BAB I PENDAHULUAN. tidak berjalan dengan baik jika masing masing fungsi masih belum berjalan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa, bank memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat. yang setia dan menguntungkan pihak bank. Dengan demikian, pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menopang hampir seluruh program-program pembangunan ekonomi. Peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. keuangan memberikan kontribusi yang besar di Indonesia. Lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara. sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang paling pesat mengalami perkembangan, baik dari sisi volume usaha, dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana baru.

BAB I PENDAHULUAN. dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Domestik Bruto (PDB) dalam jangka panjang. Demikian juga halnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan di Indonesia memiliki Peranan penting dalam Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. apabila suatu negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil maka selain

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. setelah dua tahun sebelumnya sempat mengalami goncangan akibat krisis ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran dan tidak kalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap munculnya peluang peluang diberbagai bidang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. yang kegiatan utamanya menerima simpanan atau dana-dana dari masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

PENDAHULUAN. untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut baik perusahaan dagang, jasa, maupun manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi. Tidak sedikit pedagang yang memerlukan sumbersumber. dana dari luar modal usaha untuk memenuhi kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan dapat mempertahankan posisi pasarnya di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan menjadi Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. Kasmir (2014) mengemukakan kegiatan utama suatu bank dalam suatu

BAB V PEMBAHASAN. secara parsial jumlah nominal deposito ib hasanah di PT. Bank BNI Syariah

BAB I PENDAHULUAN. hasil kerja pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut baik perusahaan dagang, jasa, maupun manufaktur.

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bank mempunyai peranan yang sangat penting di dalam membantu dan

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, hal ini dapat dilihat salah satu fungsi bank sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

ANALISIS PENGARUH COST OF FUND (COF) TERHADAP BASE LENDING RATE (BLR) PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO), Tbk PERIODE

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. kapita tersebut haruslah terus berlangsung dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pasal 1 Undang-Undang Perbankkan No.10 Tahun 1998 menyebutkan

Kartika Sari, SKom., MM Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia sebagai makhluk hidup sangatlah beragam, untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter Bank Indonesia dilaksanakan dalam rangka mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. hancur akibat krisis multi dimensi yang berkepanjangan. Salah satu usaha

BAB I PENDAHULUAN. suatu bank adalah untuk pencapaian profitabilitas yang maksimal, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Tidak sedikit perusahaan yang memerlukan sumber-sumber dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan sektor yang sangat penting dan menjadi salah satu fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan untuk mencapai kesejahteraan. Mengingat sangat pentingnya sektor perekonomian ini sehingga dalam menentukan dan memutuskan setiap kebijakan harus mempertimbangkan segala aspek yang mungkin dapat mempengaruhi perekonomian baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Perekonomian suatu negara disamping memerlukan program yang terencana dan terarah untuk mencapai sasaran, faktor lainnya adalah dibutuhkan modal atau dana pembangunan yang cukup besar. Kondisi makro ekonomi yang membaik ditandai dengan stabilnya kondisi moneter. Kondisi ekonomi dikatakan belum sehat apabila tidak diikuti oleh aktivitas kegiatan ekonomi yang riil. Hubungan fungsional dalam sistem ekonomi tidak berjalan dengan baik jika masing masing fungsi masih belum berjalan dengan semestinya. Sistem perekonomian yang belum berjalan dengan baik, belum dapat mengkoordinasikan berbagai elemen dan fungsi yang ada di dalamnya. Keadaan seperti ini harus cepat diatasi agar perekonomian tidak berjalan pincang, yang mengakibatkan perekonomian tidak stabil. Perkembangan ekonomi dapat juga dilihat dari salah satu indikator yaitu kebijakan moneter di bidang perbankan. Pertumbuhan kredit perbankan yang mendorong perkembangan dunia usaha. Ketika dunia usaha ataupun bisnis bertumbuh pesat maka, secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan 1

