BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan bagian integral dari seluruh sistem pelayanan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya serta meminimalkan kesalahan yang membuat pasien kecewa.

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan pada anak telah mengalami pergeseran dan kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai pusat rujukan kesehatan masyarakat. Rumah sakit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita.

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, citra seorang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit serta pemulihan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan pemulihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan berkembangnya berbagai penyakit, maka kebutuhan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB I. Pendahuluan. cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian. Kanker adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang latar belakang,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

BAB I PENDAHULUAN. preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat, seringkali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi penyediaan pelayanan pertama, penyembuhan penyakit dan pencegahan penyakit kepada masyarakat. Sedangkan rumah sakit berdasarkan Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksud dengan rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggara pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan dan pelayanan gawat darurat. Perkembangan rumah sakit awalnya hanya memberikan pelayanan yang bersifat penyembuhan (kuratif) terhadap pasien melalui rawat inap. Selanjutnya rumah sakit karena kemajuan ilmu pengetahuannya khusunya teknologi kedokteran, peningkatan pendapatan, dan pendidikan masyarakat. Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Kemenkes, 2008). Depkes RI (1997) Pelayanan rawat inap juga merupakan pelayanan kepada pasien yang memerlukan observasi, diagnosis, terapi atau rehabilitasi yang perlu menginap dan menggunakan tempat tidur serta mendapatkan makanan dan pelayanan perawat yang terus menerus. Begitupun dengan pelayanan rawat inap anak menjadi salah satu bentuk pelayanan kesehatan di rumah sakit. Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan psikologis, kebutuhan biologis dan spiritual yang harus dipenuhi. Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang secara teratur, saling berkaitan, dan berkesinambungan dimulai sejak konsepsi sampai 1

2 dewasa. Terjadinya karakteristik tumbuh kembang sepesifik terhadap usia anak (Maryunani, 2014). Anak usia prasekolah ini menunjukan perkembangan motorik, verbal dan keterampilan sosial secara progresif. Pada masa ini adalah meningkatnya antisisme dan energi untuk belajar, menggali banyak hal dan umumnya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan dan kesehatan. Anak prasekolah adalah anak yang mempunyai rentang usia 3-6 tahun (Supartini, 2004). Seperti yang diketahui berdasarkan data Perhimpunan Nasional Rumah Sakit di Amerika, sebanyak 6,5 juta anak/tahun yang mengalami perawatan di rumah sakit dengan usia kurang dari 17 tahun (McAndrews, 2007). Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi rumah sakit maupun petugas perawat di rumah sakit, melihat emosional anak berbeda dengan emosional pada orang dewasa jika mengalami perawatan di rumah sakit khususnya pada rawat inap. Anak prasekolah sangat rentan terhadap penyakit dan ketakutan selama rawat inap. Anak dibawah usia 6 tahun kurang mampu berpikir tentang suatu peristiwa secara keseluruhan, belum bisa menentukan perilaku yang dapat mengatasi suatu masalah yang baru dihadapi dan kurang memahami suatu peristiwa yang dialami. Perkembangan psikososial pada fase inisiatif, anak mempunyai inisiatif melakukan suatu kegiatan yang memuaskan hal ini juga yang menjadikan apabila anak dirawat perkembangan ini tidak bisa dilalui secara baik (Riyadi & Sukarmin, 2009). Peran informal orang tua yang dominan terhadap hospitalisasi anak prasekolah adalah peran sebagai sahabat, dengan keakraban dan kedekatan pada orang tua dapat mengurangi kesedihan seorang anak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengorganisasi dan merencanakan kesehatan anak (Mubarok et al., 2006). Bimbingan, pengawasan, pengaturan yang bijaksana, perawatan kesehatan dan kasih sayang dari orang tua serta orang-orang disekelilingnya sangat diperlukan oleh anak. Untuk mencapai kesehatan anak yang optimal diperlukan kasih sayang orang tua dalam menciptakan hubungan yang hangat sehingga anak merasa aman dan senang (Effendy, 1998).

