ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, PDRB, IPM, PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN / KOTA JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Disusun Oleh : WHISNU ADHI SAPUTRA NIM. C2B607058 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011 i
PERSETUJUAN SKRIPSI Nama Penyusun Nomor Induk Mahasiswa Fakultas / Jurusan Judul Skripsi : Whisnu Adhi Saputra : C2B607058 : Ekonomi / IESP (Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan) : ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, PDRB, IPM, PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN / KOTA JAWA TENGAH Dosen Pembimbing : Drs. Y Bagio Mudakir, MSP Semarang, 27 Mei 2011 Dosen Pembimbing (Drs. Y Bagio Mudakir, MSP) NIP. 195406091981031004 ii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI Nama Penyusun Nomor Induk Mahasiswa Fakultas / Jurusan Judul Skripsi : Whisnu Adhi Saputra : C2B607058 : Ekonomi / IESP (Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan) : ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK, PDRB, IPM, PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN / KOTA JAWA TENGAH Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 13 Juni 2011 Tim Penguji 1. Drs. Y Bagio Mudakir, MSP ( ) 2. Drs. R.Mulyo Hendarto,MSP. ( ) 3. Johanna Maria Kodoatie,SE.,Mec.,Ph.D.( ) iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Whisnu Adhi Saputra, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya. Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolaholah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima. Semarang, 27 Mei 2011 Yang membuat pernyataan, Whisnu Adhi Saputra NIM : C2B607058 iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orangorang yang khusyu, yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada- Nya (Al-Qur an surat Al-Baqarah : 45-46) Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bagaimana kita bangkit kembali setelah kita jatuh (Confusius) Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil, tetapi berusahalah menjadi manusia yang berguna (Albert Einstein) Skripi ini kupersembahkan untuk Ayah dan Ibuku tercinta... v
ABSTRACT Poverty is a complex problem which is related with many kind of aspects like the rights for food, health, education, job, etc. To decrease the poverty needs support and collaboration of society and the government s serious efforts. The average rate of poverty in Central Java is relatively higher than other 6 provinces of Java, lying on first level between 2004-2008. This study is aimed to analize how and how much the influence of population variabel, GRDP, Human Development Index and unemployment to the rate of poverty in regency/city of Central Java. Regression model used is Ordinary Least Squares Regression by using a panel data using fixed effects approach. This study uses a dummy year as one of the variables. The use of dummy years in this study is to look at variations in poverty levels over time in Central Java. The test result simultaneously shows that, totally, independent variable together can point it s influence to the rate of poverty. And R-squared value of 0.609 which means 60,9% rate of poverty variable can be explained by independent variable. While the rest, the 40%, explained by other factors outside of the model. Research results show population variable positively and significantly influence the rate of poverty in Central Java, GRDP negatively and significantly influence the rate of poverty in Central Java, Human Development Index negatively and significantly influence the rate of poverty in Central Java and unemployment negatively and not significantly influence the rate of poverty in Central Java. Keywords: rate of poverty, population, GRDP, Human Development Index and unemployment vi
