UAS siswa yang masih jauh dari nilai standart yang diinginkan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembinaan olahraga sejak dini merupakan satu program kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. berubah, pendidikan adalah modal utama bagi seseorang agar bisa beradaptasi.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

BAB I PENDAHULUAN. membawa nama bangsa ke dunia internasional menjadi baik. Mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini berarti bahwa siswa harus belajar sesuatu dari padanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam semboyan pendidikan dikatakan bahwa Hidup adalah pendidikan

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Dribbling Dalam Pembelajaran Permainan Sepak Bola Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Quantum Teaching

BAB I PENDAHULUAN. mampu memantau tingkat perkembangan hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. lawan dan berusaha memasukan bola ke dalam jaring atau gawang lawan.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan pendidikan,terutama di negara-negara yang sudah maju.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus diarahkan pada pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) suatu bahan kajian terpadu yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktifitas yang bertujuan mengarahkan

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ada sejak adanya manusia, dalam arti sejak adanya manusia telah ada pula usahausaha

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi belakangan ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan, terutama dinegara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pendidikan Nasional tidak dapat dipisahkan dari tujuan. nasional, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan, pelatihan, pembinaan, pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan dari peneliti saja. Pembelajaran tidak berhasil dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

PENDAHULUAN. seperti dirumuskan dalam Undang Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbuka dan demokrasi. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ya Hedi Saputra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Mengajar serta mendidik merupakan perbuatan yang bermanfaat dan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan masa depan. Demikian halnya dengan Indonesia yang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. pada jenjang yang lebih sempurna yaitu keberhasilan guru atau pendidik untuk

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan titik sentral yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan olahraga Nasional, seperti tercantum dalam Undang Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan bangsa indonesia yang berkualitas. keseimbangan antara kesehatan jasmani dan rohani. Sebagaimana diketahui

BAB I PENDAHULUAN. baik. Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Sasaran pembelajaran ditunjukan bukan hanya mengembangkan keterampilan

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat di artikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin dan mengarahkan peserta didik dengan berbagai problema atau persoalan dan pertanyaan yang mungkin timbul dalam pelaksanaannya. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai hasil, dimana pendidikan itu merupakan wahana untuk membawa peserta didik mencapai tingkat perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan hakiki dan ciri-ciri kemanusiannya. Pendidikan sebagai proses dan sebagai hasil dalam pelaksanaannya sangat memerlukan adanya pengkajian yang mendalam dan komprehensif, agar proses untuk mencapai dan hasil yang dicapai dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai manusia mulia. Seiring dengan perkembangan zaman, dunia pendidikan juga memerlukan berbagai inovasi. Hal itu penting dilakukan untuk kemajuan kualitas pendidikan, tidak hanya pada tataran teori saja tetapi sudah bisa diarahkan kepada hal yang lebih bersifat fraksis. Namun pada kenyataan pendidikan yang ada di negara kita masih belum merata dilihat dari nilai UAS siswa yang masih jauh dari nilai standart yang diinginkan. Dalam Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa, standar proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan 1 secara interaksi, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup yang bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Peraturan Pemerintahan Nomor 19, 2005 : Bab IV Pasal 19 ayat 1) Diakui atau tidak (meski masih belum ada penelitian konkret), banyak yang merasa system pendidikan terutama prosess belajar mengajar, membosankan. Dalam sebuah situs di internet ditulis, fakta yang terjadi akhir-akhir ini ada banyak keluhan murid tentang pendidikan. Diantaranya, murid beranggapan pendidikan saat ini kurang memberikan kebebasan berfikir, banyak hafalan, mata pelajaran banyak mengejar kurikulum, mengajarkan pengetahuan bukan keterampilan, dan banyak mengajarkan logika tanpa melibatkan emosi. (http://kihariyadi.jogja.bloghi.com/metode-quantum-teaching.html). Hal ini sesuai dengan pengalaman penelitian saat melaksanakan program pengalaman lapangan (PPL) di SMP Negri 1 Tanjung Pura, peneliti menemukan banyak siswa yang menggemari mata pelajaran Penjas karena hanya ingin melepaskan rasa jenuh mereka terhadap mata pelajaran lain tanpa mengerti apa manfaat dari Penjas itu sendiri buat mereka. Mereka juga lebih suka belajar di lanapangan ketimbang menerima materi pembelajaran diruang kelas. Selain itu mereka beranggapan kalau Penjas itu tidak penting buat siswa wanita karena manfaatnya tidak tampak dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran Penjas itu juga dianggap sangat mudah maka timbulkanlah pemikiran kalau belajar Penjas itu tidak terlalu penting untuk dipelajari. Agar sesuai dengan tuntutan kurikulum pada saat ini, maka diperlukan staregi mengajar yang dapat membuat siswa berperan aktif dan responsive dalam proses pembelajaran. Salah satunya dengan mengembangkan metode mengajar yang efektif dan efisien sesuai dengan tuntutan kurikulum. Akan tetapi memilih metode mengajar yang sesuai dan serasi untuk mencapai tujuan pembelajaran tidak semudah membalikkan telapak tangan, terkadang alternative yang dianggap paling tepat, kadang-kadang menyebabkan kurang maksimalnya hasil belajar yang dicapai siswa. Tetapi jika mtode mengajar guru dapat

menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat proses pembelajaran berlangsung maka bahan ajar yang disampaikan guru mudah diserap dan dipahami oleh siswa. Husdarta (2000) mengemukakan menentukan motode mengajar yang serasi dapat mengurangi kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu guru seringkali kurang professional dalam mengajar Penjas. Hal ini terlihat banyaknya guru Penjas yang salah dalam menerapkan system pembelajaran yang baik. Seharusnya guru memberikan meteri yang akan diajarankan terlebih dahulu sebelum siswa mempraktekkan meteri pembelajaran tersebut. Namun, kenyataan yang ada guru hanya memberikan kebebasan pada siswa untuk mempraktekkan materi pelajaran Penjas tanpa peduli siswanya belum memiliki dasar pengetahuan dalam materi tersebut,sehingga timbulah anggapan negative terhadap belajar Penjas yakni pelajaran yang tidak terlalu penting untuk dipelajari. Pendidikan jasmani (Penjas) ialah bagian dari pendidikan yang penyampaiannya dilakukan melalui aktivitas fisik atau salah satu cabang olahraga. Dimana aktivitas fisik yang dilakukan pendekatannya lebih dominan pada kegiatan keolahragaan, dikarenakan penjas sangat erat kaitannya dengan pembinaan olahraga, seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Keolahragaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan olahraga yang memerlukan peraturan, pendidikan, pelatihan, pembinaan, pengembangan, dan pengawasan. Keolahragaan Nasional adalah keolahragaan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai keolahragaan, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perkembangan olahraga. Olahraga pendidikan adalah Pendidikan Jasmani dan Olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. Olahraga prestasi adalah

olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga. Secara umum kegiatan pembelajaran penjas melibatkan aktivitas fisik, demikian pula halnya dalam belajar lompat jauh gaya melenting. Salah satu faktor keberhasilan guru dalam menyampaikan materi yang diajarkan dipengaruhi oleh metode atau gaya mengajar. Metode mengajar diartikan sebagai cara yang dipilih guru untuk berinteraksi dengan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga materi yang diajarkan dapat dikuasai anak dengan baik. Metode mengajar yang sesuai dalam pelaksanaan pembelajaran akan membantu anak untuk menguasai materi yang diajarkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Banyak metode atau gaya mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran penjas. Metode yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Beberapa metode mengajar dapat diterapkan selama pembelajaran berlangsung, tergantung dari keadaan kelas atau siswa. Berdasarkan hasil observasi dan pengalaman penulis di SMA DHARMA PANCASILA terlihat bahwa pada saat proses pembelajaran dribbling berlangsung, banyak siswa kurang semangat dalam melakukan aktifitas pembelajaran. Dalam observasi yang dilakukan penulis dari guru bidang studi pendidikan jasmani bahwa teknik dribbling siswa dalam permainan sepak bola masih rendah. Ini disebabkan karena siswa kurang aktif dalam mengikuti dan melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani dalam materi sepak bola. Dari hasil wawancara penulis dengan guru bidang studi penjas di SMA DHARMA PANCASILA menyatakan bahwa: Siswa kurang dapat memahami teknik dribbling dengan baik sehingga hasil belajar dribbling yang diperoleh kurang maksimal. Faktor yang yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar dribbling adalah faktor gaya mengajar guru bidang studi. Dalam proses pembelajaran guru menjadi faktor yang utama

untuk mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran khususnya pendidikan jasmani. Peran guru sangat vital dalam proses pembelajaran karena disini guru sebagai fasilitator, pemberi materi dan sumber ilmu bagi siswa siswi disekolah. Sistem pengajaran yang bersifat konvensional yaitu dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana guru aktif menjelaskan sedangkan siswa bersifat pasif, hanya mendengarkan dan mencatat masih banyak diterapkan. Hal ini tentu saja membosankan bagi siswa itu sendiri sehingga mereka akan sulit untuk berkonsentrasi dan pikiran mereka pun melayang kemana-mana. Akibatnya tidak sedikitpun materi yang tersimpan dalam ingatan dan memori siswa. Jika hal ini berlangsug terus menerus dalam waktu yang lama maka minat, motivasi, aktivitas, dan hasil belajar siswa yang juga menurun. Padahal guru sebagai tenaga professional dan fasilitator dalam pembelajaran seharusnya terus mengembangkan kreatifitasnya dalam proses belajar mengajar. Apalagi sekarang dunia pendidikan sudah harus mengikuti perkembangan teknologi. Guru harus dapat memanfaatkan hasil teknologi yang ada untuk kemajuan pendidikan. Selain faktor gaya mengajar guru yang kurang kreatif, faktor lingkungan sekitar sekolah juga berpengauh terhadap tumbuh kembang siswa dan merupakan rangsangan berfikir yang kuat bagi siwa-siswi ketika pembelajaran pendidikan jasmani. Peneliti melihat lingkungan sekitar sekolah cukup bagus karena banyak pepohonan dan dekat dengan rumah warga. Kemudian letak sekolah juga sangat strategis karena letaknya di pusat kelurahan dan berdekatan dengan pekan yang menyediakan berbagai perlengkapan peserta didik. Perlu adanya usaha perbaikan dalam hal pengajaran, misalnya penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching. Penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang unsur-unsurnya sangat mendukung peningkatan hasil belajar siswa disekolah. Sebagaimana terdapat dalam Undang-undang No 2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 35, Yaitu setiap satuan pendidikan jalur

