BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
AKTIVITAS MEDIA RELATIONS HUMAS SETDA KOTA SALATIGA DALAM MEMBENTUK BERITA POSITIF

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Teknik Reportase dan Wawancara

BAB I PENDAHULUAN. hubungan baik dengan media atau sering juga disebut dengan media relations.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan itu sendiri, seperti acara workshop

Produksi Media PR AVI

Produksi Media PR AVI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. ruang publik, sebagai Public Service atau pelayanan publik. Hal ini tujuan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI STRATEGI MEDIA RELATIONS PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi fungsi public relations sangatlah berguna untuk

BAB I PENDAHULUAN. Humas Pemerintahan dan Humas Perusahaan. Humas Pemerintahan dan. satu peran yang berbeda dari kedua Humas tersebut adalah Humas

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. III, maka pada bab ini akan disimpulkan perbandingan pengamatan empiris

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Walikota Jakarta Barat memiliki fungsi Humas yaitu Suku Dinas

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggali suatu informasi yang aktual dan terpercaya, suatu instansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi berasal dari Bahasa inggris yaitu Communication dan

EVALUASI PUBLISITAS UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Humas memegang peranan penting dalam setiap organisasi, baik pada

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan membawa dampak yang signifikan bagi

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya komunikasi adalah unsur pokok dalam suatu organisasi karena

11 Media Relations. Manajemen Isu dan Manajemen Krisis. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM. Public Relations. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEHUMASAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

JENIS INFORMASI PUBLIK YANG DIBUTUHKAN KHALAYAK EKSTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Media relations merupakan bagian dari public relations eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi serta komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan manusia.

PEDOMAN UMUM HUBUNGAN MEDIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menangkal persepsi yang salah. Komunikasi yang berujung pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I. Pendahuluan. Siaran pers memiliki fungsi penting bagi setiap organisasi ataupun perusahaan

MARKETING PUBLIC RELATIONS

BAB 1 PENDAHULUAN. hal ini peranan media salah satunya ialah memenuhi informasi yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dianggap tidak memiliki peran penting dan bisa dibilang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan publik dan sebaliknya. Hubungan komunikasi sangat dibutuhkan guna

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia, maka kebutuhuhan jasa

BAB V PENUTUP. bisa dikatakan sangat nyata dan profesional. Berbagai aktivitas yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu publik eksternal public relations adalah media. Media memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan suatu aktifitas dasar manusia, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang, informasi

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MOTTO. (Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil, siapa yang bersabar akan. beruntung, siapa yang menapaki jalan-nya akan sampai ke tujuan)

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Bagian Humas dan Informasi Setda Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. dengan siapa saja yang menjalin kontak dengannya. adalah masyarakat luas, bukan segmen terbatas atau public tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

Publik Eksternal. Pertemuan 8-9

Buku ini diterbitkan atas kerjasama dengan Untirta Press

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejak awal kemerdekaan. Pesatnya perkembangan humas terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi, sehingga peran dan fungsinya semakin maksimal. perusahaan salah satunya melalui kegiatan media relations.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi harus berhubungan dengan pihak dari luar instansi pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. diberikan suatu pelatihan atau yang sering disebut Kuliah Kerja Media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam setiap kegiatan organisasi yang diselenggarakan dan

Standar Kompetensi Profesi Humas. Edited by: Sumartono, S.Sos., MSI

BAB I PENDAHULUAN. media. Media itu sendiri sebagai alat humas yang berguna dalam

Tiga Strategi Khas Humas

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kita, karena komunikasi mempunyai peranan penting bagi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media cetak dan elektronik dewasa ini sangat berkembang di dunia

BAB I PENDAHULUAN. atau sering disebut sebagai media baru, membuat seorang public relations harus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. itu seorang Public Relations membutuhkan sebuah sarana yang tepat, efektif dan

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN

HAND OUT PERKULIAHAN. Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Hubungan Internal dan Eksternal

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan citra organisasi yaitu Televisi Republik Indonesia ( TVRI).

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kompleks jelasnya media adalah pemain utama dalam komunikasi.

OPTIMALISASI PERAN HUMAS PERGURUAN TINGGI. Oleh: Lena Satlita. Salah satu agenda yang ramai dibicarakan dalam Rapat Koordinasi Nasional

BAB III PENYAJIAN DATA. yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, namun bukan angka-angka.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hotel adalah suatu badan usaha yang bergerak di bidang jasa akomodasi yang

BAB V PENUTUP. menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan-kesimpulan ini meliputi

BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. mempublikasikan setiap ada agenda yang diadakan oleh perusahaan.

