BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. internet, penelitian tentang novel Sinta Obong Karya Ardian Kresna dan cerita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB II KAJIAN TEORI. Beuve dalam sebuah artikelnya yang terbit tahun 1868 (Damono, 2005: 14).

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.

Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cuarahan hati pengarang. Cara pengarang menghadirkan tokoh merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. salah satu wujud karya seni yang bermedium bahasa. Menurut Goldmann (1977:

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah wujud tertulis yang

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

DAFTAR ISI ABSTRAK... UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL..

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kajian Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

I. PENDAHULUAN. Prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang di antaranya adalah novel.

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Sejauh amatan penulis di Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan berbagai macam sumber dari internet, penelitian tentang novel Sinta Obong Karya Ardian Kresna dan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari, selama ini belum pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Jika ditilik dari segi teori yang digunakan dalam penelitian ini, ada beberapa penelitian yang menggunakan sastra bandingan sebagai teori. Pada tahun 2008, mahasiswi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Pendidikan Bahasa dan Seni. Siti Zulaikhah menyelesaikan skripsinya yang berjudul Kisah Cinta Laila-Majnun dan Romeo-Juliet (Suatu Tinjauan Sastra Bandingan). Dalam penelitian ini, Siti lebih memfokuskan perbandingan dalam segi intrinsik cerita yang terdapat dalam objek penelitiannya. Kurangnya penelitian yang menggunakan teori maupun objek dalam penelitian ini, penulis mendapatkan alasan yang kuat untuk meneliti karya tersebut lebih lanjut. 11

12 Pada tahun 2013 mahasiswi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Christin Cahyoningrum menggunakan sastra bandingan sebagai teori dalam penelitianya. Penelitiannya membahas sikap hidup tokoh wanita, persamaan dan perbedaan cerita sekaligus budaya dalam ritual penahbisan seorang ronggeng dan gheisha dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Memoar Seorang Geisha. Judul penelitian yang dilakukan Christin yaitu, Sikap Hidup Tokoh Wanita dan Nilai-nilai Budaya dalam Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Memoar Seorang Geisha Karya Athur Golden. Penulis mencatat beberapa penelitian yang menggunakan teori sastra bandingan, hal tersebut dimaksudkan untuk membantu menambah referensi tentang teori sastra banding. Mengingat tidak adanya penelitian terdahulu yang mengkaji tentang novel Sinta Obong karya Ardian Kresna dan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari. 2. Landasan Teori Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teori sastra untuk mendukung dalam menganalisis permasalahan yang terkadung di dalam data penelitian. Masalah dilihat dari kedua karya sasta di atas adalah perbandingan tokoh Sinta dan sudut pandang pengarang, maka penulis menggunakan teori sastra bandingan dan pendekatan biografis sastra. Tujuan menggunakan teori ini tentu saja untuk mendasari, membantu, dan mendukung penulis hingga mampu menyelesaikan penelitian.

13 Adapun teori yang akan digunakan oleh penulis ialah teori sastra bandingan dan pendekatan biografis sastra. Hal ini karena penulis akan membandingkan kedua karya sastra dan sekaligus mengamati sisi budaya dari karya tersebut. a. Sastra Bandingan Istilah sastra bandingan merupakan suatu cara untuk membandingkan dua karya sastra atau lebih. Bandingan dapat diartikan pula membandingkan (to compare) dari berbagai aspek. Adapun sastra bandingan dapat juga dimengerti sebagai upaya membandingkan dua karya sastra atau lebih (Endraswara, 2011:2) Berdasarkan sejarahnya, sastra bandingan mempunyai dua aliran. Pertama aliran Perancis yang kerap disebut sebagai aliran lama. Kedua, aliran Amerika atau aliran baru. Perbedaan keduanya terletak pada objek kajiannya saja. Aliran Perancis lebih fokus pada perbandingan antara karya sastra satu dengan karya sastra lain, sedangkan aliran Amerika berpikiran lebih luas, yaitu karya sastra dapat dibandingkan dengan beberapa ilmu lain. Aliran Perancis menyebutkan bahwa ahli sastra bandingan berusaha meneliti karya sastra dengan membandingkan dengan karya sastra lain dengan mempertimbangkan aspek pertukaran tema, gagasan, feeling, dan nasionalisme (Trisman, 2003:50). Aliran Perancis dirasa lebih tepat dengan penelitian yang diangkat karena dalam penelitian ini membandingkan dua karya sastra yang senada dan berbentuk prosa.

