BAB I PENDAHULUAN. pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak agar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. perhatian; motivasi; keaktifan siswa; mengalami sendiri; pengulangan; materi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan memiliki keahlian menurut bidangnya masing-masing. menuju pendewasaan dan kematangan dalam berfikir dan bertindak.

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam adalah pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman dan kemampuan yang memadai baik secara konseptual maupun

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran peserta didik untuk meningkatkan mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar dipandang masih belum efektif. Indikasi kearah sana

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Secara ideal seorang guru semestinya memiliki kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengambil peran sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang. tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI. Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. baru serta teori baru kedalam kurikulum sekolah. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nazili Saleh Ahmad, Pendidikan dan Masyarakat, Sabda Media,Yogyakarta, 2011, hlm. v.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia cerdas pasti tidak ingin mengalami kegagalan dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara formal pendidikan yang diselenggarakan disekolah biasa

BAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. maksimal, hendaknya guru mempunyai kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tingkah laku tersebut, seorang siswa dituntut untuk mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN. prilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik baik pada aspek kognitif, aspek

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan suatu. aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB II KAJIAN TEORI. strategi pembelajaran itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORI. aspek organism atau pribadi. 1. interaksi dengan lingkungan. 2. interaksi dengan lingkungan. 3

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangannya. 1 Allah berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 54.

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif.

BAB I PENDAHULUAN. dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu dan cakap. 1 Berhasil tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. adanya pendidikan menjadikan kualitas hidup menjadi lebih baik dan bernilai,

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB II PEMBELAJARAN DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup. terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

BAB I PENDAHULUAN. kompleks sehingga sulit dipelajari dengan tuntas. Oleh sebab itu masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sistem hukum yang tidak tebang pilih, pengayoman dan perlindungan keamanan, dan hak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Karena dengan adanya pendidikan kita dapat membentuk kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat dan kebudayaan sekitar kita. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya istilah pendidikan atau pedagogik dapat diartikan sebagai bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak agar menjadi dewasa. 1 Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandangan hidup masing-masing pendidik atau lembaga pendidikan. 2 Tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali adalah sebagai berikut: 1. Mendekatkan diri kepada Allah, yang wujudnya adalah kemampuan dan dengan kesadaran diri melaksanakan ibadah wajib dan sunnah. 2. Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia. 3. Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya. 4. Membentuk manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela. 1 Hasbullah, 1999, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 1 2 Nur Uhbiyati, 1997, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, h. 12

5. Mengembangkan sifat-sifat manusia yang utama, sehingga menjadi manusia yang manusiawi. 3 Pendidikan dapat diperoleh di mana saja seperti di rumah, lingkungan sekitar maupun sekolah. Pada masa sekarang ini sekolah merupakan sarana pendidikan yang dapat mengantarkan manusia untuk mencapai tujuan pendidikan yang ada di atas. Hal ini dikarenakan sekolah merupakan lembaga resmi pemerintah yang sudah ditentukan kurikulum serta pendidikan sesuai dengan jenjangnya. Sekolah memberikan kemudahan bagi orang-orang untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat. Di sekolah siswa diberikan pembelajaran mengenai ilmu pengetahuan yang tak bisa di dapat di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa, hasil belajar di pengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal) diri siswa. Menurut Suryabrata yang termasuk internal adalah faktor fisiologis misalnya kecerdasan, motivasi, prestasi, hasil belajar, dan kemampuan kognitif, sedangkan yang termasuk eksteren adalah faktor lingkungan dan instrumental misalnya guru, kurikulum dan model pembelajaran. 4 Sebagaimana dikemukakan UNESCO ada empat pilar hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh pendidikan, yaitu: learning to know, learning to be, learning to life together, learning to do. Bloom (1956) menyebutnya dengan tiga ranah hasil belajar, yaitu: kognitif, 3 Alfiah, 2010, Hadis Tarbawiy, Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press, h. 132 4 Sumardi Suryabrata, 1998, Psikologi Pendidikan, Materi Pendidikan Bimbingan Konseling di Perguruan Tinggi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 26

