BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Irdes Hidayana Siregar dan Rita Juliani Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

siswa yang memilih menyukai pelajaran fisika, sedangkan 21 siswa lagi lebih memilih pelajaran lain seperti bahasa Indonesia dan olahraga, hal ini

Ratna Tanjung dan Raudhatul Kamal Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V Medan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2 siswa, diketahui kegiatan belajar mengajar fisika yang berlangsung dikelas hanya mencatat dan mengerjakan soal-soal, hal ini menyebabkan siswa kuran

PENERAPAN QUANTUM TEACHING DI SD TIMBUSENG MAKASSAR IBM QUANTUM TEACHING ON TIMBUSENG ELEMENTARY TEACHERS MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003),menyatakan: Manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

` 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan menurut Undang-undang tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. karakter suatu bangsa dibangun dari proses pendidikan. Dalam Undang-undang

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Model Quantum Teaching Terhadap Motivasi Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

yang identik dengan berhitung, dan membutuhkan kosentrasi lebih, serta menuntut begitu banyak pencapaian konsep sehingga terkesan sangat sulit, tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Manusia yang berkualitas memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peran yang sangat penting

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

I. PENDAHULUAN. Siswa sulit untuk mengaplikasikan hasil pembelajaran fisika dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga

PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga secara tidak langsung akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

I. PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas memerlukan sumber daya guru yang mampu dan siap

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh pola pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar para siswa di setiap jenjang pendidikan perlu diwujudkan agar diperoleh kualitas sumber daya manusia yang dapat menunjang pembangunan nasional suatu bangsa. Maju mundurnya pengembangan suatu bangsa di segala bidang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan bangsa itu sendiri, khususnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang memberi dampak positif bagi kehidupan manusia dan dunia pendidikan. Berdasarkan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Kualitas sumber daya manusia Indonesia masih kategori rendah jika dibandingkan dengan kualitas sumber daya manusia negara-negara di dunia. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011) waktu setempat, indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all di Indonesia menurun. Jika pada 2010 lalu Indonesia berada di peringkat 65, tahun 2011 merosot ke peringkat 69. http://edukasi.kompas.com/2011/03/02/indeks.pendidikan.indonesia.menurun. (diakses tanggal 13 januari 2014 )

2 Penguasaan fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi salah satu modal dasar dalam pengembangan berbagai bidang keahlian. Fisika sebagai ilmu bidang sains merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan alam sehingga dalam pembelajarannya diperlukan penyelidikan berupa percobaan terhadap pengetahuan tersebut. Proses pengembangan suatu bidang ilmu fisika diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung seperti laboratorium dengan peralatan dan alat-bahan percobaan fisika yang memadai, perpustakaan yang cukup untuk mengembangkan dasar berpikir siswa, dan penunjang pembelajaran lainnya di sekolah. Kondisi sampai sekarang, sebagian besar sekolah telah berbenah akan keperluan itu. Namun demikian, hasil belajar siswa dalam belajar fisika juga belum menunjukkan keberhasilan dan kepuasan. Hal ini sesuai dengan hasil studi pendahuluan (observasi) peneliti dengan melakukan wawancara kepada guru fisika kelas XI SMA Negeri 4 Binjai, Bapak Muslimin, diperoleh data hasil belajar fisika siswa yang pada umumnya masih rendah yaitu rata-rata 65 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang akan dicapai adalah 70. Sehingga dapat dikatakan nilai rata-rata siswa kurang mencapai kriteria yang diharapkan. Peneliti melakukan observasi pada tanggal 19 Desember 2013 dengan menyebarkan angket kepada siswa kelas XI SMA Negeri 4 Binjai. Hasil observasi dari 40 orang siswa yang diberi angket ternyata 75% (30 orang) siswa tidak menyukai pelajaran fisika karena menurut mereka pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit dipahami, mengerjakan soal tanpa memahami konsep yang sebenarnya dan jarang melakukan praktikum. Peneliti juga mengamati lokasi sekolah, dimana suasana ruangan kelas kurang di tata dengan baik dikarenakan di sekitar sekolah terdapat rel kereta yang mana menimbulkan kebisingan dan ketidaknyamanan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran yang digunakan sudah bervariasi tetapi pelaksanaannya belum maksimal sehingga kurang menarik minat siswa untuk belajar fisika. Apalagi ketika diberikan soal kebanyakan siswa tidak mengerti membaca soal dan menentukan rumus apa yang digunakan untuk menyelesaikan