ABSTRAK Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. Agar kemiskinan dapat menurun diperlukan dukungan dan kerja sama dari pihak masyarakat dan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini. Rata-rata tingkat kemiskinan di Jawa Tengah relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan 6 provinsi yang ada di pulau jawa, yaitu menempati peringkat pertama antara kurun waktu tahun 2004-2008. Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana dan seberapa besar pengaruh variabel Jumlah Penduduk, PDRB, Indeks Pembangunan Manusiaj dan Pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Model regresi yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda (Ordinary Least Squares Regression Analysis) dengan menggunakan Panel Data dengan menggunakan pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model). Penelitian ini menggunakan dummy tahun sebagai salah satu variabelnya. Penggunaan dummy tahun dalam penelitian ini adalah untuk melihat variasi tingkat kemiskinan antar waktu di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Hasil uji secara simultan menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel bebas (Jumlah Penduduk, PDRB, Indeks Pembangunan Manusia dan Pengangguran) secara bersama-sama dapat menunjukkan pengaruhnya terhadap tingkat kemiskinan. Dan nilai R-squared sebesar 0.609 yang berarti sebesar 60,9 persen variabel tingkat kemiskinan dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 40 persen dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Jumlah Penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, dan Pengangguran berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah Kata kunci : Tingkat Kemiskinan, Jumlah Penduduk, PDRB, Indeks Pembangunan Manusia, dan Pengangguran. vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat, Taufiq, Hidayah serta Inayah-Nya penulis sampai saat ini masih diberikan bermacam kenikmatan tiada ternilai harganya hingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan progam Sarjana (S1) Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Adalah suatu hal yang mustahil tentunya bila skripsi ini dapat selesai tanpa banyak mendapat bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih : 1. Bapak Prof. Drs. H. Mohammad Nasir, Msi., Akt., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. 2. Bapak Drs. Y Bagio Mudakir, MSP selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, masukan-masukan, nasehat, dan saran yang sangat berguna bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Prof. Drs. Waridin MS. Ph.D selaku dosen wali yang telah memberikan petunjuk dan dorongan yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan di jurusan IESP Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. 4. Ibu Evi Yulia Purwanti, SE, Msi selaku Koordinator jurusan IESP yang banyak memberikan pengarahan dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. 5. Seluruh Dosen dan Staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis. viii
6. Ayahanda tercinta Tri Wibowo dan Ibunda tersayang Sri Wahyuningsih, atas segala curahan kasih sayang, untaian doa dan motivasi yang tiada henti dan sangat besar yang tak ternilai harganya bagi penulis. Terima kasih atas semua yang engkau berikan. 7. Saudara kandungku satu-satunya Handyan Bima Putra, terimakasih atas segala motivasinya. 8. Petugas perpustakaan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah yang telah banyak membantu penulis dalam perolehan data. 9. Tim II KKN Kecamatan Banyumanik Kelurahan Pudak Payung. Kenangan manis bersama kalian tidak terlupakan (Tiga puluh lima hari bersama menjadi saudara, kita tetap saudara). 10. Elsa Betha Pramusinta terima kasih atas kasih sayang, motivasi, doa, serta nasehat-nasehat dan kesabaran mendengar keluh kesah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Anak-anak senasib seperjuangan Arjanggi, bajul, popo, ilham. Terima kasih atas pertemanan yang tidak bisa saya lupakan, semoga kita bisa mencapai cita-cita kita, Amien. 12. Teman-teman IESP Reguler II 07 sukma, diana, dita, dinar, antok, archi, lifta, margin, selvi, ardi, dani, ple, lina, nita, merna, angke dan seluruh teman-teman IESP Reguler II 07 yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih untuk segala bantuan, kerjasama, dan kenangan yang telah kalian berikan. 13. Konco tuo: Mbak Ayu, Mbak Yeni, Mbak Riska, dan Mbak Ulpa atas segala nasehat (omongan tuo) dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 14. Mas anto yang bersedia diajak konsultasi dan direpoti selama ini. 15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi dan kuliah penulis dari awal sampai akhir. Akhirnya penulis ikut mendo akan semoga semua amal kebaikan pihakpihak sebagaimana tercantum diatas mendapat balasan yang setimpal dari Allah ix
SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tentunya mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang budiman. Semarang, 27 Mei 2011 Whisnu Adhi Saputra. C2B607058 x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN... iii PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI... iv ABSTRACT... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 11 1.3 Tujuan dan Kegunaan... 12 1.3.1 Tujuan... 12 1.3.2 Kegunaan... 13 1.4 Sistematika Penulisan... 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 15 2.1 Landasan Teori... 15 2.1.1 Kemiskinan... 15 2.1.2 Ukuran Kemiskinan... 22 2.1.3 Pertumbuhan Penduduk... 23 2.1.4 Produk Domestik Regional Bruto... 26 2.1.5 Indeks Pembangunan Manusia... 28 2.1.5.1 Definisi Pembangunan Manusia... 29 2.1.5.2 Indeks Pembangunan Manusia... 31 2.1.5.3 Indeks Harapan Hidup... 33 2.1.5.4 Indeks Pendidikan... 33 2.1.5.5 Purchasing Power Parity / Paritas Daya xi
Beli (PPP)... 35 2.1.6 Pengganguran... 36 2.2 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen... 41 2.2.1 Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Tingkat Kemiskinan... 40 2.2.2 Pengaruh PDRB Terhadap Tingkat Kemiskinan... 42 2.2.3 Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap Tingkat Kemiskinan... 44 2.2.4 Pengaruh Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan... 45 2.3 Penelitian Terdahulu... 47 2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis... 54 2.5 Hipotesis... 55 BAB III METODE PENELITIAN... 57 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 57 3.2 Jenis dan Sumber Data... 60 3.3 Metode Pengumpulan Data... 62 3.4 Metode Analisis... 63 3.4.1 Metode Analisis Data Panel... 63 3.4.2 Estimasi Model... 66 3.5 Deteksi Penyimpanagn Asumsi Klasik... 70 3.5.1 Deteksi Normalitas... 70 3.5.2 Deteksi Multikolinearitas... 71 3.5.3 Deteksi Autokorelasi... 71 3.5.4 Deteksi Heteroskedastisitas... 72 3.6 Pengujian Kriteria Statistik... 73 3.6.1 Pengujian Signifikansi Simultan (Uji F)... 73 3.6.2 Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Uji t)... 74 3.6.3 Koefisien Determinasi (Uji R 2 )... 76 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 78 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian... 78 xii
4.1.1 Kondisi Geografis... 78 4.1.2 Kemiskinan... 79 4.1.3 Jumlah Penduduk... 81 4.1.4 Produk Domestik Regional Bruto (PRDB)... 83 4.1.5 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)... 85 4.1.6 Pengangguran... 87 4.2 Analisis Data... 89 4.2.1 Hasil Uji Asumsi Klasik... 89 4.2.1.1 Deteksi Multikolinearitas... 89 4.2.1.2 Deteksi Autokorelasi... 90 4.2.1.3 Deteksi Heterokedastisitas... 91 4.2.1.4 Deteksi Normalitas... 93 4.2.2 Pengujian Kriteria Statistik... 94 4.2.2.1 Pengujian Koefisien Determinasi (R 2 )... 94 4.2.2.2 Pengujian Signifikansi Simultan (Uji F)... 95 4.2.2.3 Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)... 96 4.3 Interpretasi Hasil dan Pembahasan... 97 4.3.1 Jumlah Penduduk... 98 4.3.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... 99 4.3.3 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)... 99 4.3.4 Tingkat Pengangguran (PG)... 100 4.3.5 Dummy Tahun... 102 BAB V PENUTUP... 103 5.1 Kesimpulan... 103 5.2 Keterbatasan... 105 5.3 Saran... 105 xiii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Persentase Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2004-2008... 4 Tabel 1.2 Persentase Kemiskinan 6 Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2004-2008... 5 Tabel 1.3 Persentase IPM di Jawa Tengah Tahun 2005-2008... 6 Tabel 1.4 Produk Domestik Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dan laju Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah Tahun 2004-2008... 8 Tabel 1.5 Jumlah Penduduk di Jawa Tengah Tahun 2004-2008 (Jiwa)... 9 Tabel 1.6 Jumlah Pengangguran Terbuka di Jawa Tengah Tahun 2004-2008 (Jiwa)... 10 Tabel 2.1 Komponen Indek Pembangunan Manusia... 32 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2005-2008 (Dalam Satuan Jiwa)... 78 Tabel 4.1 Pairwise Correlation Pengaruh Jumlah Penduduk, Produk Domestik Bruto, Indeks Pembangunan Manusia, Tingkat pengangguran, dan Dummy Tahun Terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2005-2008... 90 Tabel 4.2 Hasil Deteksi Langrange-Multiplier (LM) Pengaruh Jumlah Penduduk, Produk Domestik Bruto, Indeks Pembangunan Manusia, Tingkat pengangguran, dan Dummy Tahun Terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2005-2008... 91 Tabel 4.3 Hasil Deteksi Heteroskedastisitas Pengaruh Jumlah Penduduk, Produk Domestik Bruto, Indeks Pembangunan Manusia, Tingkat pengangguran, dan Dummy Tahun Terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2005-2008... 92 Tabel 4.4 Hasil Regresi Utama Pengaruh Jumlah Penduduk, Produk Domestik Bruto, Indeks Pembangunan Manusia, xiv