14 Endraswara (2011:7) menjelaskan munculnya dua konsep dalam studi sastra bandingan. Konsep pertama, istilah sastra bandingan digunakan untuk studi sastra lisan. Lalu konsep kedua, belakangan istilah sastra bandingan turut mencakup studi hubungan antardua kesusastraan atau lebih. Dalam penilitian ini, penulis menitikberatkan pada konsep yang kedua mengingat kedua objek yang penulis bandingkan merupakan karya sastra. Ditinjau dari sifat kajiannya, sastra bandingan dapat dibagi menjadi empat kelompok kajian : 1) Kajian bersifat komparatif 2) Kajian bersifat historis 3) Kajian bersifat teoretis 4) Kajian bersifat antar-disiplin Kajian yang bersifat komparatif maksudnya kajian ini menitikberatkan pada penelaahan teks karya sastra yang dibandingkan (Kasim, 1996:28). Karena penelitian yang diangkat berpusat pada karya sastra, maka penelitian ini dimaksudkan dalam sifat komparatif. Kajian yang bersifat komparatif dapat berbentuk kajian pengaruh (influence study) kajian kesamaan (affinity study) (Kasim, 1996:29). Sejauh ini, latar belakang penulis untuk membandingakan novel Sinta Obong karya Ardian Kresna dan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari ditinjau dari kemiripan karya tersebut. Oleh karena itu, kajian komparatif kesamaan (affinity study) menjadi acuan dalam menganalisis karya.

15 Adanya persamaan secara tekstual tentu memerlukan bidang kajian secara khusus. Berikut bidang-bidang kajian sastra bandingan menurut Kasim (1996:31): 1) Tema dan motif Meliputi: buah pikiran, gambaran perwatakan, alur cerita (plot), episode, latar (setting) 2) Jenre (genre) dan bentuk (form) 3) Aliran dan angkatan 4) Hubungan karya sastra dengan ilmu lain 5) Teori Sastra, Sejarah Sastra, dan Teori Kritik Sastra Dari kelima pokok tersebut, penulis akan menggunakan kajian pertama, yaitu tema dan motif. Tema di sini mencakup juga pengertian tentang motif dan kedua istilah tersebut memang sering dicampuradukkan. Bagian tema atau cerita yang penulis fokuskan dalam penelitian ini adalah tokoh Sinta. Tommy Christomy, tokoh adalah individu yang mengalami peristiwa atau berlaku dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh memiliki sifat tertentu dengan peran yang dilekatkan padanya oleh sang pengarang. Cara menampilkan tokoh-tokoh dalam karya sastra disebut juga penokohan (Trisman, 2003:56). Dalam setiap kajiannya, sastra bandingan membutuhkan ilmu lain untuk mempertajam analisisnya. Hal ini serupa dengan pendapat Wellek dan Warren, istilah sastra bandingan dalam praktiknya menyangkut pula bidang