ekonomi yang juga berkembang pesat. Perbankan adalah sebagai fungsi intermediasi penyaluran kredit kepada masyarakat baik kredit untuk konsumsi, investasi maupun modal usaha. Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan ekonomi dan kegiatan usaha, maka akan dirasakan perlu adanya sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha tersebut. Oleh karena itu, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan suatu kegiatan usaha dalam eksistensi perkreditan mempunyai koefisien korelasi yang sangat erat, baik bersifat negatif maupun dalam sifatnya yang positif. Sedangkan apabila ditinjau dari sisi yang lain yaitu dari sudut pandangan perbankan atau lembaga keuangan yang menyediakan sumber dana yang berbentuk perkreditan tersebut, maka kredit akan mempunyai suatu kedudukan yang sangat istimewa, terutama pada negara-negara yang sedang berkembang sebab antara volume permintaan akan dana jauh lebih besar dari penawaran dana yang ada dimasyarakat. Kelangkaan modal merupakan masalah utama dalam dunia usaha karena modal sebagai unsur esensial dalam mendukung peningkatan produktivitas dan taraf hidup masyarakat, maka ketersediaan modal dapat membatasi ruang gerak aktivitas dunia. Untuk itu, kesulitan permodalan menjadi sangat menarik untuk dibahas terkait dengan akses dana perbankan terhadap dunia usaha. Rendahnya daya serap usaha terhadap kredit perbankan tersebut sebagai akibat berbagai kendala yang dihadapi. Salah satu lembaga ekonomi yang diperlukan dalam perekonomian modern adalah lembaga keuangan baik bank maupun lembaga bukan bank. Lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan 2

melakukan penghimpunan dan penyaluran dana dari dan untuk masyarakat. Lembaga keuangan merupakan badan yang kegiatannya untuk menarik dari dana masyarakat (tabungan, giro maupun deposito) dan menyalurkan dana itu kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit maupun pinjaman. Perbankan sebagai salah satu fungsi intermediasi, berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan dunia usaha. Pihak pihak yang kelebihan dana, baik perorangan, badan usaha, yayasan maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya di bank dalam bentuk rekening giro, tabungan maupun deposito berjangka sesuai kebutuhan dan prefensinya. Khusus untuk dunia usaha, dana yang yang diberikan oleh bank adalah dalam bentuk kredit. Jumlah permintaan kredit pada suatu bank dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari sisi debitur maupun dari sisi kreditur (perbankan) itu sendiri. Permintaan kredit dari sisi debitur (dunia usaha) dipengaruhi oleh adanya upaya untuk meningkatkan aktivitas usaha, baik dalam bentuk investasi maupun modal kerja. Pemberian kredit perbankan yang sepenuhnya diperoleh dari sumber dana masyarakat dan dipergunakan untuk kegiatan perekonomian Dalam upaya memperkuat posisi perekonomian, kredit seringkali dijadikan sebagai alat untuk membantu para pelaku usaha kecil, menengah, maupun besar dengan asumsi pemberian kredit dapat meningkatkan pendapatan. Lemahnya permodalan pelaku usaha telah disadari oleh pemerintah dan akhirnya terdorong untuk meluncurkan beberapa program kredit modal usaha. Oleh karena itu, sistem perkreditan modal usaha merupakan salah satu sumber pendanaan yang diberikan oleh jasa perbankan bagi pelaku usaha dalam memenuhi kebutuhan 3

finansialnya. Adapun jasa yang diberikan oleh perbankan adalah dengan memberikan fasilitas kredit, seperti kredit program pemerintah, kredit investasi, kredit konsumtif, kredit ekspor dan kredit modal kerja. Upaya penyaluran kredit modal merupakan upaya terbaik untuk mengembangkan perekonomian masyarakat. Hal ini dikarenakan fokus dari kredit modal digunakan untuk pengadaan bahan baku, bahan pembantu, persediaan barang dan jasa. Hal ini dilakukan untuk diproduksi dan dijual kembali dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Sehingga pengembalian kredit modal ini bersumber dari keuntungan usaha. Sedangkan jika dibandingkan dengan kredit konsumsi, fokus dari upaya ini merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi atau rumahtangga, dimana pengembalian kredit bersumber dari pendapatan masyarakat berupa gaji, honorarium dan sebagainya. Selanjutnya jika dibandingkan dengan kredit investasi, fokus dari kegiatan ini adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan mesin-mesin dan peralatan berat untuk membangun pabrik atau industri. Adapun perkembangan secara umum jumlah kredit yang diberikan perbankan di provinsi Sumatera Utara khususnya dari kuartal pertama tahun 2006 sampai dengan kuartal keempat tahun 2011 pada gambar 1.1, diketahui bahwa pinjaman modal kerja yang diberikan oleh Bank secara umum cenderung meningkat. Menurunnya posisi pinjaman kredit ini khususnya terjadi pada kuartal 2 tahun 2010 yakni sebesar 4.852,12 milyar atau menurun sebanyak 14,65 persen dari kuartal sebelumnya. Selanjutnya penurunan jumlah kredit juga terjadi pada kuartal 4 tahun 2010 sebesar 4.848,84 milyar atau menurun sebesar 13,82 persen 4

