BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia Ditinjau dari angka kesakitan dan kematian. Berdasarkan penelitian survei Depkes ( 2000) yang pernah dilakukan diketahui bahwa angka kesakitan diare masih tinggi yaitu pada semua kelompok umur sebanyak 280 kasus per 1000 penduduk. Menurut penelitian Diah (2007) angka kematian bayi hanya 36 per 1000 kelahiran hidup, di mana angka kematian bayi untuk tahun 2005 hampir mencapai 2000 bayi maka sangatlah penting bagi kita menempatkan diare pada prioritas program kesehatan (Depkes,2005). Penanggulangan diare di Jawa Tengah masih belum maksimal, hal ini dilihat pada cakupan penemuan penderita diare tahun 2004 sebesar 31,5%, meskipun dalam penanganan balita umur 0 5 tahun di Jawa Tengah tahun 2003 sebanyak 161.106 balita (Depkes Jateng,2003). Pada tahun 2007 di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen Kecamatan Mijen Kota Semarang ditemukan kasus diare sebanyak 356 penderita, di mana untuk kelompok usia 0 28 hari tercatat 0,45%, usia 28 1 tahun sebanyak 22,15% dan kelompok usia 1 5 tahun sebanyak 46,05%. Dari hasil wawancara dengan ibu-ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen Kecamatan Mijen Kota Semarang yang memiliki balita yang terkena diare masih banyak yang beranggapan jika balita yang terkena diare berarti terjadi peningkatan 1
2 pertumbuhan misalnya merangkak atau bisa jalan, hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan informasi ibu balita tentang kebersihan lingkungan dan pengetahuan tentang diare yang kurang. Masyarakat perlu memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi terjadinya diare di antaranya umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan, perilaku cuci tangan, hygiene sanitasi yang meliputi kualitas sumber air dan kebersihan jamban, status gizi balita (Suharyono,2003). Semakin tua umur ibu maka kesiapan dalam mencegah diare akan semakin baik, jika semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka akan semakin baik dalam menangani masalah diare sedangkan ibu yang tidak memiliki pekerjaan akan mengalami kesulitan dalam penanganan diare karena tidak memiliki uang untuk berobat dan pendapatan keluarga yang kurang akan lambat dalam penanganan diare, dalam hal ini terkendala oleh biaya (Suharyono, 2003). Begitu juga pada pengetahuan ibu yang baik dalam melakukan penanganan diare, memiliki kebiasaan cuci tangan dengan baik, serta pengadaan sumber air yang bersih, dan penggunaan jamban yang bersih dan benar maka balita akan terhindar dari diare. Depkes mengungkapkan, apabila ibu yang selalu memberikan gizi yang baik dan seimbang, maka balita akan terhindar dari diare. Diare merupakan salah satu penyakit yang masih banyak ditemukan pada balita yang berhubungan dengan frekuensi terjadinya diare karena beberapa faktor. Begitu juga kasus-kasus diare pada balita banyak ditemukan di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen
3 Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian sejauh mana faktorfaktor yang berhubungan dengan frekuensi terjadinya diare di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen B. Rumusan Masalah Dengan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan frekuensi terjadinya diare di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi Kecamatan Mijen Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Untuk menggambarkan faktor karakteristik ibu meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga dan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen b. Untuk menggambarkan faktor tingkat pengetahuan dengan frekuensi
4 c. Untuk menggambarkan faktor perilaku cuci tangan dengan frekuensi d. Untuk menggambarkan faktor hygiene sanitasi dengan frekuensi e. Untuk menggambarkan frekuensi terjadinya diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen f. Untuk menggambarkan faktor hygiene sanitasi dengan frekuensi g. Menganalisa tingkat pengetahuan dengan frekuensi terjadinya diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen Kecamatan Mijen Kota Semarang. h. Menganalisa perilaku cuci tangan dengan frekuensi terjadinya diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen Kecamatan Mijen Kota Semarang. i. Menganalisa hygiene sanitasi yaitu kualitas fisik, kebersihan jamban dengan frekuensi terjadinya diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen
5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen Kecamatan Mijen Kota Semarang sehingga peneliti dapat memberikan penyuluhan dan pengarahan kepada ibu-ibu yang mempunyai balita khususnya yang sedang mengalami diare di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen 2. Bagi Masyarakat Ibu-ibu yang memiliki balita khususnya yang mengalami diare dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diare sehingga dapat melakukan pencegahan dan cara mengatasi diare. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi pelajar dan mahasiswa untuk proses belajar mengajar yang lebih baik di lingkungan pendidikan, demi peningkatan kualitas pendidikan. E. Bidang Ilmu Penelitian ini termasuk bidang keperawatan komunitas.