16 studi sastra dan masalah lain. Sastra bandingan menjadi lebih luas (Teeuw, 1988:30). Luas dalam arti, sebuah karya tidak hanya dilihat dari persamaan dan perbedaan intrinsiknya saja, melainkan dapat ditinjau dari bidang lain, salah satunya adalah budaya yang terkandung di dalamnya. b. Sastra Terjemahan Sastra terjemahan ialah bentuk sastra yang diterjemahkan ke dalam bahasa lain, seperti yang disampaikan oleh Damono (2005:35), penerjemahan sebenarnya merupakan usaha untuk mengubah cara penggungkapan dalam suatu kebudayaan menjadi cara pengungkapan yang ada dalam kebudayaan lain. Hal ini berarti pengubahan kode agar sesuai dengan yang ada dalam kebudayaan sasaran. Posisi sastra terjemahan sendiri dalam sastra Indonesia juga tidak bisa dikesampingkan. Adanya sastra terjemahan turut menambahkan kekayaan sastra Indonesia dan dapat menjadi inspirasi sastrawan lain. Segenap terjemahan karya sastra yang selama ini dikerjakan adalah bagian yang tidak terpisahkan dara sastra (Damono, 2005:40). Selain dapat menambah wawasan satra Indonesia, sastra terjemahan dapat menyebabkan sebuah karya sastra yang diterjemahkan tetap hidup dan tetap dapat dinikmakti. Terjemahan, dengan demikian, menyebabkan karya sastra bertahan hidup; meminjam istilah Gifford karena diterjemahkan karya

17 sastra mengalami second existence, keberadaan atau kehidupan kedua (Damono, 2005:37). Bahasan selanjutnya, mengani sastra terjemahan ialah kaitanya dengan kajian sastra bandingan. Seperti yang telah dikatakan pada bagian sebelumnya bahwa sastra bandingan membandingkan karya sastra dari dua negara yang berbeda, maka muncul suatu pertanyaan apakah bahasa yang digunakan dalam sastra bandingan harus asli karya tersebut. Kemudian, apakah penelitian sastra bandingan yang menggunakan sastra terjemahan sebagai objek kajiannya dianggap tidak sah? Pendapat ini dijawab dengan apik oleh Sapardi Djoko Damono. Bagaimana seandainya ada penelitian yang membicarakan dua karya sastra yang salah satunya berupa sastra terjemahan, tetapi dalam penilitian itu hanya membicarakan masalah tema dan sama sekali tidak tersangkut-paut dengan stilistika? Dengan menggunakan terjemahan, seharusnya masih bisa membanding-bandingkan kecenderungan tematik yang ada dalam karya-karya yang penulis/peneliti bandingkan (Damono, 2005:12) Berdasarkan peryantaan tersebut, maka objek kajian penulis yang salah satunya berupa cerita atau novel terjemahan dapat disahkan ke dalam studi sastra bandingan. Hal ini karena peneliti mempunyai kecenderungan untuk membandingkan aspek tema dan budaya, bukan mengerucut pada ranah stilistika.

18 c. Pendekatan Biografis Sastra Perbedaan sudut pandang pengarang memang menjadi sisi yang tak kalah menarik dalam penilitian ini. Secara garis besar, novel Sinta Obong Karya Ardian Kresna dan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari, menceritakan suatu cerita dengan tema yang sama, yaitu tentang kisah petualangan cinta penuh liku antara Rama dan Sinta, namun dalam akhir cerita kedua pengarang menyajikan bentuk gambaran cerita yang berbeda dalam karyanya. Dari sana, penulis tertarik untuk meneliti dan memandang faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Pengarang merupakan faktor penting dalam permasalahan yang dipaparkan di atas, dalam penilitian ini penulis menggunakan pendekatan biografis untuk membantu mempertajam analisis. Wellek dan Warren menyatakan bahwa, model biografis dianggap sebagai pendekatan yang tertua. Pendekatan biografis merupakan studi yang sistematis mengenai proses kreativitas. Subjek kreator dapat dianggap sebagai asal-usul karya sastra, arti sebuah karya sastra dengan demikian secara relatif sama dengan maksud, niat pesan, dan bahkan tujuan-tujuan tertentu pengarang (Ratna, 2012:55) Karya sastra pada giliranya identik dengan riwayat hidup, pernyataanpernyataan pengarang dianggap sebagai suatu kebenaran, biografis mensubordinasiakan karya. Sebagai anggota masyarakat, pengarang dengan