3 Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan survei kesehatan nasional tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 sebanyak 14.91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka kesakitan anak usia 0-12 tahun apabila dihitung dari keseluruhan jumlah penduduk adalah 14,44%. Anak yang dirawat di rumah sakit akan mengganggu kondisi fisik dan psikologinya, hal ini disebut dengan hospitalisasi (Depkes 2010). Sejalan dengan peningkatan jumlah anak yang dirawat di rumah sakit akhir-akhir ini beresiko terjadi peningkatan populasi anak yang mengalami gangguan perkembangan. Resiko difungsi perkembangan pada anak merupakan dampak hospitalisasi sejalan dengan bertambahnya sejumlah populasi anak yang dirawat di rumah sakit. Banyaknya stressor yang dialami anak ketika menjalani hospitalisasi menimbulkan dampak negatif yang mengganggu perkembangan anak. Lingkungan rumah sakit dapat merupakan penyebab stres dan kecemasan pada anak. Bahwasannya selama masa anak-anak, sekitar 30% minimal anak pernah mengalami perawatan di rumah sakit sementara itu sekitar 5% pernah dirawat beberapa kali di rumah sakit (Kazemi et al., 2012). Anak usia prasekolah mempunyai cara adaptasi yang berbeda dengan anak pada usia lainnya, anak usia prasekolah ini umumnya sering kali merasa ketakutan dikarenakan kondisi anak yang dirawat di rumah sakit saat ini banyak mengalami masalah yang lebih serius dan kompleks dibandingkan kejadian hospitalisasi pada tahun-tahun sebelumnya. Timbul tantangan-tantangan yang harus dihadapi anak, seperti mengatasi suatu perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan asing, penyesuaian dengan banyak orang yang mengurusnya, dan kerap kali harus bergaul dengan anak-anak lain yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan. Fenomena perpisahan tersebut menyebabkan anak berperilaku kurang baik, seperti menangis, agresif, menarik diri dan hipoaktif. Fenomena perpisahan dan pengalamanan anak yang dirawat inap

4 menunjukan bahwa pada saat anak dirawat di rumah sakit akan mengalami perubahan status emosional, begitu juga pada orang tua (Pressley, 2011). Menurut Supartini (2004) hospitalisasi anak dapat menjadi suatu pengalaman yang menimbulkan trauma baik pada anak maupun orang tua sehingga menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak dan ornng tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit. Oleh karena itu, betapa pentingnya pemahaman memahami konsep hospitalisasi dan dampak pada anak dan orang tua sehingga dasar dalam pemberian asuhan keperawatan. Dengan berbagai dampak yang ada tidak jarang banyak anak yang mengalami lama rawat inap selama di rumah sakit, selama menjalani perawatan tersebut maka fungsi atau peran orang tua yang menjadi penting untuk meningkatkan atau memotivasi sang anak untuk segera pulih dari sakit yang di deritanya. Penelitian yang dilakukan Winarsih (2012) terdapat hubungan antara peran orang tua dengan dampak hospitalisasi pada anak usia prasekolah, yang menyatakan bahwa peran orang tua dalam perawatan membuat anak mampu mengembangkan diri secara peribadi dan memberikan sikap positif orang tua sehingga perawatan pada anak lebih optimal. Penelitian yang dilakukana oleh Sinurat (2015) dari hasil penelitian yang terkait sehingga dapat ditarik kesimpulan adanya hubungan peran serta orang tua dengan dampak hospitalisasi pada anak usia prasekolah yang dirawat. Penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2014) didapatkan hasil penelitian adanya hubungan peran serta orang tua dengan dampak hospitalisasi anak usia prasekolah. Penelitian yang dilakukan Winarsih (2012) dengan hasil penelitian yang terdapat hubungan signifikan antara peran serta orang tua dengan dampak hospitalisasi pada anak prasekolah. Menurut penelitian Abdulbaki et al, (2011) terdapatnya pasrtisipasi orang tua untuk membantu kebutuhan fisik dan psikosoial seorang anak, peran orang tua yang memiliki peran lebih positif adalah pada seorang ibu

5 dalam hal ibu lebih bisa melakukan perawatan yang menyangkut kegiatan perawatan fisik. Diketahui bahwa jumlah pasien anak yang dirawat di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang pada tahun 2016 tercatat sejumlah 1,670 anak yang di rawat di ruang anyelir atas (rawat inap anak). Dengan jumlah 761 anak usia prasekolah, anak usia prasekolah yang di rawat di rumah sakit umum kabupaten tangerang setiap bualannya dan dengan rata-rata lama rawat sebanyak 6 hari rawat inap. Kepala ruang dan perawat pelaksana memberikan informasi bahwa sekitar 80% anak prasekolah yang dirawat menunjukan sikap yang kurang kooperatif saat dilakukan tindakan keperawatan. Perawat sudah melakukan berbagai upaya untuk meminimalkan dampak hospitalisasi dengan pemberian asuhan. Pada kenyataan masih ada orang tua yang belum mendukung upaya yang dilakukan perawat ditunjukan dari perilaku orang tua yang kurang sesuai yaitu apabila anak rewel, orang tua menekankan dengan menakut-nakuti anak akan disuntik atau di datangi perawat. Hal ini tidak menenangkan anak tetapi menambah kecemasan dan ketakutan anak (RSU Kabupaten Tangerang, 2016). Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang rata-rata lama rawat pasien yang berada di ruang anyelir atas (rawat inap anak) pada tahun 2016 sebanyak 6,113 atau 6 hari lama rawat. Dengan jumlah pasein meninggal anak pada tahun 2016 sebanyak 46 pasien. Di ruang anyelir atas juga terdapat kelas VIP, I dan II dengan jumlah tempat tidur perkelasnya yaitu kelas VIP mempunyai 2 tempat tidur perkelasnya, untuk kalas I mempunyai 14 tempat tidur perkelasnya, dan untuk kelas II mempunyai 8 tempat tidur perkelasnya (RSU Kabupaten Tangerang, 2016). Belum adanya penelitian yang mengenai peran orang tua yang bisa berdampak pada lama rawat seorang anak usia prasekolah yang sedang melakukan rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai

6 peran orang tua ketika anaknya yang berusia prasekolah diharuskan untuk dilakukan tindakan rawat inap di rumah sakit. Berdasarkan uraian diatas maka lama rawat hospitalisasi seorang anak usia prasekolah ketika menjalani perawatan di rumah sakit bisa berdampak positif dan negatif pada sang anak. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk mengatasi anak agar anak dapat merasakan kenyamanan dan keamanan selama menjalani rawat inap di rumah sakit, sehingga anak akan lebih kooperatif dan menerima tindakan dan cara yang mungkin bisa dilakukan dengan membangun kerjasama antara orang tua dalam merawat anak ketika berada di rumah sakit. 1.2. Perumusan Masalah Anak usia prasekolah belum mampu mengenal masalah yang dihadapi secara baik, kurang memahami masalah dan belum mampu mengatasi masalah yang dialami. Sakit dan memerlukan perawatan di rumah sakit merupakan masalah yang dihadapi saat anak sakit. Berbagai kejadian selama anak dihospitalisasi dan berada dalam lingkungan asing merupakan stressor yang dapat membuat anak jadi stress. Dampak dari hospitaliasi pada anak prasekolah saat dilakukan perawatan inap di rumah sakit dapat dilihat dari perilaku anak tersebut diantaranya adalah penolakan yaitu anak menghindar dari situasi yang membuatnya tertekan dan tidak bersikap kooperatif terhadap petugas sehingga dapat menimbulkan lama hospitalisasi. Beberapa cara yang dapat membuat anak menjadi kooperatif adalah dengan melibatkan orang tua, bentuk keterlibatan orang tua yaitu senantiasa mendampingi anak, memberikan dukungan secara fisik maupun emosional. Maka dengan itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan peran serta orang tua dengan lama rawat hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017.

7 1.3. Pertanyaan peneliti 1. Bagaimana gambaran usia orang tua anak usia 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017? 2. Bagaimana gambaran pendidikan orang tua anak usia 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017? 3. Bagaimana gambaran pekerjaan orang tua anak usia 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017? 4. Bagaimana gambaran peran serta orang tua pada anak usia 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017? 5. Bagaimana gambaran lama rawat hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017? 6. Apakah ada hubungan peran serta orang tua dan lama rawat hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017? 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan lama rawat hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran usia orang tua anak usia 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017. 2. Mengetahui gambaran pendidikan orang tua anak usia 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017. 3. Mengetahui gambaran pekerjaan orang tua anak usia 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017.

8 4. Mengetahui gambaran peran serta orang tua pada anak usia 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017. 5. Mengetahui gambaran lama rawat hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017. 6. Menganalisis hubungan peran serta orang tua dan lama rawat hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti Dapat menambah ilmu, informasi serta mendapatkan teori selama melakukan penelitian tentang bagaimana hubungan peran serta orang tua dengan lama rawat hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017. 1.5.2 Bagi Rumah Sakit Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada pihak Rumah Sakit tentang hubungan peran serta orang tua dengan lama rawat hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017. 1.5.3 Bagi FIKES Esa Unggul Terbinanya suatu jaringan kerjasama yang berkelanjutan dengan institusi dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan kompetensi sumber daya manusia yang kompetitif dan dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat dan meningkatnya kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga terampil dari lapangan dalam kegiatan. Serta dapat menambah dan melengkapi kepustakaan khususnya mengenai hubungan peran serta

9 orang tua dan lama rawat hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini ingin mengetahui mengenai Hubungan Peran Serta Orang Tua Dengan Lama Rawat Hospitalisasi Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017. Penelitian dilakukan di ruang rawat inap anak (Anyelir atas) penelitian akan dilakukan pada bulan April 2017. Penelitian ini dilakukan karena terdapat dampak hospitalisasi yang akan menyebabkan lama rawat hospitalisasi yang timbul pada anak usia prasekolah selama masa perawatan di Rumah Sakit. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang) melalui data primer dengan penyebaran kuesioner dan observasi.

10