilah yang juga terdapat di dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. Berdasarkan uraian di atas, maka dipilih sebuah judul Teks Drama Malam Jahanam karya Motinggo Busye dan Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya (Kajian Intertekstual dan Nilai Pendidikan Karakter) dengan alasan kesamaan motif atau ide cerita yang terdapat dalam kedua teks drama tersebut, disamping perbedaan-perbedaan dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalamnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah berikut. 1. Bagaimana unsur-unsur intrinsik (tema, tokoh/penokohan, alur, dan latar) teks drama Malam Jahanam karya Motinggo Busye dan Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya?
8 2. Bagaimana persamaan unsur-unsur intrinsik (tema, tokoh/penokohan, alur, dan latar) teks drama Malam Jahanam karya Motinggo Busye dan Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya? 3. Bagaimana perbedaan unsur-unsur intrinsik (tema, tokoh/penokohan, alur, dan latar) teks drama Malam Jahanam karya Motinggo Busye dan Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya? 4. Bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter dalam teks drama Malam Jahanam karya Motinggo Busye dan Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya? C. Tujuan Penelitian Bertolak dari rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan unsur-unsur intrinsik (tema, tokoh/penokohan, alur, dan latar) teks drama Malam Jahanam karya Motinggo Busye dan Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya? 2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan persamaan unsur-unsur intrinsik (tema, tokoh/penokohan, alur, dan latar) teks drama Malam Jahanam karya Motinggo Busye dan Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya? 3. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan perbedaan unsur-unsur intrinsik (tema, tokoh/penokohan, alur, dan latar) teks drama Malam Jahanam karya Motinggo Busye dan Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya? 4. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat di dalam teks drama Malam Jahanam karya Motinggo Busye dan Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya?
9 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan pembaca terutama dalam kajian interteks. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. a. Bagi siswa, penelitian ini dapat dijadikan masukan positif dalam mengapresiasi drama sekaligus sebagai bentuk pengetahuan mengenai nilainilai pendidikan. b. Bagi peminat sastra, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang apresiasi drama. c. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra dan khazanah penelitian sastra Indonesia. d. Bagi guru, penelitian ini dapat menjadi bahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran apresiasi sastra. e. Bagi dinas pendidikan/ pejabat terkait, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang saran dan memacu motivasi para penyelenggara pendidikan untuk dapat menciptakan perbaikan di dunia pendidikan.