Tabel 4.5 Tingkat pengangguran, dan Dummy Tahun Terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2005-2008... 94 Nilai t-statistik Pengaruh Jumlah Penduduk, Produk Domestik Bruto, Indeks Pembangunan Manusia, Tingkat pengangguran, dan Dummy Tahun Terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2005-2008... 96 xv
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kurva Kuznets... 17 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran... 55 Gambar 4.1 Rata-rata Tingkat Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2008... 80 Gambar 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun 2005-2008... 82 Gambar 4.3 PDRB Berdasarkan Harga Konstan 2000 Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2005-2008 (dalam satuan rupiah)... 84 Gambar 4.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2008... 86 Gambar 4.5 Gambar Pengangguran Terbuka Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2008... 88 Gambar 4.6 Hasil Uji Jarque-Berra Pengaruh Jumlah Penduduk, Produk Domestik Regional Bruto, Indeks Pembangunan Manusia, Tingkat Pengangguran, dan Dummy Tahun Terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2005 2008... 93 xvi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Menurut World Bank (2004), salah satu sebab kemiskinan adalah karena kurangnya pendapatan dan aset (lack of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan dan tingkat kesehatan dan pendidikan yang dapat diterima (acceptable). Di samping itu kemiskinan juga berkaitan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan dan biasanya mereka yang dikategorikan miskin (the poor) tidak memiliki pekerjaan (pengangguran), serta tingkat pendidikan dan kesehatan mereka pada umumnya tidak memadai. Mengatasi masalah kemiskinan tidak dapat dilakukan secara terpisah dari masalah-masalah pengangguran, pendidikan, kesehatan dan masalahmasalah lain yang secara eksplisit berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Dengan kata lain, pendekatannya harus dilakukan lintas sektor, lintas pelaku secara terpadu dan terkoordinasi dan terintegrasi.(www.bappenas.go.id) Pembangunan adalah suatu proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan terus menerus untuk mencapai tujuan yakni mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah
2 Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembangunan harus diarahkan sedemikian rupa sehingga setiap tahap semakin mendekati tujuan. Menurut Pantjar Simatupang dan Saktyanu K (2003), Pembangunan harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan akar dan sasaran pembangunan nasional yang telah ditetapkan melalui pembangunan jangka panjang dan jangka pendek. Oleh karena itu, salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan nasional adalah laju penurunan jumlah penduduk miskin. Efektivitas dalam menurunkan jumlah penduduk miskin merupakan pertumbuhan utama dalam memilih strategi atau instrumen pembangunan. Hal ini berarti salah satu kriteria utama pemilihan sektor titik berat atau sektor andalan pembangunan nasional adalah efektivitas dalam penurunan jumlah penduduk miskin. Usaha pemerintah dalam penanggulangan masalah kemiskinan sangatlah serius, bahkan merupakan salah satu program prioritas, termasuk bagi pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Menurut Bappeda Jateng (2007), upaya penanggulangan kemiskinan di Jawa Tengah dilaksanakan melalui lima pilar yang disebut Grand Strategy. Pertama, perluasan kesempatan kerja, ditujukan untuk menciptakan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik, dan sosial yang memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan. Kedua, pemberdayaan masyarakat, dilakukan untuk mempercepat kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat dan memperluas partisipasi masyarakat miskin dalam
