I. PENDAHULUAN. (BPS, 2007). Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang dihasilkan dari produk CPO, diolah menjadi Stearin Oil

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak terlepas dari perekenomian yang berbasis dari sektor

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas

1.1 Latar Belakang Masalah

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

I. PENDAHULUAN. Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tinjauan Pasar Minyak Goreng

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Dimana sebagian besar penduduknya. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Hal ini sebenarnya tidak terlalu

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pertumbuhan industri sedang gencar-gencarnya,

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN. dengan baik bisa mendapatkan hasil yang sangat menguntungkan dari industri produk

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prarencana Pabrik Keju Cheddar Substitute I-1

sebagian besar masih dipasarkan sebagai bahan mentah atau nilailharga pada kondisi tersebut masih sangat rendah. Selain ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat dahulu, pada umumnya orang melakukan investasi secara tradisional.

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun. dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan

I. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia dengan luas tanaman. ton setara kopra). Namun, hal ini tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kerusakan bila teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi, demikian pula beta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 tercatat sebanyak 37,2 juta jiwa (BPS, 2007). Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan perdesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin. Permasalahan mendasar yang dihadapi petani maupun usaha kecil menengah (UKM) adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi dan rendahnya efektivitas kelembagaan yang mampu melaksanakan fungsi-fungsi strategis, termasuk organisasi tani/ukm yang masih lemah (Djamhari, 2004). Hal yang sama terjadi pada pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Halmahera Utara. Kabupaten Halmahera Utara merupakan salah satu daerah penghasil kelapa terbesar di Indonesia, namun sayangnya, potensi yang demikian besar di desa masih belum optimal dalam mengangkat perekonomian masyarakat, khususnya para petani di Kabupaten Halmahera Utara. Oleh karena itu diperlukan suatu konsep dalam membangun industri berbasis kelapa secara terpadu untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah (value added) dari kelapa 1

melalui diversifikasi produk. Hal ini didukung oleh visi dan misi Kabupaten Halmahera Utara untuk menjadi Kabupaten Kelapa Nasional. Pada umumnya, kelapa di Kabupaten Halmahera Utara dipasarkan dalam bentuk primer, atau belum diolah lebih lanjut. Penggunaan hasil pertanian tanpa olahan tersebut pun dipusatkan untuk pangan semata. Dengan demikian nilai ekonomi dari produk kelapa tersebut sangat rentan terhadap fluktuasi musim yang menyebabkan nilai jualnya rendah dan menimbulkan kerugian di pihak petani. Dari berbagai ragam produk olahan kelapa, kopra dan minyak kelapa adalah produk utama yang paling sering dibuat oleh para petani kelapa di Kabupaten Halmahera Utara. Minyak kelapa diolah dari proses pengendapan santan sehingga menjadi minyak klentik. Pengolahan tersebut dilakukan secara sederhana dan konvensional. Sedangkan kopra diolah dari dari proses pengasapan daging buah kelapa. Usaha pengolahan tersebut memiliki berbagai kelemahan, misalnya tidak tahan lama dan menghasilkan rendemen yang rendah. Pengembangan agroindustri kelapa secara terpadu di Kabupaten Halmahera Utara merupakan salah satu opsi yang perlu dikembangkan. Salah satu produk utama yang akan dikembangkan adalah produk minyak goreng kelapa. Kebutuhan minyak goreng di Kabupaten Halmahera Utara sebagian besar dipenuhi dari minyak kelapa sawit. Fluktuasi harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia yang sulit diprediksi, berpengaruh pada industri minyak goreng di dalam negeri. Saat harga CPO naik, maka pasokan untuk bahan baku minyak goreng terbatas, namun saat harga CPO menurun dengan tajam maka pasokan untuk bahan baku minyak goreng melimpah. Hal tersebut secara teoritis akan berdampak pada harga minyak goreng. Kenyataannya saat krisis keuangan global 2