afektif, dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Blomm menyebutkan enam tingkatan yaitu: 1. Pengetahuan, 2. Pemahaman, 3. Pengertian, 4. Aplikasi, 5. Analisis, 6. Sintesis. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar. 5 Hasil belajar yang telah diperoleh oleh siswa perlu dimantapkan agar tercipta penguasaan tuntas. Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulang dan melatih hal-hal yang telah dipelajari oleh mereka. 6 Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal peranan guru dalam menyajikan pelajaran sangat menentukan. Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dikuasai oleh pendidik, karena keberhasilan proses belajar mengajar banyak bergantung pada cara mengajar yang dilakukan guru. Oleh sebab itu tidak ada satupun kegiatan pembelajaran yang tidak menggunakan metode pengajaran. Tujuan diadakannya metode yaitu untuk menjadikan proses dan hasil belajar mengajar dapat bermanfaat dan berhasil serta dapat menimbulkan kesadaran siswa untuk memotivasi serta menimbulkan gairah belajar siswa. 7 Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa guru sangat berperan penting dalam keberhasilan belajar siswa. Penggunaan metode pembelajaran 5 Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran, 2011, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, h. 140 6 Oemar Hamalik, 2009, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA, Bandung: SinarBaru Algesindo, h. 18 7 Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, h. 167

yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai akan mempengaruhi hasil dari tujuan tersebut. Metode pembelajaran itu sangat banyak, diantaranya metode ceramah, tanya jawab, metode latihan, metode demonstrasi, dan metode kerja kelompok. Sebagai pendidik dalam melaksanakan tugasnya guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan serta bijak memilih dan menggunakan metode mengajar. Guru dituntut untuk mempertimbangkan beberapa faktor sebelum penerapan metode dilaksanakan di antaranya yaitu: 1. Tujuan yang berbeda-beda dari masing-masing bidang studi. 2. Perbedaan latar belakang dan kemampuan masing-masing anak didik. 3. Perbedaan orientasi, sifat dan kepribadian serta kemampuan masingmasing guru. 4. Faktor situasi dan kondisi, di mana proses pendidikan dan pengajaran berlangsung. 5. Tersedianya fasilitas pengajaran yang berbeda-beda, baik secara kuantitas maupun secara kualitasnya. 8 6. Tujuan yang hendak dicapai, pada setiap mata pelajaran tertentu biasanya memiliki tujuan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. 7. Kemampuan guru, efektif tidaknya suatu metode juga sangat dipengaruhi pada kemampuan guru menggunakannya, disamping kepribadian guru memang cukup dominan pengaruhnya. 8. Anak didik, dalam menetapkan dan memilih suatu metode mengajar hendaknya sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan, dan perhatian masingmasing anak didik di dalam kelas. 9. Situasi dan kondisi pengajaran di mana berlangsung, kondisi dan situasi saat dimana berlangsungnya pengajaran hendaknya juga diperhatikan dan dipertimbangkan di dalam pemilihan metode mengajar. 9 8 Tayar Yusuf, Syaiful Anwar, 1997, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, h. 5 9 Ibid., h. 9

Penerapan metode disesuaikan dengan bahan ajar, kondisi siswa serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat tercapai secara efektif dan efisien. Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh dari kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. 10 Mulyasa juga mengatakan bahwa Hasil belajar bergantung pada cara-cara belajar yang dipergunakan. Oleh karena itu, dengan mempergunakan cara belajar yang efisien akan meningkatkan hasil belajar yang memuaskan. 11 Dari kedua pendapat di atas, peneliti sependapat dengan Mulyasa bahwasanya hasil belajar itu bergantung pada cara-cara belajar yang dipergunakan. Maksudnya, hasil belajar itu akan tercapai dengan baik apabila cara mengajar dan cara belajar yang dilakukan siswa sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Di sekolah guru berperanan sebagai perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan pengelola hasil pembelajaran siswa. Dalam proses pembelajaran guru juga harus senantiasa mengevaluasi kegiatan yang dilakukan oleh siswa setelah menyampaikan materi pelajaran baik itu melalui tes tertulis maupun lisan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi-materi yang telah dipelajari. Karena tujuan akhir h. 15 10 Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 11 Mulyasa, 2005, Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Rosdakarya, h. 195

