BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian proses pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Para Pakar Geografi pada seminar dan lokakarya di Semarang tahun 1988 dalam (Cut

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik (Syah, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

Empat Kompetensi Dasar Guru 1. PENGERTIAN Pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan secara tegas

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

II. TINJAUAN PUSTAKA. ingin terus belajar. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sardiman (2007 : 76)

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR SEJARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA SMA SANTO MIKAEL SLEMAN YOGYAKARTA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Pendapatan Orang Tua. a. Pendapatan. Wahyu Adji (2004: 3) mengatakan bahwa pendapatan atau

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

II. TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. tindakan sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan. hubungan kemanusiaan melalui peranan-peranan individu di dalamnya

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. individu yang belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

BAB II KAJIAN TEORI. aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.

BAB II LANDASAN TEORITIS. Minat merupakan kecenderungan yang dituju untuk memusatkan perhatian,

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Mempraktikkan Materi yang Diajarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PENERIMAAN SISWA TERHADAP GURU DI KELAS DENGAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS NEGERI OLAK KEMANG KOTA JAMBI

sehat di dalam kelas. Apabila siswa memiliki nilai yang maksimal maka akan menimbulkan kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi seorang siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Kegiatan. pengajaran tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya. Maka upaya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMP NEGERI 11 JAMBI

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI. Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

Transkripsi:

BAB II Pengertian Profesionalisme Guru TINJAUAN PUSTAKA Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2009:42). Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata profession (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional kurang lebih berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profisiensi sebagai mata pencaharian. Berdasarkan pertimbangan arti-arti tersebut, maka pengertian guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi (profisiensi) sebagai sumber kehidupan (Supriyadi, 2011:43). Menurut Kunandar (Nurjannah, 2011:9) Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam 1

bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Menurut Iskandar (2009:9) profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas Profesional melalui berbagai cara dan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna Profesional (Nurjannah, 2011:9). Cece Wijaya (Daryanto, 2010:181) menyatakan, ada tiga tugas dan tanggung jawab pokok profesi guru, yaitu: guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, dan guru sebagai administrator kelas. Sehubungan dengan tugas profesionalnya, seorang guru paling tidak harus melaksanakan peranan sesuai dengan profil kemampuan dasar profesional guru dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: Menguasai bahan pelajaran. 2

Mengelola program belajar mengajar. Mengelola kelas. Menggunakan media dan sumber. Menguasai landasan-landasan kependidikan. Mengelola interaksi belajar-mengajar. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Sebagai profesional, guru harus selalu meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara terus menerus. Sasaran penyikapan itu meliputi penyikapan terhadap perundang-undangan, organisasi profesi, teman sejawat, peserta didik, tempat kerja, pemimpin dan pekerjaan. Sebagai jabatan yang harus dapat menjawab tantangan perkembangan masyarakat, jabatan guru harus selalu dikembangkan dan dimutakhirkan. Dalam bersikap guru harus selalu mengadakan pembaruan sesuai dengan tuntutan tugasnya (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2009:55). Menurut Uno (2011:16) untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat melaksanakan tugasnya 3

secara profesional, yaitu: Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berfikir serta mencari menemukan sendiri pengetahuan. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimilki peserta didik (kegiatan appersepsi), agar peserta didik menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang diterimanya. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik menjadi jelas. Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata pelajaran dan/ atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati/meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan 4

sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut. Guru sebagai jabatan profesional memerlukan keahlian khusus karena sebagai suatu profesi, guru harus memiliki syarat profesional. Menurut Oemar Hamalik (Daryanto, 2010:204) mengemukakan syarat-syarat sebagai berikut: Persyaratan fisik, yaitu kesehatan jasmani yang artinya seorang guru harus berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi kependidikan, mencintai dan mengabdi serta memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas dan jabatannya. Persyaratan moral, yaitu memilki budi pekerti yang luhur dan memiliki sikap susila yang tinggi. Persyaratan intelektual, yaitu memilki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi yang diperoleh dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan, yang memberi bekal guna menunaikan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik. Selain itu, sebagai suatu profesi, jabatan guru menuntut kriteria Profesional sebagai berikut: (Nurjannah, 2011: 10) Fisik Sehat Jasmani 5

Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan/cemooh atau rasa kasihan dari anak didik. Mental / kepribadian Berkepribadian. Berbudi pekerti luhur. Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal. Mampu menyalurkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa. Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang besar akan tugasnya. Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi. Bersifat terbuka, peka dan inovatif. Menunjukkan rasa cinta terhadap profesinya. Memiliki kedisiplinan yang tinggi. Memiliki sense of humor. Keilmiahan/pengetahuan Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi. Memahami ilmu pendidikan dan keguruan serta mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik. Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain. Senang membaca buku-buku ilmiah. Mampu memecahkan masalah secara sistematis, terutama yang berhubungan 6

dengan mata pelajaran. Memahami prinsip kegiatan pembelajaran Keterampilan Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural, interdialpliner, fungsional, behavior, dan teknologi. Mampu menyusun Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan. Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah Menurut Daryanto (2010:205) guru yang profesional akan bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya dan tujuan pendidikan umumnya, sudah barang tentu memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan. Sebagai indikator, guru dinilai mampu secara profesional apabila: Guru tersebut mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar 7

