23 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kabupaten Garut merupakan wilayah yang dinamis, seiring dengan bertambahnya waktu, berbagai dinamika terus berlangsung, baik yang diharapkan maupun yang tidak sehingga perubahan terjadi pada semua sektor. Wilayah Kabupaten Garut secara geografis terletak di Jawa Barat Selatan, meliputi areal seluas 3.066,88 km 2, terdiri atas 42 kecamatan, 403 desa, dan 21 kelurahan, masing-masing mempunyai ciri khusus dalam potensi wilayah baik dari segi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut, 2013). Kabupaten Garut terletak pada posisi 6 0 57 34 LS - 7 0 44 57 LS dan 107 0 24 3 BT - 108 0 24 34 BT. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tertinggi 1.244 m dpl dan terendah 7 m dpl dengan pegunungan, dataran rendah dan pantai, dibedakan ke dala m iklim Am, Af, dan Cw. Secara administratif Kabupaten Garut terdapat di Wilayah Propinsi Jawa Barat dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Garut 2013). Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebalah Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang : Kabupaten Tasikmalaya : Samudera Hindia : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur Suhu udara di Kabupaten Garut berkisar antara 24 0 27 0 C, sebagian besar wilayah bagian utara Kabupaten Garut berupa dataran dan cekungan dan bagian
24 selatan terdiri atas daratan dan hamparan pesisir pantai dengan garis pantai sepanjang 80 Km. Kabupaten Garut merupakan wilayah asal Domba Garut dan dikenal juga sebagai penghasil bibit Domba Garut unggulan, di wilayah ini banyak ditemukan bibit-bibit Domba Garut unggulan. Para peternak di Kabupaten Garut sering menjual bibit Domba Garut miliknya kepada para penggemar Domba Garut yang ada di wilayah Jawa Barat. 4.1.2 Keadaan Umum Kecamatan Leles Kecamatan Leles merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaen Garut, luas wilayah Kecamatan Leles adalah 65,24 Km 2 terdiri atas 12 desa, dengan luas desa terbesar adalah Desa Dano yaitu 17,15 Km 2, sedangkan yang terkecil adalah Desa Salamnunggal yaitu 0,58 Km 2. Kecamatan Leles berbatasan secara administratif dengan Kecamatan Kadungora di sebelah utara, Kecamatan Banyuresmi di sebelah selatan, Kecamatan Cipaku dan Kabupaten Bandung di sebelah barat dan Kecamatan Leuwigoong di sebelah timur. Jarak dari Kecamatan Leles ke Ibukota Kabupaten, yaitu sepanjang 12 Km yang dapat ditempuh selama 15 menit perjalanan, sedangkan jarak ke Ibukota Provinsi sejauh 50 km. Kecamatan Leles memiliki jalan darat yang tergolong sebagai jalan provinsi sepanjang 11 Km dan jalan kabupaten sepanjang 7 Km, jika dilihat dari permukaan jalan untuk jalan diaspal terdapat sepanjang 39 Km, jalan diperkeras sepanjang 20 Km dan jalan tanah sepanjang 43 Km (Priatna, 2003). 4.1.3 Keadaan Umum Desa Dano Desa Dano merupakan salah satu desa dari 12 Desa di Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Desa Dano merupakan desa terluas di Kecamatan Leles dengan
25 luas 17,15 Km 2. Desa Dano terletak pada lintang selatan 07 o 06 15,1 dan bujur timur 107 o 51 10,8. Desa Dano mempunyai iklim 7 (tujuh) bulan basah dan 5 (lima) bulan kering dengan curah hujan rata rata 1100 Mm/bulan, jenis tanah Andosol / Latosol, suhu rata rata 24,27 0 C dengan ketinggian dari permukaan laut 1.149 mdpl. Desa Dano merupakan salah satu desa di Kecamatan Leles yang mayoritas mata pencaharian penduduknya di bidang pertanian dan peternakan, hal tersebut dikarenakan potensi sumber daya alam di wilayah Desa Dano sangat cocok untuk digunakan sebagai lahan pertanian dan peternakan. Kondisi bentangan wilayah di Desa Dano merupakan wilayah dataran tinggi/pegunungan yang berbukit bukit dan merupakan kawasan hutan yang memiliki potensi wisata. Kondisi jalan transportasi ke Desa Dano cukup terjal sehingga memakan waktu