BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN HASIL BELAJAR MEMBACA SURAH AN NASR. Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nora Madonna, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa secara optimal baik pada aspek kognitif, efektif maupun

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Matematika Hasil belajar adalah sebagai hasil yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Matematika. dan matematis (Rina Dyah Rahmawati, dkk, 2006: 01).

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat dan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Negeri 1 Bonai Darussalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk multidimensional yang dapat ditelaah dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dengan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Senada dengan peraturan tersebut, Sudjana (2004:8) mengartikan pembelajaran sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan. Sedangkan Sanjaya (2008:77) mengungkapkan bahwa pembelajaran sebagai proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa kearah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Pengertian matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007:1) adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Selaras pendapat tersebut, Echels dalam Anitah (2008) mengungkapkan matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya. Kegiatan proses belajar matematika yang dilaksanakan di sekolah disebut sebagai pembelajaran matematika. Lebih lanjut, Susanto (2013:186) mendefisinikan pembelajaran matematika sebagai suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan 5

6 kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Senada dengan pendapat tersebut, Suherman (2001) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa dibiasakan memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek karena matematika dipandang sebagai proses aktif dan kontruktivis dimana siswa mencoba menyelesaikan masalah yang muncul sebagaimana mereka berpartisipasi secara aktif dalam latihan matematika dikelas. Sedangkan menurut Rahayu (2007:2), hakikat pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan peserta didik melaksanakan kegiatan belajar matematika dan pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika. Berdasarkan dari definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses memperoleh pengetahuan dari interaksi yang sengaja diciptakan oleh dua pihak yaitu siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik, dengan tujuan edukatif, untuk memahami simbol-simbol, angka dan bilangan sebagai representasi dari bahasa matematika. 2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika Menurut Susanto (2013:189), tujuan pembelajaran matematika di SD secara umum adalah siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Senada dengan pendapat tersebut, Depdiknas (2004) menyebutkan bahwa secara khusus pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

7 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat, generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang mengasah kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk menjelaskan keadaan/masalah. 5. Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam pelajaran matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 2.1.2 Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar Slameto (2010:2) mendefinisikan hasil belajar sebagai perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan yang akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Nawawi dalam Susanto (2013:5) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Senada dengan hal tersebut, Sudjana (2011:22) mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Sedangkan menurut Sudijono (2011:30), hasil belajar adalah tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas. Berdasarkan definisi hasil belajar yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan dari perilaku, sikap baik dari

8 aspek afektif, kognitif maupun psikomotor sebagai acuan tingkat keberhasilan siswa setelah siswa mendapatkan pengalaman hidup. 2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Baharuddin (2007) terbagi menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan eksternal. Penjelasan kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar meliputi: a. Faktor Fisiologis, adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu yang berpengaruh pada aktivitas belajar individu, contohnya seperti kesehatan yang baik dan prima, serta keadaan fungsi jasmani/fisiologis yang sempurna. Contohnya seperti tidak dalam keadaan cacat jasmani, fungsi pancaindera yang baik, dan segala hal yang berhubungan dengan fisik dan jasmani yang dapat mempengaruhi siswa dalam proses belajarnya. b. Faktor Psikologis, adalah faktor yang berhubungan dengan psikis seseorang yang dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya. Faktor psikologi siswa meliputi kecerdasan, motivasi diri, minat, sikap, dan bakat. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. faktor ini terbagi menjadi dua, yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. a. Lingkungan sosial, terdiri dari lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga. Lingkungan sosial sekolah merujuk pada kelompok masyarakat yang ada disekitar siswa di

