BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja pada tahap perkembangan awal (early adolescence) adalah seorang remaja yang masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti orang dewasa (Sarwono, 2011). Hasrat seksualitas pada remaja meningkat tinggi karena faktor-faktor perubahan-perubahan hormonal. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu. Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan. Selanjutnya remaja akan berkembang lebih jauh terhadap hasrat seksual kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman dan masturbasi. Kecenderungan semakin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang adanya teknologi canggih (video cassette, fotokopi, satelit, VCD, telepon genggam, internet dan lain-lain) menjadi tidak 1
2 terbendungnya lagi yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba (Sarwono, 2011) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat hasil survei pada 2010 menunjukkan, 51 persen remaja di Jabodetabek telah melakukan seks pranikah. Hasil survei untuk beberapa wilayah lain di Indonesia, seks pranikah juga dilakukan beberapa remaja, misalnya saja di Surabaya tercatat 54 persen, di Bandung Hasil penelitian di Yogya dari 1.160 mahasiswa, sekitar 37 persen mengalami kehamilan sebelum menikah, penyakit menular seksual (PMS), aborsi, kematian, gangguan psikologi, gangguan di lingkungan keluarga, lingkungan,lingkungan masyarakat, sekolah dan lain-lain (BKKBN, 2010) Berdasarkan laporan hasil studi yang dilakukan oleh Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah pada tahun 2009 tentang perilaku seksual remaja pada usia 15-24 tahun yang berjumlah 5,4 juta jiwa diketahui bahwa seluruhnya melakukan aktivitas berpacaran mengobrol, berpegangan tangan 4,3 juta jiwa (80%), mencium pipi atau kening 3,7 juta jiwa (69%), mencium bibir 2,7 juta jiwa (51%), mencium leher 1,5 juta jiwa (28%), meraba dada/alat kelamin (petting) 1,2 juta jiwa (22%), dan melakukan hubungan seksual 338.880 jiwa (6,2%) (PILAR PKBI, 2009). Perilaku seksual remaja juga tergambar dari survei yang dilakukan oleh Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah tahun 2010 ditemukan bahwa 79% sudah melakukan pacaran bergandeng tangan, 53% berpelukan,
3 51% telah melakukan cium pipi, 35% melakukan cium bibir, 18% melakukan mencium leher, 11% meraba payudara dan kelamin serta 8% melakukan intercouse. Tahun 2010 99 responden siswa SMA di Semarang. Didapatkan data berpegangan tangan 82,8%, berpelukan 68,7%, mencium pipi 64,6%, berciuman bibir 62,6%, saling meraba badan dan kelamin 32,3%, melakukan petting 20,2%, melakukan oral seks 8,1%, melakukan hubungan seks vagina sebesar 14,1% (PILAR PKBI, 2010). Perilaku seksual remaja juga tergambar dari survei yang dilakukan oleh Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah tahun 2010 99 responden siswa SMA di Semarang. Didapatkan data berpegangan tangan 82,8%, berpelukan 68,7%, mencium pipi 64,6%, berciuman bibir 62,6%, saling meraba badan dan kelamin 32,3%, melakukan petting 20,2%, melakukan oral seks 8,1%, melakukan hubungan seks vagina 14,1%. (PKBI, 2010). Pengetahuan remaja yang kurang mengetahui tentang perilaku seks pra nikah, maka sangatlah mungkin jika membuat mereka salah dalam bersikap dan kemudian mempunyai perilaku terhadap seksualitas. Perilaku seksual remaja kota Semarang tahun 2010 aktivitas pacaran yang sampai intercourse 14,1% dibanding cara yang lain, usia pertama kali melakukan intercourse, persentasi paling besar adalah pada usia 18 20 tahun. Pasangan yang melakukan hubungan seksual intercourse lebih dari 4 kali pada 3 bulan terakhir 45%, tempat melakukannya 41% di rumah sendiri atau pacar, alasan melakukan intercourse karena wujud ungkapan sayang pacar 51% (PKBI Semarang. 2010).
