LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 30 TAHUN 2001 SERI C NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 30 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU, Menimbang : a. bahwa dalam kenyataannya di Kota Palu, banyak dijumpai masyarakat berpendapatan rendah / golongan ekonomi lemah yang bergerak / melakukan usaha sebagai pedagang kaki lima dengan mempergunakan tempat tempat terbuka diluar bangunan pasar dan pertokoan; b. bahwa untuk mewujudkan ketertiban, kebersihan dan keindahan Kota Palu serta sekaligus dalam rangka meningkatkan usaha pedagang kaki lima, maka perlu diadakan pengaturan tempat dan pembinaan terhadap pedagang kaki lima; c. bahwa untuk memenuhi maksud pada huruf a dan b diatas perlu menetapkan dengan Peraturan Daerah; Mengingat :1. Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); 2. Undang Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3507); 3. Undang Undang Nomor 4 Tahun 1994 tentang Pembembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Palu (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3555); 4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 1
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848 ); 6. Undang Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851 ); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373 ); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3957 ); 9. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang undangan dan Bentuk Rancangan Undang undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden; 10. Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 23 Tahun 1998 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Palu (Lembaran Daerah Kota Palu Nomor 1 Tahun 2000 Seri D Nomor 1); 11. Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 17 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu (Lembaran Daerah Kota Palu Nomor 17 Tahun 2000 Seri C Nomor 3). Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALU MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA PALU TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA. 2
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Palu; 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah; 3. Kepala Daerah adalah Walikota Palu; 4. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Otonom oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut Asas Desentralisasi; 5. Jalan adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992; 6. Pedagang Kaki Lima adalah mereka yang didalam usahanya menggunakan sarana dan atau perlengkapan ynag mudah dibongkar pasang serta mempergunakan tempat tempat untuk kepentingan umum yang bukan diperuntukkan bagi tempat usaha, atau tempat lain yang bukan miliknya. BAB II PENGATURAN TEMPAT USAHA Pasal 2 (1) Lokasi dan pengaturan tempat tempat usaha untuk pedagang kaki lima di Wilayah Daerah ditunjuk dan ditetapkan oleh Kepala Daerah; (2) Penunjukan dan penempatan tempat tempat usaha pedagang kaki lima dimaksud ayat (1) pasal ini, meliputi lokasi milik dan atau yang dikuasai Pemerintah maupun swasta; (3) Penunjukan dan penetapan lokasi milik dan atau yang dikuasai oleh swasta dimaksud ayat (2) pasal ini, terlebih dahulu harus memperoleh persetujuan yang bersangkutan; (4) Tempat usaha dimaksud ayat (2) pasal ini, berdasarkan areal yang dipergunakan, dikelompokkan dalam 3 type yaitu sebagai berikut : a. Type A, dengan luas lebih dari 15 M 2 dengan batas maksimum 20 M 2. b. Type B, dengan luas lebih dari 12 M 2 sampai 15 M 2, dan c. Type C, dengan luas 12 M 2 kebawah. (5) Pedagang kaki lima dilarang melakukan kegiatan usahanya diluar lokasi yang ditetapkan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini. 3
Pasal 3 (1) Setiap pedagang kaki lima yang mempergunakan tempat usaha sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1), Peraturan Daerah ini, harus bertanggung jawab terhadap kebersihan, Keindahan, Ketertiban disekitar tempat usaha yang bersangkutan; (2) Kepala Daerah menetapkan lebih lanjut pengaturan dan persyaratan tempat usaha sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini. Pasal 4 Penunjukkan / penetapan tempat tempat usaha sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah ini, diatur sedemikian rupa dengan mempertimbangkan fasilitas pasar yang ada, tempat ibadah dan tempat umum lainnya. BAB III PERIZINAN Pasal 5 (1) Setiap Pedagang kaki lima yang menggunakan tempat usaha yang dimaksud pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah ini wajib memiliki Izin dari Kepala Daerah; (2) Izin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diberikan untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan dan setelah jangka waktu 3 (tiga) bulan berakhir pedagang kaki lima dapat mengajukan permohonan Izin baru. (3) Bentuk dan isi Izin pedagang kaki lima ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Pasal 6 (1) Untuk memperoleh Izin, pedagang kaki lima wajib mengajukan permohonan kepada Kepala Daerah; (2) Persyaratan dan tata cara pengajuan permohonan Izin pedagang kaki lima diatur dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Pasal 7 Dengan adanya kewajiban memiliki Izin sebagaimana dimaksud pasal 5 ayat (1) Peraturan Daerah ini, maka setiap pedagang kaki lima dilarang menggunakan tempat untuk berjualan diluar lokasi yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. 4