PAGU ANGGARAN BIRO HUMAS DAN PROTOKOL TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan. melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.

BAB I PENDAHULUAN. memajukan perusahaan adalah untuk memperoleh citra positif dan. menjadi dua, yakni media eksternal dan media internal.

Membuat Press Release

BAB I PENDAHULUAN. pers menurut Ronald D. Smith adalah

PEMBENTUKAN CITRA TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA SEBAGAI TAMAN SENI DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Informasi telah menjadi suatu kebutuhan saat ini. Masyarakat tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. adalah media online seperti yang digunakan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Jepara.

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan akan berlangsung efektif apabila memiliki satu kesepahaman

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam

BAB I PENDAHULUAN. salah pengertian dalam penyampaian komunikasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Strategi komunikasi tidak hanya diartikan secara harafiah dalam bentuk

Standar Kompetensi Lulusan. Hubungan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat dalam satu dekade terakhir ini. Terutama teknologi komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. di rumah, dalam organisasi, perusahaan dan dimanapun manusia itu berada.

BAB 2 LANDASAN TEORI. komunikasi memiliki banyak arti yang berbeda-berbeda. Laswell yang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian berjudul Pelaksanaan Media Relations di Lembaga Pemerintahan Dari Sudut Pandang Praktisi Humas Kementerian dan Wartawan (Studi Kasus : Media relations di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam rangka sosialisasi program dan kebijakan kementerian) karya Elsya Yunita (2012), mahasiswa FISIP, UI, menjelaskan mengenai proses media relations yang terjadi di Kementerian Pendidikan dan Budaya. Media relations yang diteliti berfokus pada upaya suatu Kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam mensosialisasikan program dan kebijakan pemerintah. Penelitian ini mengungkap bahwa Kemendikbud melakukan sosialisasi program dan kebijakan kementerian dengan menggunakan beberapa saluran media yaitu media cetak, media elektronik, media luar ruang, media tatap muka, media kemitraan, pengumpulan dan pengolahan informasi pendidikan dan kebudayaan, dokumentasi foto / audiovisual dan pengembangan mutu SDM. Dari data hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa banyaknya kegiatan Kemendikbud dengan menggunakan saluran media ternyata belum diikuti dengan pemahaman humas Kemendikbud mengenai makna dan maksud media relations sehingga Humas Kemendikbud bisa dikatakan belum mampu menjalankan tugas sebagai perwakilan Kemendikbud terutama sebagai sumber informasi utama bagi wartawan di lingkungan Kemendikbud. Penelitian lain berjudul Strategi Media Relations Dalam Pemerintahan Daerah (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Media Relations Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kota Surakarta dalam Menjalin Hubungan dengan Media Untuk Meningkatkan Citra Positif di Masyarakat Kota Surakarta) yang disusun oleh Budi Prasetyo (2010), mahasiswa FISIP, UNS menjelaskan 7

mengenai hubungan yang terjalin antara Humas Pemerintah Kota Surakarta dengan media dalam upaya meningkatkan citra positif masyarakat. Media relations yang diteliti berfokus pada peningkatan citra Kota Surakarta melalui relasi dengan media massa dari berbagai media baik cetak maupun elektronik. Penelitian ini mengungkap proses strategi media relations yang dilakukan oleh Bagian Humas dan Protokol Pemkot Surakarta yaitu menggunakan media audio, media visual dan penggabungan kedua media tersebut yaitu audio-visual. Dari data hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa citra Kota Surakarta cukup kurang dan meski dapat mengakomodir kebutuhan wartawan terhadap informasi, namun pencitraan Humas dan Protokol kurang ada, yang ada hanyalah pencitraan Walikota. Pada penelitian kali ini dengan judul Peran Aktifitas Media relations Dalam Membentuk Berita Positif Di Media Cetak (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Bagian Humas Setda Kota Salatiga), yang menjadi fokus penelitian adalah bentuk dan macam aktifitas Humas Kota Salatiga dalam upaya membangun dan menjaga hubungan baik dengan jurnalis kontributor Kota Salatiga dan pada akhirnya dapat mengetahui peran aktfitas media relations yang dilakukan Humas Kota Salatiga dalam membentuk berita positif di media cetak khususnya media cetak yang memiliki halaman khusus untuk Kota Salatiga. Kedua penelitian terdahulu diatas memiliki persamaan yaitu sama-sama mencoba mengetahui bentuk media relations yang dilaksanakan bagian Humas Pemerintah. Sedangkan perbedaannya yaitu jika pada penelitian pertama mengacu pada pelaksanaan media relations untuk mensosialisasikan program dan kebijakan, penelitian kali ini berfokus pada peran pelaksanaan media relations dan jika penelitian kedua dilakukan untuk mengukur citra pemerintah melalui relasi dengan media massa, penelitian kali ini mencoba mengetahui proses dibalik pembentukan citra yaitu melalui pemberitaan di media cetak khususnya media cetak yang memiliki halaman khusus untuk berita tentang Kota Salatiga yang nantinya dapat menghasilkan data mengenai peran aktifitas media relations dalam membentuk berita positif di media cetak. 8