yang cukup lama untuk sampai ke Desa Dano, namun Tahun 2017 awal jalan transportasi ke Desa Dano dilakukan perbaikan jalan sehingga waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Desa Dano lebih cepat dan aman. Jarak ke ibukota kecamatan yaitu 12,3 km, lama jarak tempuh ke kecamatan 30 menit, jarak ke kabupaten yaitu 27,3 km, sedangkan jarak ke provinsi yaitu 72,3 km. Desa Dano memiliki potensi untuk dijadikan lokasi pengembangan peternakan karena memiliki wilayah yang cukup luas untuk dimanfaatkan sebagai lahan hijauan makanan ternak serta dijadikan sentra budidaya Domba Garut. 4.1.4 Kelompok Ternak Lembur Sauyunan Kelompok Ternak Lembur Sauyunan merupakan salah satu kegiatan usaha swadaya masyarakat di Kampung Soreang RT 03 RW 03 Desa Dano Kecamatan Leles Kabupaten Garut yang berdiri pada Tahun 2010, Kelompok ini hadir
26 berdasarkan peluang potensi sumber daya ternak yang besar dan luas, kemampuan dalam melaksanakan, dan permintaan pasar terhadap hasil ternak terus meningkat. Kelompok Ternak Lembur Sauyunan ini tergerak untuk mendirikan kelompok dalam rangka melaksanakan kegiatan usaha ternak Domba Garut secara mandiri dalam naungan organisasi untuk menciptakan kreativitas usaha yang diharapkan ke depan menjadi sumber mata pencaharian guna menunjang kehidupan keluarga dan memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pengembangan usaha milik Desa Dano yang dikelola oleh kelompok kelompok yang berada di Desa Dano. Seiring dengan perkembangannya Kelompok Tani Lembur Sauyunan ini mulai mendapat perhatian lebih dari pemerintah, khususnya dari Dinas Peternakan dan Bupati Kabupaten Garut, terlebih Kelompok Tani Lembur Sauyunan ini bergerak di sektor pembibitan Domba Garut. Hal tersebut menjadikan pemerintah setempat melakukan pengajuan ke pemerintah pusat khususnya Kementerian Pertanian Republik Indonesia supaya Desa Dano Kecamatan Leles Kabupaten Garut diajukan menjadi Wilayah Sumber Bibit Domba Garut. Hasil wawancara dengan anggota Kelompok Tani Lembur Sauyunan, kelompok ini mendapat bantuan dari pemerintah, yaitu penyediaan bibit Domba Garut betina dewasa 100 ekor dan 20 ekor Domba Garut jantan pada Tahun 2015. Bantuan dari pemerintah daerah berupa kandang untuk Domba Garut betina dan kandang Domba Garut jantan hasil bantuan dari pemerintah pusat.
27 4.2 Sifat-Sifat Kualitatif Domba Garut Jantan 4.2.1 Persentase Bentuk Tanduk Domba Garut Jantan Hasil penelitian mengenai identifikasi bentuk tanduk Domba Garut jantan di Kelompok Tani Lembur Sauyunan Desa Dano Kecamatan Leles Kabupaten Garut yang berumur lebih dari 1,5 tahun ke atas terdapat 11 ekor, setelah dilakukan perhitungan statistik diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Bentuk Tanduk Domba Garut Jantan di Kelompok Ternak Lembur Sauyunan No Bentuk Tanduk Jumlah Frekuensi Sifat ekor.%. 1 Gayor 9 81,82 2 Golong tambang 1 9,09 3 Ngabendo 1 9,09 Tabel 4 mengungkapkan bahwa bentuk tanduk yang paling banyak di Kelompok Tani Lembur Sauyunan adalah gayor sebanyak 9 ekor (81,82%), sedangkan golong tambang dan ngabendo masing-masing sebanyak 1 ekor (9,09%), dari jumlah data Domba Garut jantan yang diidentifikasi sebanyak 11 ekor. Berdasarkan hasil wawancara dengan para peternak Domba Garut di Desa Dano terutama peternak yang memelihara domba tangkas, mereka berpendapat bahwa bentuk tanduk gayor lebih disukai oleh para peternak domba tangkas di Kecamatan Leles khususnya di Desa Dano, selain itu menurut para peternak bentuk tanduk gayor ini terlihat lebih gagah dan terlihat kasep. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Heriyadi dan Nurmeidiansyah (2013) yang menyatakan bahwa hasil sertifikasi Mutu Bibit Domba Garut Tahap VII dan VIII yang dilakukan di Kabupaten Garut menunjukan bahwa bentuk tanduk gayor adalah bentuk tanduk yang paling banyak dijumpai.
