BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan yang terlibat dalam suatu pembiayaan pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan tersebut yakni industri perbankan. untuk menjalankan industri perbankan agar tidak merusak tatanan

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. Karena laba merupakan suatu hal yang akan menjamin dari kelangsungan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perencanan tersebut, bank juga berfungsi sebagai media dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kasmir, 2012:2) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 tentang Akuntansi Perbankan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainnya (Martono, 2010 : 37). Tujuan fundamental bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Bank menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali. No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Perbankan adalah segala sesuatu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sebagai Financial Intermediary (perantara keuangan ) atau perantara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bahkan dunia. dana tersebut ke masyarakat serta memberi jasa-jasa bank lainnya.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tetap dapat ingin terjaga kelangsungan hidup usahanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang ekonomi secara global ini, menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia berkembang sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga keuangan yang terlibat dalam suatu pembiayaan pembangunan ekonomi dibagi dua yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank (LKBB). Bank menurut undang-undang perbankan dibedakan menjadi dua jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sedangkan LKBB merupakan lembaga pembiayaan yang dalam kegiatan usahanya tidak melakukan penghimpunan dana dan memberikan jasa. Perbankan, terutama bank umum merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat penting peranannya dalam sebuah kegiatan ekonomi dan perdagangan karena melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan oleh bank, maka dapat melayani berbagai kebutuhan pada berbagai sektor ekonomi dan perdagangan, sehingga bisa dikatakan bahwa bank terutama bank umum merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara. Intervensi pemerintah terhadap perbankan berpengaruh buruk terhadap kinerja perbankan nasional. Pengaruh kepemilikan saham pemerintah pada bank hanya berpengaruh positif pada Net Interest Margin (NIM), sedangkan pada Return on Asstes (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) justru berdampak negatif. Hal itu mengemuka dalam ujian terbuka promosi doktor Drs. Eko Budiwiyono, M.B.A. di Sekolah Pascasarjana UGM, Sabtu (1/10). Bertindak selaku promotor Prof. Dr. Nopirin, MA., ko-promotor Prof. Dr. Mohtar Masaud dan Dr. Roberto Akyuwen. 1

2 Eko mengatakan intervensi pemerintah di Bank BUMN terjadi dalam bentuk kolusi, korupsi, dan nepotisme. Kegiatan yang sering diintervensi oleh pemerintah ialah perekrutan karyawan, penentuan komisaris dan direksi, pengadaan barang dan jasa, serta penyaluran kredit. Intervensi menyebabkan manajemen bank tidak berjalan secara optimal karena merusak gaya kepemimpinan dan budaya kerja sehingga kinerja bank dapat mengalami stagnasi dan bahkan menurun, kata Direktur Utama Bank DKI ini. Berdasarkan penelitian Eko terhadap 121 bank, faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja perbankan adalah sumber daya manusia. Menurutnya, rasio beban personalia terhadap beban operasional sebagai proksi perhatian bank terhadap SDM menunjukkan pengaruh positif terhadap semua ukuran kinerja. Ukuran kinerja yang memberikan respon paling besar terhadap faktor SDM adalah LDR, kemudian CAR, NIM, dan ROA. Temuan ini menunjukkan bahwa industri perbankan dan otoritas moneter perlu memusatkan perhatian pada upaya meningkatkan kompetensi dari SDM yang terlibat dalam industri perbankan, kata anggota Dewan Audit UGM ini. Eko menambahkan bank yang go public terbukti secara positif mampu memperbaiki kinerja perbankan dari segi NIM dan LDR. Namun demikian, go public memberikan dampak negatif pada ROA dan tidak berpengaruh pada CAR. Upaya go public yang dilakukan perbankan belum memberikan hasil maksimal dan masih perlu ditingkatkan di masa mendatang untuk memperbaiki CAR, katanya.