2.2 Teori Pendukung 2.2.1 Public Ralations / Hubungan Masyarakat Dalam buku berjudul Public Relations, Jefkins (2004:2) menyatakan definisi dari Public Relations bahwa Public Relations adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku untuk semua jenis organisasi, baik itu yang bersifat komersial maupun non komersial di sektor publik (pemerintah) maupun privat (pihak swasta). Sedangkan situs internet IPR seperti tertulis dalam buku berjudul Public Relations dalam Praktik (Gregory, 2005:14-15) mendefinisikan Public Relations berkaitan dengan reputasi hasil dari apa yang Anda lakukan, apa yang Anda katakana, dan apa yang orang lain katakana tentang Anda. Selanjutnya IPR menjelaskan : Public Relations adalah disiplin ilmu yang menangani reputasi, dengan tujuan memperoleh pemahaman, dukungan, dan mempengaruhi opini serta perilaku. Public Relations adalah usaha yang terencana dan berkesinambungan untuk membangun dan mempertahankan hubungan baik serta saling pengertian antara sebuah organisasi dengan publiknya. PR adalah sebagai jembatan antara perusahaan atau organisasi dengan publiknya, terutama tercapainya mutual understanding (saling pengertian) antara perusahaan dengan publiknya, begitu ungkapan dari Ardianto (2009:2) dalam bukunya berjudul Public Relations Praktis. Dalam buku ini, dituliskan pula oleh Ardianto bahwa praktek PR kini memunculkan berbagai macam-macam PR, antara lain PR Pemerintahan, PR Industri dan Bisnis, PR Sosial, PR Internasional yang mana pernyataan tersebut diadaptasi dari Kusumawati. 2.2.2 Public Relations Pemerintah / Hubungan Masyarakat Pemerintahan Dalam buku berjudul Public Relations Praktis tulisan Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si. disampaikan bahwa PR Pemerintahan pada dasarnya tidak bersifat politis, PR Pemerintahan dibentuk untuk mempublikasikan atau mempromosikan kebijakan-kebijakan Pemerintahan, memberi informasi secara teratur tentang kebijakan, rencana-rencana tentang peraturan dan perundang- 9

undangan, dan segala sesuatunya yang berpengaruh kepada kehidupan masyarakat. Betty Wahyu Nilla Sari dalam bukunya berjudul Humas Pemerintah (2012:73), mengutip pernyataan Rosady Ruslan menyatakan bahwa perbedaan pokok antara fungsi dan tugas humas yang terdapat di instansi pemerintah dengan nonpemerintah adalah tidak adanya unsur komersial walaupun humas pemerintah juga melakukan hal yang sama dalam kegiatan publikasi, promosi, dan periklanan. Masih dalam buku yang sama, Betty Wahyu Nilla Sari (2012:78) pada poin Tugas Pokok dan Fungsi menyatakan bahwa Humas instansi pemerintahan yang memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan humas pada umumnya, membutuhkan dasar hukum yang jelas dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Terlebih, efek dari kinerja humas instansi pemerintah sangat luas dan tidak terbatas kepada sekelompok publik tertentu. Selama ini, dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, humas di instansi pemerintah hanya berpedoman kepada surat keputusan menteri yaitu Surat Keputusan Menteri Penerangan Nomor 31 Tahun 1971 yang saat ini telah digantikan oleh Surat Keputusan Menteri Negara Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Nomor 03 A/SK/Meneg/1/2002. Kedua surat keputusan tersebut tidaklah jauh berbeda. SK Menpen No.31/1971 menyebutkan bahwa tugas dan fungsi Bakohumas (Badan Koordinasi Kehumasan), antara lain sebagai berikut (Ruslan dalam Nilla Sari, 2012:78): 1. Membantu menteri penerangan RI dalam menetapkan kebijaksanaan pembinaan hubungan yang lancer dan harmonis antara masyarakat dan pemerintah. 2. Mengadakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan kerja sama antara humas departemen dan lembaga pemerintah/negara 3. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan kehumasan sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah. 10