di kelas. B. Pengertian Minat Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya, ia segan-segan untuk belajar dan tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar (Daryanto, 2010:39). Menurut Slameto dalam Djaali, 2009:121 minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Menurut Crow and Crow dalam Djaali, 2009:121 minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Minat diartikan sebagai kecendrungan subjek yang menetap, unuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Minat momentan ialah perasaan tertarik pada suatu topik yang sedang dibahas atau dipelajari, untuk itu kerap digunakan istilah perhatian. Namun, perhatian dalam arti minat momentan, perlu dibedakan dari perhatian 8

dalam arti konsentrasi, sebagaimana dijelaskan di atas. Antara minat dan berperasaan senang terdapat hubungan timbal balik, sehingga tidak mengherankan kalau siswa yang berperasaan tidak senang, juga akan kurang berminat, dan sebaliknya (W.S Winkel, 2014:219). Hilgard dalam Daryanto, 2010:38 memberikan rumusan tentang minat adalah sebagai berikut: Interes is persisting tendency to pay attention to and enjoy same activity or content. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sikapnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh keputusan. Minat merupakan kecenderungan yang dimiliki oleh setiap orang/ individu untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu objek tertentu. Menurut Dalyono (2010:235) belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu, pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan. Ada atau tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan garis miring tidaknya dalam pelajaran itu. Jadi, minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat 9

pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian (Slameto, 2010:180). Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah (Dalyono, 2010:56). Minat menentukan sukses atau gagalnya kegiatan seseorang. Minat yang besar akan mendorong motivasinya, demikian pula dalam mengikuti studi di Perguruan Tinggi setiap mahasiswa hendaknya mempunyai minat terhadap perkuliahan yang sedang diikutinya. Kurangnya minat menyebabkan kurangnya perhatian dan usaha belajar, sehingga menghambat studinya. Tentu saja keadaan kurang minat ini ada hal lain lagi yang menyebabkannya mungkin dari mahasiswa itu sendiri atau mungkin juga timbul karena pihak pengajar sendiri. Seandainya kurang minat ini bersumber dari pihak mahasiswa sendiri ada baiknya mencari bidang studi yang lain yang sesuai dengan bakatnya dan kemampuannya, jangan coba-coba memforsir diri (Hamalik, 1983:113). Crow and Crow dalam Djamarah, 2002:158 berpendapat bahwa lamanya minat bervariasi. Kemampuan dan kemauan menyelesaikan suatu tugas yang 10

diberikan untuk selama waktu yang ditentukan berbeda-beda baik dari segi umur maupun bagi masing-masing individu. Untuk seorang anak yang sangat muda, lamanya minat dalam kegiatan tertentu sangat pendek. Minat senantiasa berpindah-pindah namun demikian ia menghendaki keaktifan, ia kerap kali mendasarkan kegiatan-kegiatannya atas pilihan sendiri dan dapat lebih suka mengusahakan sesuatu tertentu daripada yang lainnya. Karena minat yang terdapat dalam kegiatan untuk kepentingan diri sendiri lebih daripada untuk mencapai sesuatu hasil tertentu, sehingga ia mudah dikacaukan dan mudah tertarik pada kegiatan yang lain. Tidak demikian halnya terhadap orang yang lebih tua. Mereka yang disebutkan terakhir ini lebih lama dapat mempertahankan minatnya terhadap sesuatu daripada berpindah-pindah kepada hal-hal lain. Menurut Slameto dalam Djamarah, 2002:159 beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Misalnya, beberapa orang anak didik menaruh minat pada olahraga balap mobil. Sebelum mengajrkan percepatan gerak, guru dapat menarik perhatian anak didik dengan menceritakan sedikit mengenai balap mobil yang baru saja berlangsung, kemudian sedikit demi sedikit diarahkan ke materi pelajaran yang sesungguhnya. Indikator-indikator minat belajar siswa terdiri dari: adanya perhatian, adanya ketertarikan, dan rasa senang. Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu: perhatian terhadap bahan pelajaran, memahami materi 11

pelajaran dan menyelesaikan soal-soal pelajaran. Ketertarikan dibedakan menjadi ketertarikan terhadap bahan pelajaran dan untuk menyelesaikan soal-soal pelajaran. Rasa senang meliputi rasa senang mengetahui bahan belajar, memehami bahan belajar, dan kemampuan menyelesaikan soal-soal (Nurjannah, 2011:16). C. Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh sebab itu kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Menurut Ormrod dalam Ghufron dan Risnawita (2012:7), menjelaskan bahwa defenisi belajar yaitu: Belajar adalah perubahan yang cenderung menetap dalam perilaku sebagai hasil pengalaman. Belajar adalah perubahan yang cenderung menetap dalam representasi atau asosiasi mental sebagai hasil pengalaman. Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Morgan dalam Sutikno, 2013:3 mengartikan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil pengalaman yang lalu. Menurut Djamarah (2008:13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil 12

dari pengalaman individu dalam lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Winkel dalam Purwanto (2009:36), belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan menurut Hamalik (2011:39) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:295) belajar adalah kegiatan invidu memperoleh pengetahuan,perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar dalam belajar tersebut individu menggunakan ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat memberikan gambaran bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yang cenderung menetap dan merupakan hasil dari pengalaman, serta tidak termasuk perubahan fisiologis namun fsikologis yang berupa perilaku dan representasi atau asosiasi mental. D. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dalam penelitian ini karena hanya ada dua variavel yaitu kepribadian guru sebagai indepent variabel (variabel yang mempegaruhi) disebut sebagai variabel X dan minat belajar sebagai dependent variabel (variabel yang dipengaruhi) disebut sebagai variabel Y, maka dapat dilihat pada gambar berikut ini. 13

Y(Minat belajar siswa) X (profesionalisme guru) Hubungan Gambar 1. Paradigma Penelitian 14