28 4.2.2 Persentase Warna Bulu Domba Garut Jantan Hasil penelitian mengenai identifikasi warna bulu Domba Garut jantan di Kelompok Tani Lembur Sauyunan Desa Dano Kecamatan Leles Kabupaten Garut yang berumur lebih dari 1,5 tahun ke atas terdapat 11 ekor, setelah dilakukan perhitungan statistik diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Warna Bulu Domba Garut Jantan di Kelompok Ternak Lembur Sauyunan No Warna Bulu Jumlah Frekuensi Sifat ekor.%. 1 Dominan Putih 9 81,82 2 Dominan Hitam 1 9,09 3 Putih 1 9,09 Berdasarkan Tabel 5, terungkap bahwa warna bulu dominan putih merupakan warna bulu Domba Garut yang terbanyak, yaitu sejumlah 9 ekor (81,82%), dominan hitam dan warna putih polos masing-masing 1 ekor (9,09%) dari jumlah data Domba Garut jantan yang diidentifikasi sebanyak 11 ekor. Tingginya warna bulu dominan putih di kalangan peternak Domba Garut di Desa Dano, karena para peternak di daerah tersebut memiliki preferensi yang tinggi terhadap warna bulu dominan putih dan nilai ekonomi domba tersebut, menurut para peternak warna bulu dominan putih lebih disukai di kalangan para peternak serta memiliki peluang pasar yang baik untuk dijual di bulan-bulan biasa dan Hari Raya Idul Adha. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Heriyadi (2005), yang melaporkan bahwa sebagian peternak Domba Garut tipe tangkas memiliki anggapan bahwa Domba Garut yang memiliki warna bulu hitam polos, mempunyai kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan warna putih, di samping itu peternak percaya bahwa warna hitam polos lebih mudah dijual, serta memilki nilai jual yang lebih baik
29 dibandingkan motif atau warna bulu yang lain, bahkan kadang kadang ada konsumen yang mencari warna hitam polos untuk keperluan acara ritual tertentu dan berani membeli dengan harga yang sangat tinggi. Perbedaan keadaan di lapangan dengan pendapat dari penelitian terdahulu membuktikan adanya pergeseran preferensi atau tingkat kesukaan peternak terhadap warna bulu yang disukai. Tingginya warna bulu dominan putih yang muncul di Kelompok Ternak Lembur Sauyunan ini membuktikan bahwa warna bulu dominan putih lebih diminati atau disukai dikalangan peternak Domba Garut di Desa Dano khususnya di Kelompok Ternak Lembur Sauyunan. Adanya pergeseran tersebut diduga akan mengakibatkan pergeseran jumlah populasi Domba Garut dengan warna bulu dominan putih akan lebih banyak bila dibandingkan dengan Domba Garut yang mempunyai warna bulu dominan hitam, sehingga kemungkinan munculnya Domba Garut yang mempunyai warna bulu dominan putih lebih besar dari pada Domba Garut dengan warna bulu dominan hitam. Berdasarkan hasil wawancara dengan para peternak Domba Garut di Desa Dano terutama peternak yang memelihara domba tangkas, banyak domba tangkas yang berasal dari Kecamatan Leles yang sering menjadi juara dalam beberapa ajang kontes SKDG, salah satunya domba bernama Kansas yang mempunyai warna bulu dominan putih sehingga besar kemungkinan keturunan-keturunannya pun memiliki warna bulu dominan putih, beberapa keturunannya yang berwarna putih dan sekarang menjadi pejantan yang diminati adalah domba bernama Paris dan Koropok. Hal tersebut diduga merubah tren di kalangan peternak Domba Garut tipe tangkas khususnya di daerah tersebut yang umumnya dulu
30 menyukai warna bulu hitam atau dominan hitam berpindah menjadi lebih menyukai warna bulu putih atau dominan putih. 4.2.3 Persentase Motif Bulu Domba Garut Jantan Hasil penelitian mengenai identifikasi motif bulu Domba Garut jantan di Kelompok Tani Lembur Sauyunan Desan Dano Kecamatan Leles Kabupaten Garut yang berumur lebih dari 1,5 tahun ke atas terdapat 11 ekor, setelah dilakukan perhitungan statistik diperoleh hasil yang disajikan pada Table 6. Tabel 6. Motif Bulu Domba Garut Jantan di Kelompok Ternak Lembur Sauyunan No Motif Bulu Jumlah Frekuensi Sifat ekor.%. 1 Belang Sapi 4 36,36 2 Cebak 3 27,27 3 Pelong 3 27,27 4 Baralak 1 9,09 Berdasarkan Tabel 6, terungkap bahwa lima motif bulu Domba Garut yang muncul di Kelompok Tani Lembur Sauyunan adalah belang sapi 4 ekor (36,36%), diurutan kedua cebak 3 ekor (27,27%), diurutan ketiga pelong 3 ekor (27,27%), diurutan keempat baralak 1 ekor (9,09%) dari jumlah data Domba Garut jantan yang diidentifikasi sebanyak 11 ekor. Berdasarkan tabel di atas munculnya beberapa motif bulu di lapangan yang membuktikan bahwa preferensi peternak terhadap motif bulu sangat beragam. Tingkat kesukaan para peternak terhadap motif bulu pun bisa dipengaruhi oleh tren pada saat itu dan pada umumnya dipengaruhi oleh selera masing-masing peternak. Berbeda dengan data yang diperoleh dari Tabel 4 dan Tabel 5 yang menunjukan parameter bentuk tanduk dan warna bulu dengan persentase terbesar di atas 50%, sedangkan untuk motif bulu persentase terbesar di bawah 50%, hal
31 ini membuktikan bahwa preferensi peternak terhadap motif bulu ini lebih variatif dibandingkan bentuk tanduk dan warna bulu. Tingginya motif bulu belang sapi dikalangan para peternak Domba Garut di Kelompok Tani Lembur Sauyunan sejalan dengan hasil penelitian Heriyadi dan Surya pada Tahun 2004, yang menyatakan bahwa hasil Sertifikasi Mutu Bibit Domba Garut Tahap II, motif bulu belang sapi adalah motif bulu yang paling banyak dijumpai.