2.2.3 Media Relations Franks Jefkins (1992:98) dalam bukunya berjudul Public Relations menyampaian defisini hubungan pers (press relations) atau yang kini lebih dikenal dengan istilah media relations adalah usaha untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Dalam rangka menciptakan dan membina hubungan pers yang baik, diuraikan prinsip umum yang perlu diperhatikan oleh setiap praktisi humas (Jefkins, 1992:101) 1. Memahami dan melayani media 2. Membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya 3. Menyediakan salinan yang baik 4. Bekerjasama dalam penyediaan materi 5. Menyediakan fasilitas verifikasi 6. Membangun hubungan personal yang kokoh Secara sederhana, bila digambarkan arus komunikasi dalam praktik media relations itu akan muncul seperti berikut : Media Massa Organisasi < - - - - - - - - - - - Publik(-publik) Gambar 2.1 Arus Komunikasi dalam Media Relations Sumber : Yosal Iriantara (2005:31) Gambar tersebut mrenunjukkan, organisasi menyampaikan informasi, gagasan atau citra melalui media massa kepada publik. Sedangkan publik, bisa menyampaikan aspirasi, harapan, keinginan atau informasi melalui media massa pada organisasi. Namun publik juga bisa menyampaikan secara langsung melalui 11

saluran komunikasi yang tersedia antara publik dan organisasi. Saluran tersebut bisa berupa saluran komunikasi formal, seperti layanan bebas pulsa yang disediakan costumer service organisasi bisa juga melalui saluran informal melalui kontak komunikasi langsung dengan staf organisasi dalam kesempatan yang informal pula (Iriantara, 2005:32). Dengan demikian media relations bisa diartikan, merupakan bagian dari PR eksternal yang membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dengan publik untuk mencapai tujuan organisasi (Iriantara, 2005:32). Ada banyak cara yang bisa dijadikan alat untuk melakukan hubungan pers. Dengan kata lain, alat-alat yang biasa digunakan untuk mengkomunikasikan program, acara atau aktivitas kehumasan perusahaan. Beberapa diantaranya antara lain (Syaiffulah, 2004:16-25) : 1. Newsletter (majalah intern perusahaan) dan brosur 2. Acara Khusus 3. Press Tour 4. Laporan Tahunan 5. Pensponsoran 6. Poster 7. Iklan 8. Pengumpulan Uang 9. Seminar dan Program Latihan 10. Majalah Dinding 11. Pameran Selain itu, ada beberapa acara pers yang dapat dilakukan oleh praktisi Humas yaitu (Syaiffulah, 2004:25-31) : 1. Konferensi Pers (Press Conference) 2. Kunjungan Pers (Facility Visit) 3. Resepsi Pers (Press Reception) 12