3 Ia menganjurkan pemerintah mengurangi kepemilikan sahamnya di perbankan nasional dan menyerahkannya kepada pihak-pihak yang mampu mengelola bank secara profesional. Selain dikurangi secara bertahap, pengurangan kepemilikan tersebut harus ditempuh dengan memperhatikan regulasi yang berlaku serta mempertimbangkan mekanisme yang tepat sehingga pelepasan saham dapat memberikan hasil yang maksimal. (Humas UGM/Gusti Grehenson) (www.ugm.ac.id 2011). Keberadaan sektor perbankan sebagai sub sistem dalam perekonomian suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari, sebagian besar melibatkan jasa dari sektor perbankan. Hal tersebut dikarenakan sektor perbankan mengemban fungsi utama sebagai perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan unit-unit ekonomi yang kekurangan dana. Melalui sebuah bank, dapat dihimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan yang selanjutnya dana yang telah terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan kembali dalam bentuk pemberian kredit kepada sektor bisnis atau pihak lain yang membutuhkan. Semakin berkembang kehidupan masyarakat dan transaksi-transaksi perekonomian suatu negara, maka akan membutuhkan pula peningkatan peran sektor perbankan melalui pengembangan produk-produk jasanya. (Hempel, 1994 dalam Bachruddin, 2006). Struktur perbankan yang sehat dan operasional yang efisien merupakan inti dari semua permasalahan perbankan. Baik buruknya industri perbankan akan banyak ditentukan oleh baik tidaknya struktur yang dibuat dan kebijakan yang

4 efisien, disamping perlu adanya fungsi pendukung yang lain seperti pengawasan dan pengaturan yang efektif. Perbankan merupakan sektor yang paling besar pengaruhnya dalam aktivitas perekonomian masyarakat modern. Munculnya perbankan diharapkan mampu mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan (financial), komersial dan investasi. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang (Almilia dan Herdiningtyas,2005). Krisis yang terjadi dalam industri perbankan perlu diantisipasi dan dipulihkan, terutama untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat baik terhadap bank sebagai sebuah perusahaan atau sistem perbankan secara keseluruhan. Dengan kata lain dapat dikatakan bagaimanapun proses nasionalisasi dilakukan dan berapa pun dana yang dikeluarkan untuk penyelamatan atau rekapitalisasi perbankan, hal tersebut tidak akan ada manfaatnya tanpa adanya kepercayaan dan dukungan dari masyarakat. Dalam situasi seperti itu, masyarakat akan menjadi lebih jeli untuk menilai kondisi suatu bank bahkan sistem perbankan secara keseluruhan. Upaya untuk menghadapi kondisi seperti yang digambarkan di atas mengharuskan setiap perusahaan perbankan mengambil langkah

5 antisipatif. Perusahaan perbankan dituntut menjadi lebih dinamis dalam berbagai hal termasuk meningkatkan kemampuan pelayanan dalam meraih kembali kepercayaan masyarakat yang selama ini menurun. Langkah strategis yang dapat dilakukan adalah dengan cara memperbaiki kinerja bank. Kinerja bank yang baik diharapkan mampu meraih kembali kepercayaan masyarakat terhadap bank itu sendiri atau sistem perbankan secara keseluruhan. Pada sisi lain kinerja bank dapat pula dijadikan sebagai tolok ukur kesehatan bank tersebut. Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat diukur dengan berbagai metode penilaian kesehatan akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitas nasabah terhadap bank yang bersangkutan. Salah satu alat untuk mengukur kesehatan Bank adalah dengan analisis CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity). Aspek permodalan meliputi CAR (Capital Adequacy Ratio), aspek assets meliputi NPL (Non Performing Loan), aspek earning meliputi ROA (Return On Asset) dan BOPO (Biaya Operasi Terhadap Pendapatan Operasi), aspek likuiditas meliputi LDR (Loan to Deposit Ratio). Aspek-aspek tersebut kemudian dinilai dengan menggunakan rasio keuangan sehingga dapat menilai kondisi keuangan perusahaan perbankan (Kasmir : 2000). Perusahaan perbankan yang ada di Indonesia meliputi Bank persero, Bank umum swasta nasional devisa, Bank umum swasta nasional non devisa, Bank pembangunan daerah, Bank campuran dan Bank asing. Bank yang diteliti dalam penelitian ini adalah Bank BUMN (persero). Alasan memilih Bank BUMN karena Bank BUMN memiliki tingkat kepercayaan nasabah yang lebih tinggi dibandingkan bank swasta. Bank BUMN juga merupakan bank yang mengelola

6 aset-aset negara. Hal tersebut dapat dilihat dari kepemilikan saham yang menunjukkan jumlah saham yang dimiliki oleh negara lebih besar dari yang dimiliki oleh masyarakat. Selain itu, Bank BUMN yang terdiri dari Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Tabungan Negara, dan Bank Rakyat Indonesia memiliki total aset, dana pihak ketiga, dan kredit yang cukup besar. Mengingat begitu pentingnya peranan perbankan di Indonesia, maka pihak bank perlu meningkatkan kinerjanya agar tercipta perbankan yang sehat dan efisien. Terlihat tabel 1.1 di halaman berikutnya menunjukan nilai ROA, CAR dan LDR pada Bank BUMN periode 2004-2013 yakni Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Tabungan Negara dan Bank Rakyat Indonesia.