Sumber: Bank Indonesia, Sumut Gambar: 1.1 Posisi Pinjaman Modal Kerja Usaha (keadaan dalam Milyar RP) Sementara itu, jika ditinjau dari pinjaman kredit tahun 2003, jumlah kredit modal tertinggi terjadi pada tahun 2011 kuartal 4 sebesar 46.788,76 milyar dari kuartal sebelumnya sebesar 40.965,80 milyar atau meningkat sebanyak 14,21 persen. Sedangkan jumlah kredit modal terendah terjadi pada tahun 2003 kuartal 1 sebesar 7.046,08 milyar. Artinya jika ditotal dari tahun amatan tersebut yakni tahun 2003 kuartal 1 hingga tahun 2011 kuartal 4, maka telah terjadi perkembangan sebesar 39.742,68 milyar atau telah berkembangan sangat pesat sebesar 564,03 persen. Kegiatan penghimpunan dana yang berupa tabungan, giro dan deposito merupakan beberapa kegiatan operasional perbankan yang wajib dilakukan. Penghimpunan dana (tabungan, deposito dan giro) oleh pihak bank merupakan kegiatan operasional dalam memperoleh dana dari masyarakat yang nantinya digunakan sebagai penyediaan dana untuk keperluan penyaluran kredit. Semakin 5

besar jumlah penghimpunan dana maka semakin besar jumlah kredit yang disalurkan dapat menjadikan perolehan laba yang semakin besar pula. Sumber dana masyarakat dari tabungan dan deposito cenderung akan lebih banyak dialokasikan kepada kegiatan kredit karena kegiatan kredit bersifat lebih produktif. Kredit bersifat produktif berarti menghasilkan berupa pendapatan bunga atas kredit yang sekaligus merupakan pendapatan terbesar bagi bank yang akhirnya berpengaruh terhadap kinerja rentabilitas bank. Deposito atau simpanan berjangka juga merupakan salah satu sumber dana bagi bank yang dapat dialokasikan sebagi sumber bagi pendanaan kredit. Semakin besar jumlah deposito yang dapat dihimpun oleh bank maka semakin besar pula jumlah kredit yang dapat disalurkan oleh bank. Kredit seperti barang ekonomi lainnya mempunyai penawaran dan permintaan. Harga kredit ditentukan oleh interaksi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran, harga kredit harus mampu mencerminkan tingkat balas jasa yang memadai sehingga pihak yang berkelebihan dana(penabung) mau menusnda konsumsi dan investasi sekarang. Sementara dari sisi permintaan, nasabah ingin harga(bunga) serendah mungkin. Dari permasalahan ini diungkapkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi permintaan kredit modal di Provinsi Sumataera Utara dan beberapa diantaranya bisa ditinjau dari segi PDRB dan dari segi jumlah deposito yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara. 6

35.000,00 30.000,00 25.000,00 20.000,00 15.000,00 10.000,00 5.000,00 0,00 2006(1) 2006(2) 2006(3) 2006(4) 2007(1) 2007(2) 2007(3) 2007(4) 2008(1) 2008(2) 2008(3) 2008(4) 2009(1) 2009(2) 2009(3) 2009(4) 2010(1) 2010(2) 2010(3) 2010(4) 2011(1) 2011(2) 2011(3) 2011(4) PDRBTK JD Sumber: Bank Indonesia, Sumut Gambar 1.2 PDRB konstan (milyar RP) dan Jumlah Deposito (Milyar RP) Bila kredit modal dikaitkan dengan PDRB, maka modal kredit perbankan memiliki hubungan positif dengan produk domestik regional bruto (PDRB). PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh nilai barang dan jasa oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Bahwa PDRB berhubungan erat dengan permintaan kredit modal kerja. Adanya kenaikan PDRB, maka akan menggiatkan sektor-sektor perekonomian suatu daerah. Berkembangnya sektorsektor perekonomian suatu daerah, maka tingkat kebutuhan akan modal akan semakin besar. Hal ini tentunya dapat disikapi dengan semakin besarnya kebutuhan akan kredit modal kerja. Kredit modal kerja ini tentunya mampu memberikan dampak yang positif bagi perkembangan perekonomian. Hal ini mampu ditunjukkan dalam peningkatan PDRB suatu daerah. Oleh sebab itu, jika PDRB meningkat, maka cenderung permintaan akan kredit modal juga akan semakin meningkat pula. Berdasarkan gambar 1.2. diatas, bila dikaitkan dengan PDRB khususnya PDRB Konstan Prov. Sumatera Utara diketahui bahwa secara umum ada PDRB 7