2.2.4 Peran Media Relations Media relations menempati posisi penting dalam pekerjan seorang Public relations karena media massa menjadi penjaga gawang (gatekeepers) dan mengontrol informasi yang mengalir ke masyarakat dalam suatu sistem sosial (Darmastuti, 2012:40). Sudah sejak lama disadari bahwa pers memiliki peranan yang besar dalam kehidupan sebuah lembaga, terlebih bagi lembaga yang selalu haus akan pengakuan masyarakat. Bagi lembaga pemerintahan pun, untuk meningkatkan citra positif membutuhkan pula peranan media massa ini. Sebab sebuah keberhasilan tanpa diketahui masyarakat merupakan suatu kegiatan yang sia-sia (Abdullah, 2004: 5). Media relations hanyalah salah satu bagian dari public relations, namun bisa menjadi perangkat yang sangat penting dan efisien. Begitu kita bisa menyusun pesan yang bukan saja diterima, tetapi juga dipandang penting oleh media lokal, maka kita sudah membuat langkah besar menuju keberhasilan program kita (Barbara Averill dalam Iriantara 2005:28). 2.2.5 Berita Positif Berita adalah realitas simbolik, realitas yang terdiri dari kata-kata yang membentuk kalimat, yang tersusun sistematis, terstruktur (Mursito BM, 2013:81). Ada dua pokok mengenai perbedaan antara peristiwa dengan berita. Yang pertama, suatu peristiwa disebut berita hanya apabila dimuat atau disiarkan media. Suatu kejadian meskipun besar dan penting tidak akan pernah disebut berita tanpa ditulis di media massa. Kedua, berita merupakan hasil konstruksi. Membaca berita di media artinya membaca peristiwa yang telah dikonstruksi media. Dengan demikian, sesungguhnya pembaca tidak mempersepsi peristiwa melainkan mempersepsi berita tentang peristiwa (Mursito BM, 2013:82-83). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berita diartikan sebagai cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat; kabar; laporan; pemberitahuan; pengumuman. Sedangkan kata positif dalam KBBI memiliki beberapa arti yang antara lain bersifat nyata dan membangun; tidak 13

menyangkal (membantah, dsb); mengiakan; kalimat yang tidak mengandung kata sangkalan. Dari uraian mengenai definisi berita dan kata positif diatas, maka dapat disimpukan bahwa berita positif adalah laporan tentang suatu kejadian yang hangat, yang ditulis di media massa serta bersifat nyata dan membangun. Berita positif bisa juga dikatakan sebagai berita baik. Baik dalam KBBI memiliki arti selayaknya, sepatutnya dan berguna. Jika ada berita baik, maka dikenal pula berita buruk dimana konsep berita buruk menurut salah satu staf sub-bagian Analisis Kemitraan Media (AKM) Humas Setda Kota Salatiga, Lukman Fahmi S.H.I, yang diungkapkan saat proses wawancara yang tentunya sehubungan dengan hal-hal mengenai pemerintahan adalah berita yang menyebabkan pandangan buruk atau menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Sehingga berita positif atau berita baik bagi pemerintahan, jika dilandasi dengan konsep berita buruk diatas dapat diartikan sebagai berita yang menyebabkan pandangan baik atau meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Dalam jurnal berjudul The Effect of Disclosures by Management, Analysts, and Business Press on Cost of Capital, Return Volatility, and Analyst Forecasts: A Study Using Content Analysis, diungkapkan bahwa setiap perusahaan selalu berupaya memberikan informasi dan berita positif kepada jurnalis lebih banyak daripada kepada pihak lain. 2.2.6 Citra Positif Citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu (Sutisna dalam Suwandi, 2011). Terdapat 3 hal penting dalam citra yaitu: kesan obyek, proses terbentuknya citra, dan sumber terpercaya. Obyek meliputi individu maupun perusahaan yang terdiri dari sekelompok orang didalamnya. Citra dapat terbentuk dengan memproses informasi yang tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan citra pada obyek dari adanya penerimaan informasi setiap waktu (Suwandi, 2011). 14

Menurut Rhenald Kasali (2003:30)., citra perusahaan yang baik dimaksudkan agar perusahaan dapat tetap hidup dan orang-orang di dalamnya terus menembangkan kreativitas bahkan memberikan manfaat yang lebih berarti bagi orang lain 2.2.7 Media Massa Media massa adalah alat yang digunakan untuk penyampaian pesan dari sumber kepada penerima (khalayak) dengan menggunakan alat alat komunikasi mekanis yaitu seperti surat kabar, film, radio, tv dan internet. Adapun ciri khasnya adalah bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, bersifat satu arah, meluas dan serempak, memakai peralatan teknis atau mekanis, bersifat terbuka (Cangara 2003:134). 2.2.8 Media Cetak Menurut Abdullah, dalam bukunya berjudul Press Relations (2004: 9), media massa yang dikenal saat ini adalah media cetak, terdiri dari surat kabar, tabloid, majalah dan media elektronik,terdiri dari radio siaran dan televisi siaran. Media cetak ini akan menjadi mitra kita sebagai praktisi public relations (PR). Kepada merekalah kita akan mengirimkan siaran pers atau mengundang jumpa pers (Abdullah, 2004 : 10). Media cetak bisa dibedakan dari berbagai segi. Bisa dilihat format dan ukurannya. Berikut ini adalah jenis media cetak berdasarkan formatnya yaitu (Abdullah, 2004 : 11-13) : 1. Format Broadsheet Media cetak berukuran surat kabar umum yang berukuran setengah ukuran plano. Di Indonesia hampir seluruh koran berukuran sama karena kertas yang digunakan ukurannya sudah standar. 2. Format Tabloid Format tabloid berukutan setengah dari format broadsheet 15