3 soal-soal yang diberikan oleh guru. Hal ini yang pada akhirnya timbul persepsi negatif siswa terhadap pelajaran fisika. Siswa menginginkan guru mengajar dengan model pembelajaran yang lebih bervariasi sehingga siswa dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan dan mengasyikkan. Siswa juga mengharapkan suasana kelas yang lebih rileks dan tidak kaku supaya tercipta interaksi antara guru dan siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 33): Dalam proses pembelajaran ada 4 komponen penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan belajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek pembelajaran. Keempat komponen tersebut sangat penting dalam mempengaruhi proses pembelajaran. Sejalan dengan masalah diatas dalam proses belajar mengajar fisika pun diperlukan metode-metode baru yang inovatif dan menarik yang dapat membawa siswa kearah belajar yang lebih baik dan bersemangat tinggi supaya hasil belajar lebih optimal. Setelah mempelajari model pembelajaran, peneliti memperkirakan model pembelajaran Quantum Teaching mampu mengatasi masalah-masalah tersebut karena model pembelajaran Quantum Teaching berpengaruh terhadap emosional siswa yang dapat membuat siswa semakin semangat dalam belajardan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Bobbi Deporter (2011 ) menyatakan bahwa : Quantum Teaching menunjukkan kepada anda menjadi guru yang baik. Quantum Teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar mengajar lewat pemanduan unsur-unsur seni dan pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Model pembelajaran Quantum Teaching merancang suasana kelas yang menyenangkan, yang dapat meningkatkan aktifitas siswa, membuat pengajaran lebih melekat dan belajar optimis. Model pembelajaran Quantum Teaching terfokus pada hubungan yang dinamis dalam lingkungan kelas sehingga interaksi terjadi dapat mendirikan landasan dan kerangka untuk landasan. Quantum Teaching mempunyai kerangka rancangan berupa TANDUR (Tumbuhkan, Alami,Namai, Demonstrasi, Ulangi Dan Rayakan). Ada beberapa alasan mengapa

4 peneliti ini ingin menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching antara lain: 1. Sebagai variasi dalam belajar sehingga siswa tidak merasa jenuh dan termotivasi untuk belajar. 2. Deporter (2011 : 132) menyatakan Quantum Teaching memberi siswa kesempatan untuk berlatih dan menunjukkan apa yang mereka ketahui serta menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan mereka, sehingga siswa tidak hanya dituntut pada hafalan saja melainkan dituntut juga lebih banyak mengerti telah pelajaran yang disampaikan. 3. Deporter (2011 : 31) menyatakan Quantum Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang menguraikan tentang cara-cara baru yang mempermudah proses pembelajaran dan menekankan pada terciptanya suasana yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan mempunyai kemauan untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar. Penelitian mengenai pembelajaran Quantum Teaching ini telah diteliti oleh Anggun Wiguna (2009) bahwa adanya pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar siswa ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa yaitu 68,44 sedangkan nilai rata-rata dengan menngunakan konvensional 60,63 besarnya peningkatan hasil belajar mencapi 12,88 %, peneliti ini menggunakan empat komnukasi ampuh dalam melaksanakan proses pembelajaran agar dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar yakni munculkan kesan, arahkan fokus, inklusif (bersifat mengajak), dan spesifik (bersifat tepat sasaran). Peneliti terdahulu yang kedua yaitu : Sri Marlinawati Saragih (2010) bahwa adanya pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar siswa ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa yaitu 81,00 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional 70,57 besarnya peningkatan hasil belajar mencapai 13,88 %, peneliti menggunakan peta konsep untuk menyampaikan materi pelajaran yang diajarkan di dalam sebuah karton. Peneliti terdahulu yang ketiga yaitu : Lerman Parhehean Manik (2009) bahwa adanya pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar siswa yaitu 67,83 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional 57,17 besarnya peningkatan hasil belajar mencapai 18,64 %, peneliti ini melaksanakan aktivitas praktikum di dalam pembelajaran.

