BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Mencuatnya prestasi gemilang Gita Gutawa, meski masih berusia belia,

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

Metsi Daud 1. Keywords: Emotional Intelligence, Academic Achievement

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

kebenaran yang didasarkan atas manfaat atau kegunaannya(soleh, 1988).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. terkait antara individu dan interaksi antara kelompok. Berbagai proses sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eli Hermawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas. Guru diharapkan mampu lebih. pendidikannya atau yang akan terjun ke masyarakat.

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA

PENGARUH INTELLIGENCE QUOTIENT

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi ( Mengenyam pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun lembaga non-formal, karena lembaga-lembaga tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Sehingga diupayakan generasi muda dapat mengikuti setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh dan memproses pengetahuan. Hal ini berarti Kondisi menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP. TK adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sendirinya. Mereka membutuhkan orang tua dan lingkungan yang kondusif

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Kuliah dan pekerjaan merupakan dua hal yang saling berkaitan, karena

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengubah emosi, sosial dan intelektual seseorang. Menurut Tudor (dalam Maurice

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang cerdas dan berkualitas. apabila ada usaha atau upaya yang dilakukan. Niat atau tekad yang kuat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang

SENI DAPAT MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi manusia terjadi semenjak manusia itu berada. dalam kandungan hingga akhir masa hidupnya. Hal ini sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

EFFECTIVENESS OF GROUP COUNSELING SERVICES TO IMPROVE EMOTIONAL INTELLIGENCE

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Pendidikan juga merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, anak belajar berbagai macam hal. Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Binet dalam Winkel (2005:529) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Pada kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan anak yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan 1

2 kemampuan Inteligensinya. Ada anak yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada anak yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satusatunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Goleman (2007:44) kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood)., berempati serta kemampuan bekerja sama. Kecerdasan emosi sendiri menggambarkan kemampuan seseorang untuk mampu mengelola dorongan-dorongan dalam dirinya terutama dorongan emosinya. Seperti yang diungkapkan oleh Goleman (Efendi, 2005:171) bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Lebih lanjut Goleman (Efendi, 2005:171) mengatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mampu mengatur suasana hati, berempati dan berdo a.

3 Dalam proses belajar anak, kedua inteligensi itu sangat diperlukan, IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar anak di sekolah (Goleman, 2009:12). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami anak saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence anak.. EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar membangun kesuksesan karir, mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja (Goleman, 2009:17). Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan defmisi baru terhadap kata cerdas. Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan IQ (Goleman, 2009:44). Menurut Goleman (2009:512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi; menjaga keselarasan mosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Menurut Goleman (2009:45), khusus pada orang-orang yang rnurni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak

4 beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Oleh karena itu untuk dapat menggontrol perkernbangan kecerdasan emosionalnya seorang anak memerlukan guru yang memberikan bimbingan kepadanya. Untuk melatih kecerdasan emosi anak kuncinya ada pada orang tua di rumah dan guru di sekolah. Jika para guru menginginkan para anak memiliki kecerdasan emosi yang tinggi maka guru harus belajar terlebih dahulu, meningkatkan kecerdasan pribadinya, sekolah merupakan tempat anak untuk mempefajari emosi. Sebagian besar pembentukan kecerdasan emosi anak justru terbentuk di masa anak-anak (sebelum anak berusia 18 tahun) atau saat anak duduk di bangku pendidikan dasar, pada saat itulah mereka belajar berkomunikasi dan bergaul dengan temanteman dan lingkungan, banyak peristiwa intrik dan momen yang terjadi selama di pendidikan dasar tersebut, dan bagaimana mereka berusaha bertahan menghadapi semua masalah itulah yang mengasah kecerdasan emosinya, anak harus belajar berbagi dengan teman karena mereka semua memiliki hak dan kewajiban yang

5 sama sebagai murid, anak harus belajar mengalah saat berebut tempat duduk/ belajar antri ketika mencuci tangan menghargai karya teman-teman dan belajar bekerja sama. Taman Kanak-kanak 01 Kedawung Jumapolo merupakan salah satu Taman Kanak-kanak yang berada pada pinggiran Kota Kecamatan Jumapolo sebelah barat daya, memiliki kemampuan yang hampir seragam karena saat masuk memiliki umur yang hampir seragam yakni antara 4 tahun dan 5 tahun. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti yang dilakukan di TK 01 Kedawung dimana di kelompok B anak-anaknya kurang bisa mengelola emosinya. Anakanak tersebut selalu marah dan juga kadang ada yang menangis, atau memukul ketika ada yang mengganggunya dan juga merebut mainannya. Selain itu, pembelajaran di TK 01 Kedawung kadang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan. Para guru selalu menggunakan metode yang dulu dalam kegiatan pembelajarannya yaitu dimana guru memberikan pembelajaran yang hanya mengembangkan kemampuan kognitifnya saja tanpa mengembangkan aspek lainnya, seperti mengembangkan sosial emosional dan juga kreativitas anak. Alasan guru sering memberikan pembelajaran yang menekankan pada halhal yang bersifat intelektual didasarkan atas tuntutan orang tua yang merasa cemas apabila anak-anak mereka nantinya tidak diterima di sekolah yang menjadi tujuan mereka, sehingga mereka menuntut pihak sekolah khususnya guru untuk memberikan pelajaran-pelajaran yangbersifat akademik daripada pengembangan aspek kecerdasan yang lainnya.