cenderung memiliki hubungan positif dengan permintaan kredit. Naiknya besaran PDRB sejalan dengan peningkatan jumlah kredit modal. Namun bila ditelaah lebih jauh, maka diperoleh beberapa kesenjangan diantaranya pada tahun 2010 kuartal 4 diketahui bahwa PDRB meningkat sebesar 1,18 persen, ironisnya permintaan kredit modal justru menurun cukup besar yakni 13,82 persen menjadi 30.230,76 milyar dari kuartalan sebelumnya. Selain itu, menurunnya PDRB sebesar 3,99 persen pada kuartal 2 tahun 2005 malah berdampak sebaliknya dengan meningkatkan permintaan kredit sebesar 10,54 persen dari kuartal sebelumnya. Selanjutnya berdasarkan gambar 1.2. diatas, bila dikaitkan dengan jumlah deposito di Prov. Sumatera Utara diketahui bahwa secara umum jumlah deposito cenderung memiliki hubungan positif dengan permintaan kredit. Naiknya besaran jumlah deposito sejalan dengan peningkatan jumlah kredit modal. Namun bila ditelaah lebih jauh, maka diperoleh beberapa kesenjangan diantaranya pada tahun 2010 kuartal 4 diketahui bahwa PDRB meningkat sebesar 1,18 persen, ironisnya permintaan kredit modal justru menurun cukup besar yakni 13,82 persen menjadi 30.230,76 milyar dari kuartalan sebelumnya. Selain itu, menurunnya jumlah deposito sebesar 12,22 persen pada kuartal 2 tahun 2004 malah berdampak sebaliknya dengan meningkatkan permintaan kredit sebesar 7,96 persen dari kuartal sebelumnya. Modal kredit ini juga memiliki hubungan positif dengan jumlah deposito masyarakat. Banyaknya deposito yang dihasilkan dalam suatu daerah, maka akan memungkinkan kemudahan untuk memberikan dana pinjaman yang lebih banyak 8

dan lebih merata kepada pelaku usaha. Tentunya hal ini akan menggiatkan sektorsektor perekonomian suatu daerah. Kredit modal usaha memiliki hubungan negatif dengan suku bunga pinjaman/kredit. Suku bunga kredit adalah harga/biaya dari penggunaan dana yang tersediauntuk dipinjamkan. Suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004:35), bahwa permintaan kredit dipengaruhi oleh suku bunga (biaya untuk memegang uang), dimana semakin tinggi suku bunga kredit, maka permintaan kredit akan menurun. Artinya semakin tinggi suku bunga kredit yang menceminkan semakin mahalnya biaya maka akan menurunkan permintaan kredit, dan sebaliknya semakin rendah suku bunga kredit yang mencerminkan semakin murahnya biaya akan meningkatkan permintaan kredit. Fenomena ini mencerminkan bahwa masih tingginya suku bunga kredit saat ini menjadi salah satu pertimbangan bagi dunia usaha dalam melakukan permohonan kredit kepada bank. Besarnya tingkat bunga kredit yang diberikan kepada debitur sangat mempengaruhi permintaan dan realisasi kredit. Jika di dalam hal penyimpanan dana misalnya deposito bunganya besar maka masyarakat akan cenderung untuk mendepositokan uangnya sedangkan apabila bunganya kecil minat masyarakat untuk menabung sangat kecil. Berbeda halnya dengan peminjaman kredit, apabila bunga kredit kecil maka masyarakat akan cenderung mengajukan kredit dari bank, apabila semakin tinggi bunganya maka masyarakat yang mengajukan kredit akan berkurang. Selain tingkat bunga kredit, inflasi juga mempunyai pengaruh dan peranan yang sangat besar dalam minat masyarakat dalam mengajukan kredit. Inflasi dapat didefenisikan sebagai suatu proses kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus- 9