5 Peneliti terdahulu yang keempat yaitu : Jandri Saragih (2012) bahwa adanya pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar siswa yaitu 75,33 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional adalah 71,67 besarnya peningkatan mencapai 10,5 %, peneliti melaksanakan praktikum dan peta konsep. Adapun yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini dibandingkan dengan penelitian terdahulu adalah tempat penelitian, sampel penelitian dan materi yang akan dibawakan dalam penelitian, penelitian ini akan diadakan di SMA Negeri 4 Binjai kelas XI semester II T.P.2013/2014. Cara yang akan digunakan peneliti sekarang adalah melaksanakan praktikum di dalam proses pembelajaran, namun sebelum pelaksanan praktikum peneliti akan membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk membantu penelti didalam mengarahkan siswa untuk melaksanakan aktivitas kegiatan praktikum dan didalam pengorganisasian kelompok belajar setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang agar setiap siswa dapat bekerjasama dengan baik didalam melaksanakan diskusi. Perbedaan selanjutnya adalah peneliti sekarang akan membagikan bahan ajar kepada setiap kelompok supaya menambah ketertarikan siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Fluida Statis di Kelas XI Semester II di SMA Negeri 4 Binjai T.P 2013/2014 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka diidentifikasikan masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah : 1. Kurangnya praktikum atas teori yang di dapatkan karena fasilitas laboratorium belum digunakan secara maksimal. 2. Suasana ruangan kelas yang kurang di tata dengan baik.

6 3. Model pembelajaran yang digunakan sudah bervariasi tetapi pelaksanaannya belum maksimal. 4. Kondisi kelas yang kurang kondusif selama pembelajaran. 1.3 Batasan Masalah Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian yakni sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan di kelas XI SMA Negeri 4 Binjai Semester II Tahun pelajaran 2013/2014. 2. Menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching di kelas eksperimen. 3. Materi pembelajaran pada penelitian ini hanya dibatasi pada materi Fluida Statis. 4. Hasil belajar yang disertai pengamatan aktivitas. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching di kelas XI semester II di SMA Negeri 4 Binjai? 2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional di kelas XI semester II di SMA Negeri 4 Binjai? 3. Bagaimana aktivitas belajar siswa di kelas XI dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching? 4. Bagaimana aktivitas belajar siswa di kelas XI dengan menggunakan pembelajaran konvensional? 5. Apakah ada perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Fluida statis di kelas XI semester II SMA Negeri 4 Binjai?

7 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Quantum teaching terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Fluida statis kelas XI semester II SMA Negeri 4 Binjai. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Fluida statis kelas XI semester II SMA Negeri 4 Binjai. 3. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa kelas XI selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. 4. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa kelas XI selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional. 5. Untuk mengetahui perbedaan akibat pengaruh hasil belajar siswa di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching pada materi pokok Fluida Statis XI semester II SMA Negeri 4 Binjai. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian adalah : 1. Manfaat bagi siswa, model pengajaran yang dikembangkan ini diharapkan akan mampu : a. meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran b. belajar dalam suasana yang menyenangkan c. meningkatkan minat belajar siswa untuk bekerjasama. d. Membuat siswa tertarik belajar fisika. 2. Manfaat bagi Guru a. menambah wawasan guru untuk menerapkan model Quantum Teaching dalam Proses pembelajaran. b. sebagai umpan balik untuk mengetahui kesulitan siswa.

8 c. guru lebih terampil menggunakan model pembelajaran. 3. Manfaat bagi Peneliti a. memperoleh wawasan tentang pelaksanaan model Quantum Teaching yang berorientasi pada peningkatan hasil belajar siswa. b. memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru fisika siap melaksanakan tugas di lapangan. 1.7 Definisi Operasional 1. Model Quantum Teaching adalah pengubahan gaya belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Dan Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar, sehingga sangat mempermudah siswa dalam menerima materi pembelajaran 2. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.