6 Dampak dari kegiatan pembelajaran yang bersifat konvensional tersebut mengakibatkan anak mudahcemas, kurang percaya diri apabila menemukan halhal baru, kurang mampu mengendalikan emosi, tidak berempati terhadap teman, serta kurang mampu bekerja secara kelompok (Elias, Tobias, Friedlander, 2000:20). Goleman (2000:27) mengungkapkan bahwa menurunnya keterampilan dasar kecerdasan emosi dari generasi ke generasi adalah melalui kehidupan, pada saat anak bermain dengan anak-anak lain, pengaruh dari orang tua, keluarga, tetangga serta iklim pembelajaran yang kurang mendukung. Dalam rangka membantu anak mengembangkan kecerdasan emosi, guru diharapkan mampu membantu anak untuk lebih memahami dirinya baik kelebihan ataupun kekurangannya, sehingga dapat bereaksi wajar dan normatif, dengan begitu anak tidak akan terkejut apabila menerima kritik ataupun umpan balik, mudah bersosialisasi, memiliki solidaritas yang tinggi, serta dapat diterima di lingkungannya. Salah satu metode yang digunakan untuk mengembangkan kecerdasan emosional adalah metode sosiodrama. Dengan metode sosiodrama anak dapat melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan. Anak akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Bakat yang terdapat pada anak dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya. Anak memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya. Bahasa lisan anak dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain. (Djamarah dan Zain, 2008:29).

7 Atas dasar uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui peranan metode sosiodrama terhadap pengembangan kecerdasan emosional bagi anak. Oleh karena itu tulisan ini diberi judul : Pengembangan Kecerdasan Emosional Melalui Metode Sosiodrama di Taman Kanak-kanak 01 Kedawung Jumapolo Karanganyar tahun 2012/2013. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dibuat suatu identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak belum didukung dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat. 2. Kurangnya kecerdasan emosional anak berakibat pada pencapaian prestasi belajar yang rendah di sekolah. 3. Adanya anak yang mengalami hambatan dalam mengembangkan kecerdasan emosional maka diperlukan teknik bimbingan yang tepat dan penggunaan media pembelajaran yang baik. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini memperoleh kajian yang mantap perlu dibatasi masalahnya. Dalam hal ini masalah dititikberatkan pada upaya pengembangan kecerdasan emosional dalam mengendalikan emosi, berempati terhadap teman, serta bekerja secara kelompok melalui penggunaan metode sosiodrama di

8 Taman Kanak-kanak 01 Kedawung Jumapolo Karanganyar, tahun pelajaran 2012/2013. D. Rumusan Masalah Berpijak pada latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah metode sosiodrama dapat mengembangkan kecerdasan emosional anak kelompok B Taman Kanak-kanak Kedawung, Jumapolo, Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013? E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini dilaksanakan dalam untuk kecerdasan emosional anak dengan metode sosiodrama pada kelompok B Taman Kanak-kanak 01 Kedawung, Jumapolo, Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013 2. Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan mengetahui perkembangan kecerdasan emosi anak Taman kanak-kanak 01 Kedawung sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran sosiodrama. F. Manfaat Penelitian Dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Adapun manfaat yang diharapkan antara lain :

9 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai bukti dalam bidang pengajaran, bahwa kecerdasan emosional yang dimiliki anak dapat dipengaruhi oleh faktor media pembelajaran yang digunakan oleh guru yaitu metode sosiodrama b. Dapat memberikan sumbangan, pandangan dan masukan untuk mengemukakan ilmu pengetahuan khususnya dalam pengajaran di TK. 2. Secara Praktis a. Bagi Guru Memberikan masukan bagi guru bahwa metode sosiodrama sangat membantu dalam rangka meningkatkan kecerdasan emosional dalam kegiatan belajar rmengajar. b. Bagi Peserta Didik Para peserta didik dapat merasakan betapa besar pengaruh kecerdasan emosional dalam upaya peningkatan prestasi belajarnya. Sehingga mereka merasa membutuhkan dan tertarik untuk mengikutinya. c. Bagi Lembaga Penyelenggara Hasil penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi positif bagi lembaga penyelenggara pendidikan, khususnya TK 01 Kedawung Jumapolo dalam mengembangkan kecerdasan emosional dengan metode sosiodrama.