3. Format Majalah Format majalah setengah dari ukuran tabloid atau seperempat ukuran broadsheet. 4. Format Buku Format buku ini setengah dari halaman majalah atau kira-kira seperdelapan format broadsheet. Hingga kini, belum ada format lain yang lebih kecil dari format buku ini. Secara garis besar, isi media cetak terdiri dari fakta dan opini. Fakta adalah sesuatu yang bisa dilihat, diraba dan dirasakan oleh setiap orang. Oleh karena itu laporan faktual adalah laporan wartawan dari lapangan berdasarkan sesuatu yang dilihatnya atau kesaksian orang lain. Jadi, laporan yang dibawa merupakan peristiwa yang betul-betul terjadi. Isi media cetak berdasarkan fakta adalah berita. Berita bisa berupa berita tertulis, bisa pula berbentuk rekaman gambar foto sehingga menjadi sebuah foto berita. Karena memaparkan apa adanya, laporan faktual biasanya bersifat objektif. Sedangkan opini memiliki arti pendapat atau pandangan tentang sesuatu. Karena itu, opini bersifat subjektif karena pandangan atau penilaian seseorang dengan yang lainnya selalu berbeda. Jadi, kendati faktanya sama, namun ketika orang beropini, antara orang yang satu dengan yang lainnya memperlihatkan adanya perbedaan. Opini dalam media cetak biasanya ditemukan artikel, tajuk rencana, karikatur, pojok, dan surat pembaca. 2.3 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian dibuat untuk membantu memudahkan peneliti dalam mencari dan mengumpulkan data penelitian hingga mendapatkan hasil dan kesimpulan dari penelitian itu sendiri. Kerangka penelitian pada penelitian ini dibuat dalam bentuk bagan agar dapat lebih mudah dipahami dan dapat memberi gambaran alur berpikir peneliti dengan lebih jelas. Kerangaka penelitian pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut : 16

Gambar 2.2 Kerangka Penelitian Gambar 2.2 diatas menjelaskan mengenai alur pemikiran yang dilakukan dalam penelitian kali ini. Dengan mengacu pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peran aktifitas media relations Humas Setda Kota Salatiga dalam pembentukan berita positif di media cetak, maka yang diperlukan adalah mengetahui apa saja aktifitas Humas yang melibatkan media atau dengan kata lain bisa disebut dengan aktifitas media relations Humas. Media cetak yang dimaksud adalah media cetak surat kabar yang memiliki halaman khusus untuk berita tentang Kota Salatiga. Pemilihan media cetak surat kabar didasari dengan alasan bahwa berita-berita tentang Kota Salatiga dapat dilihat secara lebih jelas pada media cetak surat kabar. Kejelasan itu didasarkan pada kemudahan mendapatkan berita dan telah dilaksanakannya analisis media bagi berita-berita Kota Salatiga yang telah dimuat di media cetak surat kabar selama bulan Mei-September 2014. Penelitian dimulai dengan mencari tahu bentuk aktifitas yang dilakukan Humas baik aktifitas yang secara khusus diperuntukkan bagi jurnalis media cetak kontributor Kota Salatiga maupun aktifitas humas yang melibatkan media dalam kelangsungannya. Selain itu, peneliti juga mencoba memahami keterkaitan dan kerjasama antara Humas Setda Kota Salatiga dan jurnalis media kontributor Kota 17

Salatiga dalam mendukung seluruh kegiatan baik kegiatan pemerintah maupun kegiatan kemasyarakatan. Setelah peneliti mengetahui aktifitas media relations yang dilakukan Humas dan ditujukan pada media melalui jurnalisnya yang merupakan kontributor Kota Salatiga, keterkaitan serta kerjasama Humas dan media dalam mendukung kegiatan pemerintah juga di masyarakat, maka pada akhirnya data penelitian digunakan untuk mengetahui bagaimana peran media relations Humas dalam membentuk berita positif di media cetak. 18