3 pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin kehormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar. Ketiga, peningkatan kapasitas, dilakukan untuk pengembangan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha masyarakat miskin agar dapat memanfaatkan perkembangan lingkungan. Keempat, perlindungan sosial, dilakukan untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi kelompok rentan dan masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan yang disebabkan antara lain oleh bencana alam, dampak negatif krisis ekonomi, dan konflik sosial. Kelima, kemitraan regional, dilakukan untuk pengembangan dan menata ulang hubungan dan kerjasama lokal, regional, nasional, dan internasional guna mendukung pelaksanaan ke empat strategi diatas. Baik pemerintah pusat maupun daerah telah berupaya dalam melaksanakan berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan namun masih jauh dari induk permasalahan. Kebijakan dan program yang dilaksanakan belum menampakkan hasil yang optimal. Masih terjadi kesenjangan antara rencana dengan pencapaian tujuan karena kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan lebih berorientasi pada program sektoral. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi penanggulangan kemiskinan yang terpadu, terintegrasi dan sinergis sehingga dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. Permasalahan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah yaitu masih tingginya angka kemiskinan jika dibandingkan dengan provinsi lain di pulau Jawa. Oleh sebab itu kemiskinan menjadi tanggung jawab bersama, terutama bagi pemerintah sebagai penyangga proses perbaikan kehidupan masyarakat dalam sebuah
4 pemerintahan, untuk segera mencari jalan keluar sebagai upaya pengentasan kemiskinan. Hasil dari upaya penanggulangan kemiskinan di Jawa Tengah memperlihatkan pengaruh yang positif. Hal ini terlihat dari tingkat kemiskinan yang mengalami pola yang menurun. Tabel 1.1 menunjukkan kecenderungan penurunan tingkat kemiskinan di Jawa Tengah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 tingkat kemiskinan sebesar 20,49 persen dan naik menjadi 22,19 persen pada tahun 2006, kemudian turun menjadi 20,43 persen di tahun 2007 dan 18,99 persen pada tahun 2008. Tabel 1.1 Persentase Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun Persentase 2005 20,49 2006 22,19 2007 20,43 2008 18,99 Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2008 Keberhasilan provinsi Jawa Tengah dalam menanggulangi kemiskinan belum sepenuhnya berhasil. Ini terlihat dari tingkat kemiskinan yang masih relatif tinggi. Pada tabel 1.2 menunjukkan tingkat kemiskinan di enam Provinsi di pulau Jawa. Rata-rata tingkat kemiskinan Jawa Tengah masih yang paling tinggi dibanding dengan provinsi lain di pulau Jawa, yaitu sebesar 20,52 persen. Peringkat kedua ditempati oleh Provinsi Jawa Timur dengan rata-rata tingkat
5 kemiskinan sebesar 19,88 persen, peringkat ketiga ditempati oleh Provinsi DIY dengan rata-rata tingkat kemiskinan sebesar 18,85 persen, peringkat keempat ditempati oleh Provinsi Jawa Barat dengan rata-rata tingkat kemiskinan sebesar 13,52 persen. Provinsi Banten dengan rata-rata tingkat kemiskinan 8,96 persen menempati posisi kelima dan terakhir ditempati oleh Provinsi DKI Jakarta dengan rata-rata tingkat kemiskinan sebesar 4,27 persen. Tabel 1.2 Persentase Kemiskinan Enam Propinsi di Pulau Jawa Tahun 2004-2008 No Provinsi 2005 2006 2007 2008 Rata-rata 1 DKI Jakarta 3,61 4,57 4,61 4,29 4,27 2 Banten 8,86 9,79 9,07 8,15 8,96 3 Jawa Barat 13,06 14,49 13,55 13,01 13,52 4 Jawa Timur 19,95 21,09 19,98 18,51 19,88 5 DIY 18,95 19,15 18,99 18,32 18,85 6 Jawa Tengah 20,49 22,19 20,43 18,99 20,52 Sumber: BPS Jateng, Data dan Informasi Kemiskinan Jateng Tingkat kemiskinan di Jawa Tengah merupakan tingkat kemiskinan agregat dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Tingkat kemiskinan di 35 Kabupaten di Jawa Tengah masih tidak merata, dan sebagian besar tingkat kemiskinan masih tinggi. Untuk itu perlu dicari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di seluruh kabupaten/kota, sehingga dapat digunakan sebagai acuan bagi tiap kabupaten/kota dalam usaha mengatasi kemiskinan. Kualitas sumber daya manusia juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya penduduk miskin. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari
6 indeks kualitas hidup/indeks pembangunan manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja dari penduduk. Produktivitas yang rendah berakibat pada rendahnya perolehan pendapatan. Sehingga dengan rendahnya pendapatan menyebabkan tingginya jumlah penduduk miskin. Berikut adalah perkembangan dan pertumbuhan kualitas sumber daya manusia pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa tengah yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Lanjouw dkk (dalam Yani Mulyaningsih, 2008) menyatakan pembangunan manusia di Indonesia adalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan penduduk tidak miskin, karena bagi penduduk miskin aset utama adalah tenaga kasar mereka. Adanya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan produktifitas, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan. Tabel 1.3 Persentase IPM Di Jawa Tengah Tahun 2005-2008 Tahun Persentase 2005 69,8 2006 70,25 2007 70,92 2008 71,6 Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka tahun 2008 Tabel 1.3 terlihat bahwa Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan dari tahun 2005 sampai dengan 2008, yaitu
7 sebesar 69,8 persen pada tahun 2005, 70,25 persen pada tahun 2006, 70,92 pada tahun 2007, dan 71,6 persen pada tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari penurunan kemiskinan di suatu wilayah. Dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat di masing-masing provinsi mengindikasikan bahwa pemerintah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan. PDRB merupakan salah satu indikator indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode (Hadi Sasana, 2006). Semakin tinggi PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut Pertumbuhan ekonomi merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa ini. Pemerintah di negara manapun dapat segera jatuh atau bangun berdasarkan tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapainya dalam catatan statistik nasional. Berhasil tidaknya programprogram di negara-negara dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat output dan pendapatan nasional (Todaro 2000). Tabel 1.4 menunjukkan bahwa sampai tahun 2008 pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dari 5,35 persen pada tahun 2005 menjadi 5,46 persen pada tahun 2008.
8 Tabel 1.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Tahun 2004 2008 Tahun PDRB Atas dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah) Pertumbuhan Ekonomi (Persen) 2005 143.051.213,88 5,35 2006 150.682.654,74 5,33 2007 159.110.253,77 5,59 2008 167.790.369,85 5,46 Sumber : PDRB Jawa Tengah tahun 2008 Pada hakekatnya pembangunan daerah dianjurkan tidak hanya memusatkan perhatian pada pertumbuhan ekonomi saja namun juga mempertimbangkan bagaimana kemiskinan yang dihasilkan dari suatu proses pembangunan daerah tersebut. Menurut Esmara, dalam ilmu ekonomi dikemukakan berbagai teori yang membahas tentang bagaimana pembangunan ekonomi harus ditangani untuk mengejar keterbelakangan. Sampai akhir tahun 1960, para ahli ekonomi percaya bahwa cara terbaik untuk mengejar keterbelakangan ekonomi adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya, sehingga dapat melampaui tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan cara tersebut angka pendapatan per kapita akan meningkat sehingga secara otomatis terjadi pula peningkatan kemakmuran masyarakat. Jumlah penduduk dalam pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan permasalahan mendasar. Karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yaitu
9 kesejahteraan rakyat serta menekan angka kemiskinan. Dan berdasarkan tabel 1.5 bahwa jumlah penduduk Jawa Tengah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 bergerak fluktuatif namun cenderung naik dari tahun ke tahun. Di kalangan para pakar pembangunan telah ada konsensus bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak hanya berdampak buruk terhadap supply bahan pangan, namun juga semakin membuat kendala bagi pengembangan tabungan, cadangan devisa, dan sumberdaya manusia (Maier dalam Mudrajad Kuncoro,1997). Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Di Jawa Tengah Tahun 2004-2008 (Jiwa) No. Tahun Jumlah 1 2005 32.908.850 2 2006 32.177.730 3 2007 32.380.279 4 2008 32.626.390 Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka tahun 2008 Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah pengangguran. Salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud. Menurut Sadono Sukirno (2000), Pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu akan mengurangi tingkat kemakmuran yang telah tercapai. Semakin turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan.