yang akhir-akhir ini menjadi isu di seluruh dunia terjadi, memberikan imbas negatif terhadap harga CPO di pasar dunia. Namun penurunan harga CPO tidak berpengaruh langsung terhadap harga minyak goreng. Harga minyak goreng curah di pasar tetap berada pada kisaran Rp.9.000 sampai dengan Rp. 11.000/kg. Bahkan minyak goreng dalam kemasan mencapai kisaran harga Rp. 11.000 sampai dengan RP. 14.000/kg menjelang Lebaran september 2009 lalu. Kelangkaan minyak goreng tidak hanya terjadi di perkotaan saja tetapi juga merambat sampai ke pedesaan, bahkan pemerintah melakukan program subsidi harga dan menaikkan pajak ekspor CPO agar pasokan minyak goreng terpenuhi dan harganya dapat dijangkau oleh masyarakat. Langkah tersebut menjadi kontra produktif karena mengurangi pendapatan ekspor. Padahal potensi kelapa di Indonesia cukup besar yang secara tradisional telah digunakan oleh masyarakat untuk memproduksi minyak goreng. Kondisi di atas juga dialami oleh masyarakat di Kabupaten Halmahera Utara. Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah penggunaan minyak kelapa menjadi minyak goreng. Ketergantungan masyarakat Halmahera Utara pada minyak goreng sawit sangat tinggi, padahal masyarakat baru mengenal minyak goreng sawit di awal tahun 1970-an. Sebelumnya rakyat Indonesia, termasuk masyarakat Halmahera Utara terbiasa mengkonsumsi minyak goreng kelapa atau coconut oil untuk memasak. Kelapa yang tumbuh di pekarangan rumah di kampung-kampung, biasa diolah dan dimasak sendiri oleh rakyat dan minyaknya digunakan untuk berbagai kebutuhan. Namun kondisi di atas kini sangat sulit dijumpai. Sejak kebun-kebun sawit semakin luas di Indonesia, penggunaan minyak goreng kelapa semakin surut. 3

Tanaman kelapa seolah disingkirkan oleh tanaman kelapa sawit di perkebunanperkebunan besar. Industri skala rumahan pengolahan minyak kelapa tergeser oleh industri-industri skala besar pengolahan kelapa sawit. Bahkan kemudian produk minyak goreng kelapa nyaris hilang dari pasar. Kelapa jika dikonversi menjadi minyak goreng sangat membantu petani, daripada menjual kelapa dengan harga per butir Rp. 200-300. Untuk membuat satu liter minyak kelapa, dibutuhkan sekitar 10-15 butir kelapa. Jika harga minyak goreng sawit di pasaran Rp. 11.000-14.000, petani tidak hanya berhemat, akan tetapi juga dapat mendatangkan keuntungan. Dalam pandangan ilmu kesehatan pun, minyak kelapa jauh lebih sehat untuk dikonsumsi dibanding minyak sawit, karena minyak kelapa komposisinya didominasi asam lemak rantai menengah (Medium Chain Triglycerides) sehingga lebih mudah dimetabolisme tubuh (Enig, 1999; Nevin et al., 2004; Marten, et al., 2006; Nevin, et al., 2006). Selain itu kandungan trans fatty acid dalam minyak goreng sawit bila dipanaskan akan berubah menjadi zat yang berbahaya bagi jantung, sedangkan pada minyak kelapa tidak ada trans fatty acid. Ahli kesehatan menyarankan, minyak sawit tidak boleh digunakan berulang-ulang. Minyak goreng hanya dapat digunakan sekali saja. Jika dipanaskan beberapa kali, minyak tersebut tidak sehat karena sangat mungkin muncul radikal bebas yang berpotensi karsinogenik (memicu kanker) maupun menyumbat pembuluh darah di jantung. Sangat berbeda dengan minyak kelapa, dipakai beberapa kali tidak akan ada masalah, hanya terjadi perubahan fisik, tetapi dari aspek kesehatan, tidak ada masalah karena struktur kimianya yang sangat stabil terhadap panas (Enig, 1999; Kabara, 2005; Marten, et al., 2006) 4