pendidikan sekolah, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar. Jadi pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik bilamana para tenaga kependidikan maupun para peserta didik tidak didukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggara kegiatan belajar yang bersangkutan. Terlebih dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada pokok bahasan atletik nomor lompat jauh yang membutuhkan tehnik-tehnik dalam melakukan gerakannya. Setiap materi pembelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi dilain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu media seperti gambar,video dan lain-lain. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran tentu sukar diproses oleh siswa. Apalagi bagi siswa yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan itu. Pastilah siswa akan cepat merasa bosan dan lelah. Mereka hanya akan mengkhayal dan berandai-andai saat melihat papan tulis dan guru hanya memberikan ceramah kepada mereka. Hal ini sudah dapat pasti mempengaruhi prestasi belajar siswa. Namun, pada kenyataan sekarang ini masih banyak guru yang belum menggunakan media sebagai alat bantu dan sumber balajar. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya adalah motivasi, minat, bakat, semangat, kondisi fisik, sarana atau media pembelajaran, guru, metode atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru, dan lain-lain. Menyadari hal tersebut, perlu adanya suatu pembaharuan dalam pembelajaran untuk memungkinkan siswa dapat mempelajari penjas khususnya materi dribbling menjadi lebih mudah, lebih cepat, lebih bermakna, efektif dan menyenangkan, salah satunya adalah melalui model pembelajaran Quantum Teaching.

Melalui model pembelajaran Quantum Teaching siswa diajarkan untuk untu mampu berinteraksi dalam proses pembelajaran yang akan berpengaruh besar terhadap efektivitas dan antusiasme belajar peserta didik, karena fungsi kedua belah otak kiri dan otak kanan telah difungsikan sesuai fungsinya. Konsep sepak bola merupakan salah satu dari mata pelajaran yang cukup sulit karena terdiri dari teknik-teknik dasar yang cukup rumit untuk dipelajari sehingga diperlukan pemahaman secara mendalam agar dapat menguasai materi ini secara tuntas. Karena disamping harus tahu cara bermain sepak bola siswa juga harus mengetahui teknik-teknik dasar bermain sepak bola, salah satu teknik dasarnya adalah menggiring bola. Untuk itu dibutuhkan pemilihan metode yang tepat dalam mengajarkan meteri ini. Melihat kenyataan tersebut peneliti tertarik dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching pada materi dribbling dalam permainan sepak bola. Dengan penerapan metode ini diharapkan siswa dapat dengan mudah memehami konsep-konsep dari materi pembelajaran dengan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan cara mendemonstrasikannya dengan pengaplikasian dari pengalaman sehari-hari mereka, sehingga tampak peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pada siswa kelas X SMA DHARMA PANCASILA dengan judul: tentang penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching terhadap upaya peningkatan hasil belajar dribbling dalam permainan sepak bola pada siswa kelas X SMA DHARMA PANCASILA Tahun Ajaran 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Siswa kurang aktif mengikuti proses pembelajaran. 2. Siswa kurang tertarik dengan materi dribbling. 3. Siswa masih malu untuk bertanya dan menyampaikan gagasan. 4. Siswa merasa susah melakukan teknik dribbling. C. Pembatasan Masalah Melihat luasnya masalah serta keterbatasan waktu, dana dan kemampuan penulis maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang di bahas pada penelitian ini adalah peranan penggunaan penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching terhadap upaya peningkatan hasil belajar dribbling dalam permainan sepak bola pada siswa kelas X SMA DHARMA PANCASILA Tahun Ajaran 2013/2014. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang diambil berdasarkan urain diatas adalah : Apakah melalui penerapan penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar dribbling dalam permainan sepak bola pada siswa kelas X SMA DHARMA PANCASILA Tahun Ajaran 2013/2014? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar dribbling siswa kelas X SMA DHARMA PANCASILA Tahun Ajaran 2013/2014 F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Sebagai bahan informasi bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan hasil balajar siswa khususnya pada mata pelajaran penjas. 3. Sebagai masukan bagi guru agar dapat memahami gaya penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan menerapkannya dalam pembelajaran. 4. Sebagai wawasan peneliti maupun pembaca lainnya tentang model pembelajaran Quantum Teaching. 5. Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat menggemari cabang olahraga sepak bola. 6. Untuk menambah wawasan ilmiah secara teoritis dan memperkaya ilmu pengetahuan pendidikan disekolah.