dari proses belajar mengajar adalah hasil belajar atau perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik. Berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sinaboi Kabupaten Rokan Hilir pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam maka penulis menemukan gejala-gejala sebagai berikut : 1. Masih terlihat penerapan metode pembelajaran yang kurang memperhatikan aspek kesiswaan. 2. Masih ada keterbatasan fasilitas dan media pembelajaran yang belum lengkap.. 3. Masih ada siswa yang tidak mau tampil di depan kelas. 4. Masih terlihat pelaksanaan dan penerapan metode belajar kurang variatif. Yang akan menjadi fokus penelitian di sini adalah bagaimana penerapan metode kerja kelompok dan demonstrasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini berdasarkan gejala yang ada di atas sehingga peneliti ingin memfokuskan penelitian pada kedua metode ini. Pada materi Pendidikian Agama Islam ini ada dua unsur yang harus dicapai dalam proses pembelajaran yaitu unsur teori dan praktik. Berkaitan dengan itu peneliti ingin membandingkan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah menggunakan metode kerja kelompok dan demonstrasi. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang: PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA YANG MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK DENGAN METODE

DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SINABOI KABUPATEN ROKAN HILIR B. Penegasan Istilah 1. Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh dari kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. 12 Jadi, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan perilaku individu sebagai hasil dari aktivitas belajar. 2. Metode Kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan materi pelajaran di mana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau grup tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan, dengan cara bersama-sama. 13 Penggunaan metode kerja kelompok dalam mengajar memiliki tujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain untuk mencapai tujuan belajar bersama. 14 Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode kerja kelompok yaitu mengelompokkan siswa menjadi 12 Slameto, op. cit., h. 15 13 Tayar Yusuf, Syaiful Anwar, op. cit., h. 58 14 Roestiyah, 2008, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, h.15

beberapa kelompok belajar, tujuannya yaitu agar siswa dapat menyelesaikan suatu materi pelajaran dengan cara bersama-sama. Hal ini dilakukan agar siswa mampu bekerja sama dengan temannya. 3. Metode demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang instruktur atau guru menunjukkan, memperlihatkan, sesuatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar, mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung. 15 Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi ini bertujuan agar minat siswa selama proses pembelajaran lebih berkesan di benaknya sehingga siswa lebih mudah menerima pelajaran tersebut setelah pelaksanaan demonstrasi. 4. Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang harus diajarkan kepada siswa berdasarkan perkembangan perasaan ketuhanan yang ada pada siswa. Pendidikan Agama Islam prakteknya lebih susah dibandingkan dengan pelaksanaan teorinya. Pendidikan Agama Islam berlangsung dengan adanya proses pembelajaran, baik pembelajaran di pendidikan formal maupun non formal. 16 Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam 15 Ibid., h. 83 16 Ramayulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, h. 13

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman. 17 Yang dimaksud Pendidikan Agama Islam di sini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sinaboi Kabupaten Rokan Hilir. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan ini dapat di identifikasi sebagai berikut: a. Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan metode kerja kelompok dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam? b. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan metode kerja kelompok dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam? 17 Ramayulis, 2008, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: kalam Mulia, h. 21

c. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode kerja kelompok dan metode demonstrasi? d. Sejauh mana perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan metode kerja kelompok dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam? 2. Pembatasan Masalah Mengingat banyaknya permasalahan yang ada diidentifikasi masalah, maka peneliti perlu membatasi masalah yang akan diteliti yaitu perbandingan hasil belajar siswa antara yang menggunakan metode kerja kelompok dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran pendidikan agama islam di sekolah menengah atas negeri 1 sinaboi kabupaten rokan hilir. 3. Rumusan Masalah Untuk menfokuskan penelitian ini, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan metode kerja kelompok dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sinaboi Kabupaten Rokan Hilir? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan metode kerja kelompok dengan metode demonstrasi pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sinaboi Kabupaten Rokan Hilir. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis 1) Dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti lain yang akan melakukan kajian dalam masalah penelitian lanjutan. 2) Bagi peneliti, dapat memberikan penguatan teoretis dan praktis terhadap pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian pendidikan. b. Secara Praktis 1) Memberikan masukan dan konstribusi bagi praktisi pendidikan, pihak sekolah dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran. 2) Bagi peserta didik agar dapat belajar secara aktif dan mandiri. 3) Bagi guru dapat menambah wawasan keilmuan tentang metode kerja kelompok dan metode demonstrasi.