7 Tabel 1.1 Perkembangan Indikator Utama Perbankan Periode 2004-2013 (ROA, CAR, LDR) Nama Bank Tahun Indikator (%) CAR LDR ROA 2004 25.3 53.7 3.1 2005 23.7 51.8 0.5 2006 25.3 57.2 1.1 2007 21.1 54.3 2.3 MANDIRI 2008 15.7 59.2 2.5 2009 15.6 61.4 3.0 2010 14.7 67.6 3.4 2011 17.2 74.1 3.4 2012 15.3 80.1 3.5 2013 15.0 83.0 3.7 2004 17.9 55.1 2.5 2005 15.1 54.2 1.6 2006 15.3 50.0 1.9 2007 15.7 60.6 0.9 BNI 2008 13.5 68.6 1.1 2009 13.8 64.1 1.7 2010 18.6 49.0 2.5 2011 17.6 70.4 2.9 2012 16.7 77.5 2.9 2013 15.4 85.3 3.4 2004 15.9 67.9 1.8 2005 16.6 78.9 1.7 2006 18.2 83.8 1.8 2007 21.3 92.4 1.9 BTN 2008 16.1 101.8 1.8 2009 21.5 101.3 1.5 2010 16.7 108.4 2.1 2011 15.0 102.6 2.0 2012 17.7 100.9 1.9 2013 15.6 104.4 1.8 2004 16.2 75.7 5.8 2005 15.3 77.8 5.0 2006 18.8 72.5 4.4 2007 15.8 68.8 4.6 BRI 2008 13.2 79.9 4.2 2009 13.2 80.9 3.7 2010 13.8 75.2 4.6 2011 15.0 76.2 4.9 2012 17.0 79.9 5.5 2013 17.0 88.5 5.0 Sumber: Laporan Keuangan Bank yang terdaftar di BEI

8 Mengukur tingkat keberhasilan perusahaan dalam aktivitas investasi terdapat suatu analisis yaitu analisis terhadap rasio profitabilitas. Tingkat profitabilitas yang sehat merupakan salah satu tujuan setiap bank karena profitabilitas digunakan sebagai alat untuk mengukur seberapa besar kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba atas asset yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut dan menunjukan kemampuan manajemen dalam menekan biaya opersionalnya. ROA merupakan indikator untuk mengukur kinerja suatu bank. ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam kegiatan operasi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Tujuan utama operasional Bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. ROA penting bagi Bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Selain itu juga, dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian ROA daripada ROE karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan (Dendawijaya, 2009:119). Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat rata-rata penurunan yang terjadi pada indikator ROA adalah tahun 2005,2008,2009 dan 2013 penurunan tersebut disebabkan karena meningkatnya beban operasional,

9 disamping peningkatan efisiensi yang sudah mulai lebih berat untuk dilaksanakan dan lemahnya kinerja perusahaan. Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR mencerminkan modal bank, semakin besar CAR maka ROA yang diperoleh bank yang akan semakin besar karena semakin besar CAR maka semakin tinggi kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian kegiatan usahanya sehingga kinerja bank juga meningkat. Selain itu, semakin tinggi permodalan bank maka bank dapat melakukan ekspansi usahanya dengan lebih aman. Adanya ekspansi usaha yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja keuangan bank tersebut. Jika nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003). Dilihat pada tabel diatas rata-rata indikator CAR terjadi penurunabn pada tahun 2005, 2008, 2010 dan 2013 disebabkan besarnya jumlah penarikan dana bank yang dilakukan oleh nasabah dan depresiasi nilai tukar rupiah di tahun 2010 dan terjadinya subprime mortgage melonggarnya ketentuan penyaluran KPR (kredit kepemilikan rumah) di Amerika yang berdampak kepada bursa saham di Indonesia. Kemudian salah satu alat ukur likuiditas (loan to deposit ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan bank, dimana bank tersebut mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat

10 memenuhi permintaan kredit yang diajukan. LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap total dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit, sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir, 2004). Standar ketetapan ukuran loan to deposit ratio keuangan bank di Indonesia yaitu 110%. Pada tabel 1.1 dapat dilihat penurunan LDR banyak terjadi di tahun 2005, 2009 dan 2010, penurunan terjadi disebabkan melemahnya pertumbuhan kredit dan berkurangnya lebih dari dua kali lipat akses likuiditas perekonomian yang disimpan dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI), krisis global juga menyebabkan semakin akutnya segmentasi pasar perbankan domestik yang menyebabkan suku bunga kredit komersial sulit turun. Tabel 1.2 Standar Ukuran Rasio Bank di Indonesia RASIO STANDAR BI ROA > 1,5 % CAR >8 % LDR 110 % Sumber: Publikasi BI 2010 Beberapa penelitian yang berkaitan dengan Return On Asset (ROA) sebagai proksi dari kinerja keuangan bank memberikan hasil yang berbeda-beda antara lain : Hasil penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA) menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hasil

11 penelitian Werdaningtyas (2002) menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Mawardi (2005) yang menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA). Hasil penelitian mengenai pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Asset (ROA) menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian Werdanintyas (2005) menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Desfian (2003) dan Mahardian (2008) yang menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Melihat kondisi pada hasil penelitian yang berbeda-beda antara CAR dan LDR terhadap ROA, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali yang berjudul Pengaruh Rasio Kecukupan Modal Dan Likuiditas (LDR) Terhadap Pengembalian Aset Pada Bank BUMN Yang Telah Go Public Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2013.

12 1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan fenomena pada latar belakang penelitian, maka penulis mengindentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Laporan keuangan perbankan yang kurang baik dengan adanya negative net income dan kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) yang tidak terlaksana. Nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan. 2. Besarnya loan to deposit ratio (likuiditas) atau jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank dan jika bank tidak mampu menyalurkan kredit, sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir, 2004). Semakin tinggi LDR akan semakin tinggi tingkat keuntungan perusahaan karena penempatan dana berupa kredit yang diberikan semakin meningkat, sehingga pendapatan bunga akan semakin meningkat pula. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah LDR akan semakin rendah tingkat keuntungan perusahaan karena penempatan dana berupa kredit yang disalurkan semakin menurun, sehingga pendapatan bunga semakin menurun pula.

13 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi Rasio Kecukupan Modal Pada Bank BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2. Bagaimana kondisi Likuiditas (LDR) Pada Bank BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) 3. Bagaimana kondisi Pengembalian Aset Pada Bank BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) 4. Seberapa besar pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Likuiditas (LDR) terhadap Pengembalian Aset Pada Bank BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik secara simultan maupun parsial. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari, mengumpulkan data dan mendapatkan informasi sebagai bahan penellitian yang berkenaan dengan Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Likuiditas (LDR) terhadap Pengembalian Aset

14 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kondisi Rasio Kecukupan Modal Pada Bank BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2. Untuk mengetahui kondisi Likuiditas (LDR) Pada Bank BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) 3. Untuk mengetahui kondisi Pengembalian Aset (ROA) Pada Bank BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) 4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Likuiditas (LDR) terhadap Pengembalian Aset Pada Bank BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik secara simultan maupun parsial. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis a. Bagi Perusahaan Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi pimpinan perusahaan atau bank dalam rangka pengambilan langkah-langkah kebijakan untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat profitabilitas pada masa sekarang dan yang akan datang. b. Bagi Pihak Lainnya Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian selanjutnya dan bahan referensi tambahan dalam penelitian di bidang lainnya.

15 1.4.2 Kegunaan Akademis a. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan pengetahuan tentang pengaruh Rasio Kecukupan Modal (CAR) dan Likuiditas (LDR), terhadap Pengembalian Aset (ROA) pada Bank BUMN di Indonesia periode 2004-2012 sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kesesuaian antara teori yang ada dengan fakta yang terjadi di lapangan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan peneliti adalah pada Bursa efek Indonesia (BEI) dengan mengambil data-data sekunder yang terdapat pada situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) www.idx.co.id dan Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Bandung Bursa Efek Indonesia yang beralamat di Jalan Veteran No 10 Bandung, Jawa Barat Telp (022) 4214349 Fax (022) 4214359. Tabel 1.3 Jadwal waktu penelitian No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 Pra Survei 2 Usulan Penelitian 3 Pengambilan Data 4 Analisis Data 5 Bimbingan 6 Penyusunan Laporan

16