10 Tabel 1.6 Jumlah Pengangguran Terbuka Di Jawa Tengah Tahun 2004-2008 (Jiwa) No. Tahun Jumlah 1 2005 978.952 2 2006 1.197.244 3 2007 1.360.219 4 2008 1.227.308 Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka tahun 2008 Tabel 1.6 menunjukkan tingkat pengangguran di Jawa Tengah tergolong masih tinggi, tingkat pengangguran di Jawa Tengah tidak stabil, mengalami beberapa kali fase naik turun. Pada tahun 2005, tingkat pengangguran sebesar 978.952 jiwa, kemudian naik menjadi 1.197.244 jiwa pada tahun 2006. Peningkatan tingkat pengangguran terjadi secara beruntun dari tahun 2007 dan tahun 2007, dari 1.360.219 jiwa di tahun 2007 menjadi 1.227.308 jiwa di tahun 2008. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di suatu daerah menjadi semakin serius. Besarnya tingkat pengangguran merupakan cerminan kurang berhasilnya pembangunan di suatu negara. Pengangguran dapat mempengaruhi kemiskinan dengan berbagai cara (Tambunan, 2001). Berdasarkan latar belakang masalah diatas, di Provinsi Jawa Tengah dalam periode 2005-2008 terjadi fenomena penurunan tingkat kemiskinan, tetapi ratarata tingkat kemiskinannya dibanding provinsi-provinsi lain di pulau Jawa adalah yang paling tinggi. Oleh karena itu penting untuk mengetahui faktor-faktor yang
11 mempengaruhi kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. Dalam penelitian ini akan melihat bagaimana pengaruh variabel jumlah penduduk, PDRB, IPM, dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2008. Penelitian ini akan menggunakan metode data panel, yaitu penggabungan antara data time series dan data cross section. Untuk mengolah data panel akan digunakan metode regresi panel data. Untuk membedakan suatu objek dengan objek lainnya akan digunakan variabel semu (dummy). Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan digunakan model regresi dengan metode Least Square Dummy Variabel (LSDV) (Gujarati, 2003) 1.2 Rumusan Masalah Kemiskinan merupakan salah satu tolak ukur kondisi sosial ekonomi dalam menilai keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah di suatu daerah. Banyak sekali masalah-masalah sosial yang bersifat negatif timbul akibat meningkatnya kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 hingga tahun 2008 mengalami periode yang relatif baik karena mengalami tren yang menurun dari 20,49 persen di tahun 2005 menjadi 18,99 persen di tahun 2008, meskipun sempat mengalami kenaikan di tahun 2006 menjadi 22,19 persen. Tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Tengah masih yang paling tinggi dibanding dengan Provinsi lain di pulau Jawa. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di seluruh kabupaten/kota agar dapat diketahui faktor-faktor yang perlu dipacu untuk
12 mengatasi masalah kemiskinan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk Jawa Tengah masih berada dibawah garis kemiskinan, merupakan suatu kenyataan yang membuat kita prihatin karena seolah-olah kemiskinan itu tetap muncul dan merupakan bagian dari pembangunan, padahal pembangunan ditujukan untuk memberantas kemiskinan dan bukan berjalan bersama-sama. Besarnya angka kemiskinan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama jumlah penduduk, PDRB, indeks pembangunan manusia, dan pengangguran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk terhadap kemiskinan di Jawa Tengah. 2. Bagaimana pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap kemiskinan di Jawa Tengah. 3. Bagaimana pengaruh indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan di Jawa Tengah. 4. Bagaimana pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah. 1.3 Tujuan dan kegunaan 1.3.1 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap kemiskinan di Jawa Tengah. 2. Menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah.
13 3. Menganalisis pengaruh indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan di Jawa Tengah. 4. Menganalisis pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah. 1.3.2 Kegunaan 1. Pengambil kebijakan Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang berguna di dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang perlu dipacu untuk mengatasi masalah kemiskinan. 2. Ilmu Pengetahuan Secara umum hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu ekonomi khususnya ekonomi pembangunan. Manfaat khusus bagi ilmu pengetahuan yakni dapat melengkapi kajian mengenai tingkat kemiskinan dengan mengungkap secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhinya. 1.4 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dengan sistematika Bab yang terdiri dari: Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Hasil dan Pembahasan, serta Bab V Kesimpulan, keterbatasan dan Saran. BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dari studi ini yang selanjutnnya dirumuskan permasalahan penelitian yang
14 berupa pertanyaan kajian. Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka dikemukakan tujuan dan kegunaan penelitian. Pada bagian terakhir dalam bab ini akan dijabarkan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori-teori dan penelitian terdahulu yang melandasi penelitian ini. Berdasarkan teori dan hasil penelitianpenelitian terdahulu, maka akan terbentuk suatu kerangka pemikiran dan penentuan hipotesis awal yang akan diuji. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian serta definisi operasionalnya, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data untuk mencapai tujuan penelitian. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi mengenai gambaran umum objek penelitian. Selain itu bab ini juga menguraikan mengenai analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dan pembahasan mengenai hasil analisis dari objek penelitian. BAB V : PENUTUP Bab ini adalah bab terakhir, bab yang menyajikan secara singkat kesimpulan yang diperoleh dalam pembahasan, serta saran.
