BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan sindrom atau suatu kumpulan gejala penyakit metabolik ditandai dengan hiperglikemia akibat kekurangan insulin, gangguan kerja insulin, atau kombinasi keduanya. DM dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe gestasional, dan DM tipe lainnya. Diabates mellitus tipe 2 merupakan jenis DM paling banyak diderita (ADA, 2013). Penderita DM di seluruh dunia pada tahun 2015 terdapat 382 juta orang. Lebih dari 415 juta orang dengan gangguan toleransi glukosa berisiko tinggi menderita DM. Diperkirakan penderita diabetes mellitus mencapai 642 juta pada tahun 2040 (IDF, 2015). Data Riskesdas menunjukkan bahwa proporsi diabetes di Indoensia pada tahun 2013 meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2007. Proporsi menderita DM di Indonesia sebesar 6,9%, toleransi glukosa terganggu (TGT) sebesar 29,9% dan glukosa darah puasa (GDP) terganggu sebesar 36,6%. Proporsi penduduk di pedesaan menderita diabetes mellitus hampir sama dengan penduduk di perkotaan. Prevalensi diabetes mellitus penduduk Indonesia meningkat dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013) Perbedaan proporsi dengan prevalensi 1
2 ialah Prevalensi digunakan untuk mengetahui jumlah kasus baru dan kasus lama masih ada (existing) sedangkan proporsi digunakan untuk melihat suatu variabel ( sakit) dalam suatu populasi. Menurut data profil kesehatan Propinsi Jawa Tengah, prevalensi DM berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter sebesar 1,6 persen, DM terdiagnosis dokter dengan gejala sebesar 1,9 persen. Prevalensi DM di Kab. Banyumas terdiagnosis dokter sebesar 1,4 persen, dan DM terdiagnosis dokter dengan gejala sebesar 2,2 persen. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dengan gejala meningkat sesuai bertambahnya umur, namun mulai umur 65 tahun cenderung menurun. Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. DM lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan dari pada pedesaan, DM cenderung meningkat pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan status ekonomi dengan kuintil indeks kepemilikan tinggi (Dinkes Jateng, 2013). Data di atas menunjukkan bahwa penderita DM di Indonesia semakin meningkat, sehingga dapat menjadi beban di masa akan datang serta menjadi tantangan bagi dokter, dokter spesialis/subspesialis atau bahkan tenaga-tenaga kesehatan ada. Peran serta masyarakat maupun pemerintah diperlukan dalam usaha penanggulangan DM, khususnya dalam upaya pencegahan. Pengelolaan penyakit DM disandang seumur hidup memerlukan peran serta dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain. Pasien dan keluarga juga mempunyai
3 peran penting, sehingga perlu mendapat edukasi untuk memberikan pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM. Pemahaman baik akan sangat membantu meningkatkan upaya penatalaksanaan DM guna mencapai hasil lebih baik (PERKENI, 2015). Indonesia mempunyai program pengelolaan penyakit kronis (), yaitu upaya promotif dan preventif dilakukan BPJS Kesehatan di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Penyakit kronis ditangani ialah DM tipe 2 dan hipertensi. Tujuan ingin dicapai dari kegiatan ini adalah mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar berkunjung ke fasilitas kesehatan tingkat pertama memiliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM tipe 2 dan hipertensi sesuai panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit (BPJS Kesehatan, 2014). Pengetahuan merupakan dasar utama untuk pengobatan dan pencegahan DM. Pengetahuan pasien DM dapat menjadi sarana dapat membantu penderita menjalankan penanganan DM selama hidupnya. Pengetahuan minim tentang DM dapat menghalangi tindakan-tindakan preventif sehingga akan lebih cepat menjurus kearah timbulnya komplikasi. Kepatuhan berobat pasien serta kepuasan pasien dalam mendapat pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat
4 pertama juga berpengaruh dalam upaya pengobatan DM serta pencegahan timbulnya komplikasi. Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mencoba meneliti mengenai perbandingan status DM, tingkat pengetahuan dan kepuasan pasien DM peserta dengan Non di Puskesmas I Purwokerto Timur. Penelitian membandingkan peserta dengan Non belum pernah diteliti sebelumnya, dan penelitian tentang belum banyak diteliti oleh peneliti Indonesia (Ridha, 2015; Adrita, 2014; Syuadzah, 2015). 1.2 Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu apakah terdapat perbedaan status DM, tingkat pengetahuan dan kepuasan pasien DM peserta dengan Non di Puskesmas I Purwokerto Timur? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui perbedaan status DM, tingkat pengetahuan dan kepuasan pasien DM peserta dengan Non di Puskesmas I Purwokerto Timur. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:
5 a) Membandingkan keteraturan periksa pasien DM Tipe 2 peserta dengan Non di Puskesmas I Purwokerto Timur b) Membandingkan kadar gula darah pasien DM Tipe 2 peserta dengan Non di Puskesmas I Purwokerto Timur c) Membandingkan masalah komplikasi pada pasien DM Tipe 2 peserta dengan Non di Puskesmas I Purwokerto Timur d) Membandingkan tingkat pengetahuan pasien tentang DM tipe 2 peserta dengan Non di Puskesmas I Purwokerto Timur e) Membandingkan tingkat kepuasan pasien DM tipe 2 peserta dengan Non di Puskesmas I Purwokerto Timur 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis a) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan pengalaman serta penerapan ilmu metode penelitian khususnya, mengenai perbandingan status DM, tingkat pengetahuan dan kepuasan pasien DM peserta dengan Non. b) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
6 1.4.2 Manfaat Praktis a) Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penderita DM maupun masyarakat mengenai pentingnya upaya pencegahan dan pengendalian kadar gula darah untuk mencegah komplikasi. b) Penelitian diharapkan menjadi masukan untuk Puskesmas 1.5 Keaslian Penelitian maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas serta semua tenaga kesehatan terlibat, sehingga dapat menjadi evaluasi bagi pelaksanaan. No Judul Peneliti, Tahun 1. Hubungan Ridha kepesertaan Amalia 2015 dengan tingkat pengetahuan Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Pengetahuan Tentang di Puskesmas Teladan, Kota Medan Tahun 2015 2. Efektivitas Adrita Pelaksanaan Nima Program Sari Pengelolaan 2014 Tabel 1.1. Keaslian Penelitian Desain Penelitian Cross sectional Cross sectional Jumlah sampel Jumlah sampel digunakan 67 pasien DM. Jumlah sampel digunakan Kesimpulan Sebanyak 44 peserta 59,1% memiliki pengetahuan baik dan 93,2% memiliki pengetahuan baik. Pelaksanaan dalam penanganan
7 Penyakit Kronis () Dalam Penanganan DM Tipe 2 Oleh Dokter Keluarga di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. 3. Hubungan antara Tingkat Kepatuhan Mengikuti Kegiatan pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dengan kadar HbA1c Rahmi Syuadzah 2015 Cross sectional 52 Rekam Medik Pasien DM selama 24 bulan. Besar responden adalah 30 responden DM Tipe 2 oleh dokter keluarga kurang efektif dilihat dari tren kadar gula darah puasa, adanya peningkatan tren kadar HbA1c, dan kurangnya target terapi tercapai. Tingkat kepatuhan mengikuti pada pasien DM Tipe 2 dengan kadar HBA1C memliki hubungan bermakna (p=0,04) dengan kekuatan lemah (r=0,32) dan arah korelasi + (positif).