menerus dan umum pada arah yang tetap menarik yang disebabkan oleh suatu kelebihan permintaan di atas kapasitas penawaran (Nopirin,2004). Tingginya tingkat inflasi akan menaikkan biaya hidup masyarakat. Kenaikan biaya hidup ini dapat mempengaruhi pendapatan riilnya, karena pendapatan masyarakat tersebut diserap oleh harga yang tinggi. Selain itu apabila bank Sentral menaikkan tingkat giro wajib minimum bank, maka dana yang tersedia di bank akan berkurang dan ini akan menyebabkan bank tersebut akan mengurangi penyaluran kredit kepada masyarakat untuk melindungi likuiditasnya. Inflasi memiliki hubungan negatif dengan permintaan kredit perbankan, dikarenakan inflasi berarti juga kenaikan harga. Semakin naiknya harga, maka seseorang akan enggan untuk melakukan usaha, sehingga permintaan pengajuan kredit akan semakin rendah. Oleh karena itu, maka dengan adanya penurunan inflasi, maka permintaan akan kredit juga akan semakin meningkat. 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 2006(1) 2006(2) 2006(3) 2006(4) 2007(1) 2007(2) 2007(3) 2007(4) 2008(1) 2008(2) 2008(3) 2008(4) 2009(1) 2009(2) 2009(3) 2009(4) 2010(1) 2010(2) 2010(3) 2010(4) 2011(1) 2011(2) 2011(3) 2011(4) SBK IHK Sumber: Bank Indonesia, Sumut Gambar 1.3 Perkembangan Suku bunga kredit, Indeks Harga Konsumen (%) Berdasarkan gambar 1.3. diatas, bila dikaitkan permintaaan kredit dengan dengan tingkat suku bunga kredit di Prov. Sumatera Utara diketahui bahwa secara 10

umum ada suku bunga kredit cenderung memiliki hubungan negatif dengan permintaan kredit. Turunnya besaran suku bunga kredit sejalan dengan peningkatan jumlah kredit modal. Namun bila ditelaah lebih jauh, maka diperoleh beberapa kesenjangan diantaranya pada tahun 2005 kuartal 3 diketahui bahwa suku bunga kredit meningkat sebesar 6,53 persen, ironisnya permintaan kredit modal justru meningkat cukup besar yakni 7,22 persen menjadi 13.824,32 milyar dari kuartalan sebelumnya. Selain itu, menurunnya suku bunga kredit sebesar 3,06 persen pada kuartal 1 tahun 2007 malah berdampak sejalan dengan menurunnya permintaan kredit sebesar 10,67 persen dari kuartal sebelumnya. Selanjutnya berdasarkan gambar 1.3. diatas, bila dikaitkan permintaan kredit dengan dengan tingkat IHK di Prov. Sumatera Utara diketahui bahwa secara umum ada IHK cenderung memiliki hubungan negatif dengan permintaan kredit. Turunnya besaran IHK idealnya sejalan dengan peningkatan jumlah kredit modal. Namun bila ditelaah lebih jauh, maka diperoleh beberapa kesenjangan diantaranya pada tahun 2006 kuartal 4 diketahui bahwa IHK meningkat sebesar 4,18 persen, ironisnya permintaan kredit modal justru meningkat cukup besar yakni 6,82 persen menjadi 16.687,6 milyar dari kuartalan sebelumnya. Selain itu, menurunnya IHK sebesar 0,34 persen pada kuartal 2 tahun 2010 malah berdampak sejalan dengan menurunnya permintaan kredit yang cukup besar yakni sebesar 14,65 persen dari kuartal sebelumnya. Berdasarkan uraian permasalahan-permasalahan diatas, diketahui bahwa masih banyak hal yang menarik untuk dikaji lebih jauh khususnya mengenai kesenjangan faktor yang mempengaruhi permintaan kredit yakni PDRB, IHK, suku kredit dan jumlah deposito dengan keadaan yang terjadi sebenarnya di 11

Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan permasalahan tersebut. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Permintaan Kredit Modal Usaha Pada Bank Pemerintah Di Sumatera Utara. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan diatas, yang menjadi rumusan masalah adalah: bagaimana pengaruh PDRB, Jumlah deposito, IHK dan suku bunga kredit terhadap permintaan kredit modal kerja di Provinsi Sumatera Utara secara simultan dan parsial? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh PDRB, suku bunga kredit, IHK dan jumlah deposito terhadap permintaan kredit modal kerja di Provinsi Sumatera Utara secara simultan dan parsial. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai : 1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi manajemen perbankan di Sumatera Utara dan pemerintah dalam rangka pemberian kredit kepada pelaku usaha di Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan acuan dan referensi bagi peneliti lain yang berminat meneliti di bidang perkreditan di Sumatera Utara. 3. Sebagai informasi ilmiah dan menambah wawasan bagi peneliti tentang konsep permintaan kredit perbankan di Sumatera Utara. 12