4 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryoputro (2006) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di Jawa Tengah: implikasinya terhadap kebijakan dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang dilakukan terhadap 200 orang mendapatkan bahwa fenomena perilaku seksual pranikah meliputi 8 remaja telah melakukan hubungan seks pranikah usia <16 tahun, 64 remaja melakukannya pada usia 16-18 tahun dan 128 remaja melakukannya pada usia > 18 tahun. Kejadian tersebut menunjukkan bahwa perilaku seks pranikah menjadi suatu fenomena kejadian yang cukup besar di masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Ardiani Sulistiani & Heni Krisnawati (2009) tentang faktor faktor yang berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah pada remaja di Madrasah Aliyah Negeri 1 Boyolali yang mendapatkan bahwa faktor keluarga berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah pada remaja, faktor teman sebaya berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah pada remaja dan faktor pendidikan seks yang diberikan di sekolah berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah pada remaja. Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SMP Negeri 1 Kaliwungu Kendal berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 20 Maret 2012 salah satu siswa menyebutkan pada tahun 2011 terdapat 1 siswi yang harus dikeluarkan karena mengalami kehamilan di luar nikah. Berdasarkan hasil wawancara 10 siswa 5 diantaranya menyatakan sudah mempunyai pacar dan 3 diantaranya sudah terbiasa perilaku bergan, berciuman, dan berpelukan, sedangkan lima yang lain
5 menyatakan belum mempunyai pacar. Hasil studi pendahuluan di SMP Muhammadiyah Kaliwungu Kendal tidak ditemukan kejadi hamil di luar nikah. Sebenarnya kejadian di atas sangat dimungkinkan hanya sebagian kecil kasus yang ada, dimana fenomena ini akan muncul ke permukaan setelah ada kasus seperti hamil di luar nikah, sedangkan kasus perilaku seks pra nikah yang lain lebih besar namun karena tidak menimbulkan dampak fisik secara langsung sehingga tidak terekspose. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian tentang perbedaan perilaku seks pranikah pada siswa SMP berbasis agama dan umum di Kaliwungu Kendal. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas tentang pengetahuan, sikap dan perilaku seksual, maka penulis ingin mengetahui perbedaan perilaku seks pranikah pada siswa SMP berbasis agama dan umum di Kaliwungu Kendal. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku seks pranikah pada siswa SMP berbasis agama dan umum di Kaliwungu Kendal. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan seks pranikah siswa SMP berbasis agama di Kaliwungu Kendal
6 b. Mendeskripsikan pengetahuan seks pranikah siswa SMP berbasis umum di Kaliwungu Kendal c. Mendeskripsikan sikap seks pranikah siswa SMP berbasis agama di Kaliwungu Kendal. d. Mendeskripsikan sikap seks pranikah siswa SMP berbasis umum di Kaliwungu Kendal e. Mendeskripsikan perilaku seks pranikah siswa SMP berbasis agama di Kaliwungu Kendal. f. Mendeskripsikan perilaku seks pranikah siswa SMP berbasis umum di Kaliwungu Kendal. g. Menganalisis perbedaan pengetahuan seks pranikah pada siswa SMP berbasis agama dan umum di Kaliwungu Kendal. h. Menganalisis perbedaan sikap seks pranikah pada siswa SMP berbasis agama dan umum di Kaliwungu Kendal. i. Menganalisis perbedaan perilaku seks pranikah pada siswa SMP berbasis agama dan umum di Kali wungu Kendal. D. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini peneliti berharap dapat bermanfaat bagi : 1. Manfaat praktis a. Peneliti Untuk menambah Pengetahuan dan wawasan sekaligus sebagai sarana menerapkan teori dan konsep yang telah diterima selama masa
7 perkuliahan melalui kegiatan penelitian tentang perilaku seksual pranikah. b. Bagi Siswa Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada siswa tentang seks pranikah dan kesehatan reproduksi siswa melalui penyuluhan yang diberikan saat pengambilan data. 2. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang seks pranikah. E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian penelitian Judul, nama, tahun Sasaran Variabel yang diteliti 1. Hubungan Seluruh Pengetahuan tingkat siswa SMA pengetahuan N 1 Subah. perilaku remaja tentang seksual kesehatan pranikah reproduksi perilaku seksual pranikah di SMA N 1 Subah. Dwi Kurniawati 2007 2. Hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang menular seksual sikap remaja tentang hubungan seks Seluruh siswa SMA Setiabudhi Semarang Pengetahuan Metode Metode analitik pendekata n cross sectional Studi korelasi Hasil Ada hubungan antara tingakt pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi perilaku seksual pranikah di SMA N 1 Subah Ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual sikap remaja tentang hubungan seks pranikah di SMA Setiabudhi Semarang
8 pranikah di SMA Setiabudhi Semarang. Yuliana Kurniasari 2009 3. Perbedaan tingkat pengetahuan remaja tentang hubungan seksualitas pranikah sebelum dan setelah dilakukan pendidikan seks di SMA N1 Mranggen. Budiono 2010 Seluruh siswa SMA N1 Mranggen Pengetahuan pendidikan seks Pra experime n rancangan one group pra test post test Ada pengaruh secara signifikan antara pendidikan kesehatan terhadap tingakat pengetahuan remaja tentang seksual pranikah di SMA N 2 Mranggen 4. Hubungan antara pengetahuan remaja tentang HIV-AIDS perilaku seks pranikah di SMA PGRI 1 semarang. Sri Ernawati 2011 Seluruh siswa SMA PGRI 1 semarang Pengetahuan perilaku seksual pranikah Desktiptif Korelasi dan menggun akan pendekata n cross sectional Ada hubungan antara pengetahuan remaja tentang HIV-AIDS perilaku seks pranikah di SMA PGRI 1 Semarang