19 sendirinya lebih berhasil untuk melukiskan masyarakat di tempat ia tinggal, lingkungan hidup yang benar-benar dialaminya secara nyata. Oleh karena itulah, seperti juga dari disiplin ilmu yang lain dalam menggunakan gejalagejala sosial, pengarang juga dianggap perlu untuk mengadakan semacam penelitian yang kemudian secara interpretatif imajinatif diangkat dalam karya seni (Ratna, 2012:56). Dalam kaitan dengan aktivitas kreatif dibedakan menjadi tiga macam pengarang. Yaitu : 1) Pengarang yang mengarang atau yang menciptakan berdasarkan pengalaman langsung 2) Pengarang yang menciptakan suatu karya berdasarkan keterampilan dalam menyusun kembali unsur-unsur pencitraan, dan 3) Pengarang yang mengarang berdasarkan kekuatan imajinasi. Manusia adalah makhluk sosial. Meskipun sering ditolak, dalam kasus-kasus tertentu biografi masih bermanfaat. Dalam ilmu sastra, biografi pengarang, bukan curriculum vitae, membantu untuk memahami proses kreatif, genesis karya seni. Biografi memperluas sekaligus membatasi proses analisis. Dalam ilmu sosial, pada umumnya biografi dimanfaatkan dalam kaitanya dengan latar belakang proses rekontruksi fakta-fakta, membantu menjelaskan pikiran-pikiran seorang ahli, seperti: sistem ideologis, paradigma

20 ilmiah, pandang dunia, dan kerangka umum sosial budaya yang ada disekitarnya (Ratna 2012:57). Ratna (2012:58) menjelaskan, dalam kehidupan praktis sehari-hari, pengarang memiliki posisi tertinggi. Kepengarangan dengan demikian dikaitkan dengan kualitas rohaniah, seperti intelektualitas dan emosional, moral dan spiritual, didaktis dan ideologis. B. Kerangka Pikir Dalam penelitian perbandingan antara novel Sinta Obong Karya Ardian Kresna dan erita Ramayana karya C. Rajagopalachari, digunakan teori sastra bandingan dan pendekatan biografis sastra. Adapun pendekatan biografis sastra turut digunakan untuk membantu mempertajam analisis tentang sudut pandang pengarang yang menjadi faktor perbedaan cerita kedua karya sastra yang bertemakan sama. Kerangka pikir yang digunakan untuk menganalisis perbandingan antara novel Sinta Obong Karya Ardian Kresna dan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari adalah sebagai berikut. 1. Pada tahap awal penulis menentukan permasalahan penilitian, yaitu persamaan dan perbedaan cerita yang muncul pada novel Sinta Obong Karya Ardian Kresna dan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari. Lalu dilakukan pemahaman yang sungguh terhadap kedua karya sastra atau objek penelitian tersebut sehingga mampu menemukan maksud yang terdapat di dalamnya.

21 2. Setelah melakukan pemahaman yang seksama, tahap selanjutnya adalah menemukan permasalahan yang akan diteliti. Adapun penulis menitikberatkan permasalahan dalam pengambaran tokoh Sinta dalam novel Sinta Obong Karya Ardian Kresna dan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari. 3. Tahap selanjutnya adalah menentukan teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam objek penelitian. Sastra bandingan dan pendekatan biografis sastra yang digunakan untuk meneliti dan menganalisis lebih lanjut, persamaan dan perbedaan dalam novel Sinta Obong Karya Ardian Kresna dan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari dipisahkan terlebih dahulu, kemudian mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dari sisi intrinsik dan ekstrinsik. Tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan kedua karya sastra dari berbagai aspek. Analisis selanjutnya, memaparkan perbedaan sudut pandang masing-masing pengarang dengan bantuan pendekatan biografis sastra 4. Terakhir adalah tahap dimana penulis menyimpulkan pesan yang terdapat dalam novel Sinta Obong Karya Ardian Kresna dan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari, dengan didasarkan pada analisis dengan teori dan pendekatan di atas.

22 Melalui berbagai langkah dari uraian kerangka berpikir di atas diperjelas melalui bagan sebagai berikut: Novel Sinta Obong Karya Adrian Kresna dan cerita Ramayana karya C. Rajagopalachari Gambaran Tokoh Sinta Sudut Pandang Pengarang Tema cerita Aspek budaya Sastra bandingan Pendekatan biografis sastra Analisis Simpulan