Sebagai industri berbasis sumber daya, agroindustri kelapa berpotensi meningkatkan pendapatan asli daerah serta penyediaan lapangan kerja. Selanjutnya, pengembangan agroindustri kelapa akan sangat strategis apabila dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Pengertian terpadu adalah keterkaitan usaha sektor hulu dan hilir (backward and forward lingkages), serta pengintegrasian kedua sektor tersebut secara sinergis dan produktif. Sedangkan konsepsi berkelanjutan, diartikan sebagai pemanfaatan inovasi teknologi dan konservasi sumberdaya dengan melibatkan kelompok atau lembaga masyarakat, serta pemerintah pada semua aspek (Djamhari, 2004). Kelompok dalam masyarakat tersebut dapat berwujud sentra usaha kecil menengah yang tersebar disetiap desa, kecamatan dan kabupaten. Masing-masing kelompok masyarakat tersebut melakukan jenis usaha yang sama, bahan baku sejenis serta berpotensi untuk dikembangkan menjadi klaster. Penumbuhan klaster di atas dilakukan karena secara individual kelompok usaha dalam masyarakat seringkali tidak sanggup menangkap peluang pasar yang membutuhkan produksi dalam jumlah besar dan memiliki standar tertentu. Selain itu klaster juga diharapkan mampu mengatasi pencapaian skala ekonomis, akses jasa keuangan dan konsultasi serta permasalahan fungsi pendukung penting yang mencakup pelatihan, penelitian dan inovasi teknologi. 1.2 Perumusan Masalah Masalah yang dihadapi dalam pengembangan kelapa di Kabupaten Halmahera Utara adalah sebagai berikut. a. Bagaimanakah pemanfaatan potensi agroindustri kelapa secara optimal di Kabupaten Halmahera Utara sehingga mampu mewujudkan penumbuhan 5

dan pembinaan percontohan sistem dan unit-unit usaha pengolahan minyak goreng berbasis teknologi inovatif, yang mengintegrasikan sistem inovasi dan kelembagaan dengan sistem agribisnis? b. Bagaimanakah pemanfaatan status komponen dan kemampuan teknologi pada unit- unit usaha pengolahan minyak goreng kelapa di Kabupaten Halmahera Utara? c. Bagaimanakah alternatif strategi untuk pengembangan agroindustri kelapa, khususnya pada pengolahan minyak goreng kelapa di Kabupaten Halmahera Utara? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian Formulasi Strategi Teknologi Agroindustri Kelapa Di Kabupaten Halmahera Utara bertujuan sebagai berikut : a. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal dalam pemanfaatan potensi agroindustri kelapa secara optimal di Kabupaten Halmahera Utara. b. Menganalisis sistem teknologi (status komponen dan kemampuan teknologi) pada unit-unit usaha pengolahan minyak goreng kelapa di Kabupaten Halmahera Utara. c. Memberikan rekomendasi alternatif strategi teknologi untuk pengembangan agroindustri kelapa, khususnya pada pengolahan minyak goreng kelapa di Kabupaten Halmahera Utara. 6

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai bahan masukan dalam perumusan kebijakan pengembangan tahap lanjut agroindustri kelapa di kabupaten Halmahera Utara. b. Bagi petani yang belum terlibat secara langsung dalam kegiatan agroindustri kelapa, hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai manfaat dan nilai tambah serta pengetahuan pengembangan pengolahan minyak goreng kelapa. c. Bagi para peneliti lainnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi untuk melakukan penelitian lanjutan yang terkait. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan agroindustri minyak kelapa di Kabupaten Halmahera Utara. b. Beberapa alternatif prioritas strategi pengembangan agroindustri minyak kelapa serta solusi, pelaku serta manfaatnya bagi Kabupaten Halmahera Utara c. Penelitian ini difokuskan pada unit-unit pengolahan minyak kelapa yang terdapat di Kabupaten Halmahera Utara, yang meliputi para pelaku pengembangan agroindustri minyak kelapa yaitu sebagai berikut; (1) Pemerintahan Daerah Kabupaten Halmahera Utara melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Dinas Pertanian dan 7

Perkebunan, (2) Perkebunan kelapa rakyat, (3) Masyarakat tani kelapa dan industri pengolah minyak kelapa di Kabupaten Halmahera Utara. 8

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB