BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center learning) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Tujuan pendidikan nasional yaitu Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan stoikiometri ini merupakan materi pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya efisiensinya berarti rendah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kurikulum merupakan ciri utama pendidikan disekolah, dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Menurut UU No. 20 Pasal 1 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ferri Wiryawan, 2013

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena melalui

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : Surabaya, 25 Pebruari 2012

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat diandalkan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI Nomor 20 Tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan. Tingkat Satuan Pendidikan 2006.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi output yang unggul dalam bidang kehidupan manusia. tujuan pendidikan negara tersebut telah tercapai. Tidak berbeda halnya

I. PENDAHULUAN. lembaga pendidikan di negara kita. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana. mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu memecahkan masalah (problem solving), penalaran dan bukti

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa. Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila (Kementerian Pendidikan Nasional, 2011). Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang diamanatkan dalam RPJPN, sesungguhnya hal yang dimaksud itu sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu pada Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010).

2 Dari fungsi dan tujuan pendidikan nasional di atas, terlihat jelas bahwa pendidikan bukan hanya membangun ranah kognitif yang berorientasi pada kemampuan berfikir dan kecerdasan saja tetapi juga membentuk ranah psikomotorik yang berkaitan dengan keterampilan (skill) serta membangun ranah afektif yang mencakup watak prilaku (karakter). Salah satu karakter yang penting untuk dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran adalah tanggung jawab. Menurut Waidi dalam Syafriani (2012), salah satu keberhasilan mendidik siswa adalah dengan cara memberinya tanggung jawab. Menurut Rahayuningsih (2013) pada pembelajaran kimia khususnya pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan sering ditemukan kesulitan siswa dalam memahami materi tersebut. Hal ini disebabkan karena pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa dituntut untuk memahami konsep kelarutan dan juga menghitung hasil kali kelarutan suatu senyawa. Sedangkan yang terjadi di lapangan, kebanyakan guru hanya menyajikan dengan metode ceramah sehingga siswa tidak tertarik untuk mendengarkan dan mempelajarinya sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar kimia siswa dan tidak terbentuknya karakter tanggung jawab pada siswa. Oleh sebab itu, diperlukan suatu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran kimia dikelas agar siswa lebih aktif dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Salah satu upaya untuk merubah kondisi tersebut adalah melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Problem Based Learning (CPBL). CPBL ini merupakan kombinasi Problem Based Learning (PBL) dengan Cooperative Learning (CL) untuk menekankan belajar dan pemecahan masalah secara koperatif. Menurut Yusof, dkk (2010), model pembelajaran Cooperative Problem Based Learning (CPBL) ini memberikan panduan langkah demi langkah bagi siswa untuk memecahkan masalah realistis yang membantu mereka mengontekstualisasikan konten baru yang mereka miliki untuk belajar. Menurut Suharta dan Luthan (2013), dalam model cooperative problem based learning, siswa dihadapkan pada permasalahan yang berkaitan dengan materi ajar yang harus diselesaikan secara kooperatif sehingga siswa akan aktif belajar. Akibatnya, aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam diri siswa

3 dapat berkembang. Penyelesaian masalah secara kooperatif dapat meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, membangun persahabatan dan menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri, mengembangkan ketrampilan sosial untuk memelihara hubungan saling membutuhkan, meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, etnis, kelas sosial, dan agama. Melalui penerapan model cooperative problem based learning dalam kegiatan pembelajaran, diharapkan rasa tanggung jawab siswa akan tumbuh. Adapun perilaku tanggung jawab siswa yang diharapkan dalam penelitian ini meliputi siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, menghormati aturan belajar (menjaga ketertiban kelas, tidak merusak buku/media yang digunakan), konsentrasi dalam belajar, berminat dalam belajar, mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan sungguh-sungguh dan tepat waktu, serta menjaga kebersihan lingkungan (Syafriani, 2012). Berdasarkan penelitian Suharta dan Luthan (2013), model CPBL dapat meningkatkan nilai rata-rata belajar siswa dari 45,56 menjadi 73,52. Selain itu terjadi peningkatan kreativitas dan demokrasi siswa sebesar 84,1% dan 86,4%. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Yusof, dkk (2010) tentang penerapan model CPBL dalam pembelajaran teknik mesin, hasilnya sebanyak 97% siswa memperoleh hasil belajar yang tinggi. Arnyana (2004) juga memperoleh bahwa penerapan model PBL dengan strategi kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar dan kecakapan berpikir kritis siswa SMA dalam pelajaran biologi. Demikian juga Hamid (2011) memperoleh hasil bahwa penerapan model PBL dengan strategi kooperatif tidak hanya meningkatkan prestasi belajar saja tetapi aktivitas belajar siswa juga dapat ditingkatkan secara optimal. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Cooperative Problem Based Learning Untuk Menumbuhkembangkan Tanggung Jawab Dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan.

4 1.2. Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah penerapan model cooperative problem based learning dan pengaruhnya untuk menumbuhkembangkan tanggung jawab dan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMA Negeri 8 Medan. 1.3. Batasan Masalah Agar penelitian ini dapat terjangkau oleh kemampuan peneliti, maka peneliti membatasi masalahnya yaitu pada: 1. Model yang digunakan adalah Cooperative Problem Based Learning. 2. Model pembanding yang digunakan adalah Cooperative Learning tipe Number Heads Together. 3. Hasil belajar siswa yang diukur adalah hasil belajar kognitif siswa melalui tes berupa pre-test dan post-test. 4. Pertumbuhan sikap tanggung jawab siswa diamati melalui lembar observasi indikator standar pengukuran karakter tanggung jawab. 5. Keterampilan atau psikomotorik siswa diamati melalui lembar observasi indikator standar pengukuran psikomotorik. 6. Materi yang diajarkan adalah Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. 7. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Medan. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan tumbuh kembangnya tanggung jawab siswa yang dibelajarkan dengan model Cooperative Problem Based Learning dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model Cooperative Learning tipe Number Heads Together?

5 2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan (psikomotorik) siswa yang dibelajarkan dengan model Cooperative Problem Based Learning dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model Cooperative Learning tipe Number Heads Together? 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Cooperative Problem Based dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model Cooperative Learning tipe Number Heads Together? 4. Berapa besar peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model Cooperative Problem Based Learning? 5. Berapa besar peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model Cooperative Learning tipe Number Heads Together? 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan tumbuh kembangnya tanggung jawab siswa yang dibelajarkan dengan model Cooperative Problem Based Learning dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model Cooperative Learning tipe Number Heads Together. 2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan keterampilan (psikomotorik) siswa yang dibelajarkan dengan model Cooperative Problem Based Learning dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model Cooperative Learning tipe Number Heads Together. 3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model Cooperative Problem Based Learning dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model Cooperative Learning tipe Number Heads Together.

6 4. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model Cooperative Problem Based Learning. 5. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model Cooperative Learning tipe Number Heads Together. 1.6. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti, merupakan suatu pengalaman yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan kimia di SMA/MA kelas XI Semester II. 2. Bagi Siswa Membentuk karakter mulia pada diri siswa dan meningkatkan pemahaman dan keterampilan melalui masalah yang harus diselesaikan secara koperatif dalam kegiatan pembelajaran. 3. Bagi Guru Memberikan masukan kepada guru dalam menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab siswa serta membentuk keterampilan (psikomotorik) selama proses pembelajaran. 4. Bagi Mahasiswa atau Peneliti Lanjut Sebagai sumbangsih pemikiran bagi peneliti lain yang ingin meneliti dan mengembangkan penelitian tentang model pembelajaran cooperative problem based learning serta sebagai referensi bagi peneliti dalam melakukan penelitian yang lebih lanjut. 1.7. Defenisi Operasional Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang diberikan kepada siswa kelas XI semester genap yang membahas tentang konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) serta hubungannya, pengaruh

7 ion senama dan hubungan ph terhadap Ksp, serta reaksi pengendapan (Sudarmo, 2006). 2. Model pembelajaran Cooperative Problem Based Learning (CPBL) merupakan penggabungan model pembelajaran problem based learning dengan model pembelajaran cooperative learning yang menekankan belajar berdasarkan pemberian masalah dan pemecahan masalah secara kooperatif (Suharta dan Luthan, 2013). 3. Model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) adalah model pembelajaran yang melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Tambunan dan Simanjuntak, 2012). 4. Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). 5. Keterampilan motorik (psikomotorik) adalah kemampuan serangkaian gerak jasmani antara koordinasi otak dengan tubuh dimana keterampilan (skill) ini terbentuk setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu (Suprijono, 2010). 6. Hasil belajar merupakan kemampuan atau tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti program belajar mengajar baik dari kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Hamalik, 2011).