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kemiskinan Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, halhal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.(http://wikipedia.com) Menurut Amartya Sen dalam Bloom dan Canning, (2001) bahwa seseorang dikatakan miskin bila mengalami "capability deprivation" dimana seseorang tersebut mengalami kekurangan kebebasan yang substantif. Menurut Bloom dan Canning, kebebasan substantif ini memiliki dua sisi: kesempatan dan rasa aman. Kesempatan membutuhkan pendidikan dan keamanan membutuhkan kesehatan. Menurut World Bank, dalam definisi kemiskinan adalah: The denial of choice and opportunities most basic for human development to lead a long healthy, creative life and enjoy a decent standard of living freedom, self esteem and the respect of other. Dari definisi tersebut diperoleh pengertian bahwa kemiskinan itu merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat
16 memenuhi kesehatan, standar hidup layak, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain. Pengertian kemiskinan dalam arti luas adalah keterbatasan yang disandang oleh seseorang, sebuah keluarga, sebuah komunitas, atau bahkan sebuah negara yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan, terancamnya penegakan hak dan keadilan, terancamnya posisi tawar (bargaining) dalam pergaulan dunia, hilangnya generasi, serta suramnya masa depan bangsa dan negara. Negara-negara maju yang lebih menekankan pada kualitas hidup yang dinyatakan dengan perubahan lingkungan hidup melihat bahwa laju pertumbuhan industri tidak mengurangi bahkan justru menambah tingkat polusi udara dan air, mempercepat penyusutan sumber daya alam, dan mengurangi kualitas lingkungan. Sementara untuk negara-negara yang sedang berkembang, pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi pada tahun 1960 sedikit sekali pengaruhnya dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat mencerminkan keberhasilan pembangunan pada wilayah tersebut. Apabila suatu wilayah dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya maka wilayah tersebut dapat dikatakan sudah mampu melaksanankan pembangunan ekonomi dengan baik. Akan tetapi yang masih menjadi masalah dalam pembangunan ekonomi ini adalah apakah pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu wilayah sudah merata diseluruh lapisan masyarakat. Harapan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan dapat meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat.
17 Ketika pendapatan perkapita meningkat dan merata maka kesejahteraan masyarakat akan tercipta dan ketimpangan akan berkurang. Ada teori yang mengatakan bahwa ada trade off antara ketidakmeratan dan pertumbuhan. Namun kenyataan membuktikan ketidakmerataan di Negara Sedang Berkembang (NSB) dalam dekade belakangan ini ternyata berkaitan dengan pertumbuhan rendah, sehingga di banyak NSB tidak ada trade off antara pertumbuhan dan ketidakmerataan (Mudrajad Kuncoro, 2006). Simon Kuznets mengatakan bahwa tahap awal pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan cenderung memburuk, dan tahap selanjutnya, distribusi pendapatannya akan membaik, namun pada suatu waktu akan terjadi peningkatan disparitas lagi dan akhirnya menurun lagi. Hal tersebut digambarkan dalam kurva Kuznets gambar 2.1, menunjukkan bahwa dalam jangka pendek ada korelasi positif antara pertumbuhan pendapatan perkapita dengan disparitas pendapatan. Namun dalam jangka panjang hubungan keduanya menjadi korelasi yang negatif. Gambar 2.1 Kurva Kuznets Sumber: Todaro,2003