BAB IV RETRIBUSI Pasal 8 (1) Setiap pedagang kaki lima yang memperoleh Izin menggunakan tempat usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1) Peraturan Daerah ini, dikenakan retribusi; (2) Penetapan besarnya tarif retribusi seperti dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, diklasifikasikan dengan memperhatikan luas tempat, type tempat, jenis barang dagangan (jualan), letak tempat dan jam kegiatan; (3) Besarnya tarif retribusi adalah sebagai berikut : a. Untuk tempat usaha type A sebesar Rp. 25.000,- b. Untuk tempat usaha type B sebesar Rp. 15.000,- c. Untuk tempat usaha type C sebesar Rp. 10.000,- BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 9 (1) Pemerintah Daerah berkewajiban menyelenggarakan Pengaturan dan Pembinaan terhadap para Pedagang Kaki Lima di Kota Palu beserta Instansi / Lembaga yang terkait ; (2) Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan Pengaturan dan Pembinaan seperti dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, berkewajiban memberikan bimbingan penyuluhan cara- cara berusaha Para Pedagang Kaki Lima dalam rangka pengembangan usahanya ; (3) Pelaksanaan pembinaan seperti dimaksud ayat (2) pasal ini, dilakukan oleh Kepala Daerah/ Instansi yang ditunjuk ; (4) Untuk membantu kelancaran pengaturan dan pembinaan Pedagang Kaki lima perlu adanya Himpunan pedagang dimaksud. Pasal 10 Pengawasan atas berlakunya ketentuan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini adalah tanggung jawab Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong praja Kota Palu yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. 5
BAB VI KETENTUAN PIDANA Pasal 11 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 2 ayat (5), pasal 3 ayat (1), Pasal 5 ayat (1), dan pasal 7 ayat (1) Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah); (2) Tindak pidana yang dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. Pasal 12 Disamping dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pasal 11 ayat (1), pelanggaran ketentuan pasal 5 ayat (1) dan pasal 7 Peraturan Daerah ini, Kepala Daerah dapat pula mencabut izin pedagang kaki lima / membongkar bangunan. BAB VII PENYIDIKAN Pasal 13 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Pajak Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Hukum Acara Pidana yag berlaku; (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas ; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; d. Memeriksa buku buku, catatan catatan dan dokumen dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ; 6
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; g. Menyuruh berhenti dan / atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah ; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; j. Menghentikan penyidikan ; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran peyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. BAB VIII KETENTUAN LAIN LAIN Pasal 14 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Palu Nomor 33 Tahun 1996 tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima dinyatakan tidak berlaku. Pasal 15 Hal hal yang belum diatur dalam peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. BAB IX PENUTUP Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 7
Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palu. Disahkan di Palu pada tanggal 27 Juni 2001 WALIKOTA PALU, Ttd H. BASO LAMAKARATE Diundangkan di Palu pada tanggal 27 Juli 2001 SEKRETARIS DAERAH KOTA PALU Ttd Ir. MAULIDIN LABALO, S.Sos PEMBINA TINGKAT I NIP. 010 110 453 LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 30 TAHUN 2001 SERI C NOMOR 3 Disalin sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KOTA PALU Ttd R. NOLLY MUA, SH PEMBINA NIP. 570 006 277 8
PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 30 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA I. PENJELASAN UMUM Bahwa berbagai permasalahan yang timbul akibat tumbuh dan berkembangnya para pedagang kaki lima secara tidak terkendali, telah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh berbagai kota besar di Indonesia. Demikian pula halnya di Kota Palu, pertumbuhan dan perkembangan pedagang pedagang kaki lima tersebut apabila tidak ditangani dengan sungguh sungguh, maka tidak mustahil akan menimbulkan kerawanan kerawanan sosial yang tidak diinginkan, sehingga dengan demikian program untuk menjadikan Kota Palu sebagai Kota Bersih, Indah dan Tertib akan semakin sulit untuk diwujudkan. Usaha usaha penertiban dan penanggulangan yang dilaksanakan secara Insidentil terhadap dampak dampak negatif yang ditimbulkan oleh para pedagang kaki lima, tanpa diikuti dengan usaha mencarikan jalan keluar yang tepat, terarah dan terprogram maka usaha usaha tersebut sulit untuk mencapai sasaran yang diharapkan. Bahwa para pedagang kaki lima khususnya pedagang / golongan ekonomi lemah pada umumnya, meskipun disatu pihak kadang kadang menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan di dalam pembinaan kota, namun dipihak lain sangat membantu dalam usaha pertumbuhan ekonomi masyarakat, terlebih lebih dalam bidang penyediaan lapangan kerja. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 s/d 4 Cukup jelas Pasal 5 ayat (1) Pemberian Izin kepada pedagang kaki lima adalah untuk mengendalikan penggunaan tempat tempat yang digunakan untuk berusaha atau untuk berjualan, dimaksud pula untuk mewujudkan ketertiban, kebersihan dan keindahan Kota Palu. Oleh karena itu setiap pedagang kaki lima yang hendak menggunakan lokasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah untuk tempat usaha wajib terlebih dahulu memperoleh Izin dari Kepala Daerah. Sedangkan bagi pedagang kaki lima yang telah menggunakan lokasi yang ditetapkan Pemerintah Daerah tetap belum memiliki izin maka pedagang kaki lima bersangkutan wajib pula mengajukan permohonan kepada Kepala Daerah untuk memperoleh izin. Ayat (2) dan (3) Cukup jelas Pasal 6 s/d 12 Cukup jelas 9
Pasal 14 Untuk memberikan kesempatan kepada Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palu, perlu mempersiapkan pelaksanaan Peraturan Daerah ini. Pasal 14 s/d 16 Cukup jelas 0