9 sekolah seperti teman-teman di sekolah, guru dan staf, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa di sekolah. Sedangkan lingkungan sosial masyarakat adalah kelompok di sekitar tempat tinggal siswa, atau tempat bermain siswa yang akan mempengaruhi aktivitas dan proses belajarnya. Lingkungan sosial keluarga berasal dari keluarga siswa. b. Lingkungan nonsosial, terbagi menjadi 3 yaitu lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar dan tidak terlalu panas atau dingin, sinar matahari yang sesuai, suasana yang sejuk dan tenang; faktor instrumental seperti alat belajar yang terbagi menjadi dua, yaitu hardware(seperti gedung sekolah, alat dan fasilitas belajar, lapangan olahraga) dan software (seperti kurikulum sekolah, peraturan sekolah, dan buku); dan faktor materi pelajaran yang hendaknya disesuaikan dengan perkembangan siswa. 2.1.2.3 Ranah Hasil Belajar Klasifikasi oleh Bloom dalam Susanto (2013) yang digunakan dalam sistem pendidikan nasional membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu: 1. Kognitif, terdiri dari 6 aspek, yaitu pengetahuan (ingatan), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek pengetahuan dan pemahaman disebut kognitif tingkat rendah, dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2. Afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. 3. Psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada 6 aspek ranah psikomotoris, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan dan ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

10 2.1.3 Metode APIQ 2.1.3.1 Pengertian Metode APIQ Nggermanto (2010:3) menyatakan bahwa Metode APIQ (Aritmatik Plus Inteligensi Quantum) adalah metode matematika yang kreatif dan membantu siswa untuk mempelajari konsep matematika secara menyenangkan yang didesain sesuai dengan kemampuan, kelebihan maupun kekurangan masingmasing siswa. Metode belajar ini dikembangkan pertama kali pada tahun 2000 oleh seorang alumni ITB bernama Agus Nggermanto. Pada metode APIQ, anak diajarkan untuk dapat menyelesaikan masalah dalam matematika secara cepat dan sederhana. Siswa tidak hanya diajarkan dengan cara cepat, tetapi siswa juga akan memahami konsep matematika. APIQ merupakan perpaduan antara pendekatan Quantum Learning, Quotien Learning,dan Experiential Learning. 1. Metodologi (Methodology) Quantum Learning dan Quantum Quotient adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan keseimbangan antara otak kanan yang kreatif dengan otak kiri yang logis. Selain itu, didorong dengan keseimbangan kecerdasan intelektual, spiritual dan emosional sehingga akan memaksimalkan kerja keseluruhan bagian otak. Dengan pendekatan Quantum Learning memungkinkan siswa belajar dengan cepat dan menyenangkan. Experiential Learning, melalui metode APIQ pembelajaran matematika yang semula abstrak, menjadi nyata karena siswa akan belajar menggunakan alat-alat media pembelajaran yang sesuai. Guru sebagai penyedia alat belajar akan membantu siswa dalam memahami lebih dalam tentang materi ajar melalui pengalaman siswa sendiri. Dalam hal ini dapat menggunakan indera peraba, pencium, perasa, dan lain sebagainya sesui dengan kebutuhan belajar. Mastery Learning, metode APIQ menyadari bahwa siswa hadir dengan kelebihan dan kekurangan pada masing-masing individu. Berdasarkan pandangan tersebut, APIQ melakukan pendekatan secara personal untuk dapat

11 membantu siswa agar dapat menguasai matematika secara sempurna dan optimal. 2. Pengetahuan (Knowledge) Math Education, metode pembelajaran APIQ mempelajari matematika secara utuh meliputi aritmatika, perhitungan cepat aritmatika, aljabar, geometri, statistik dan kalkulus. Dengan metode ini, diharapkan siswa dapat menerapkan penggunaan matematika yang telah dipelajari di sekolah pada dunia nyata. Sistematic Math, maksudnya dalam memberikan materi belajar, APIQ menyusun pembelajaran matematika secara urut, sistematis dan hati-hati. Penyusunan ini dimulai dari dasar pembelajaran matematika yang paling mudah, dan meningkat hingga ke taraf yang paling sulit dan rumit. Hal ini dimaksudkan agar terciptanya pembelajaran yang berkesinambungan dan efektif bagi siswa sehingga dapat memberikan hasil belajar yang maksimal. Creative Math, dengan pembelajaran yang dihadirkan dengan kreatif, APIQ membantu siswa untuk menumbuhkan dan mengasah kreativitas siswa melalui pembelajaran yang dihadirkan sehingga diharapkan tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga didukung dengan pribadi yang kreatif. 2.1.3.2 Suasana di Kelas APIQ Tim APIQ (2011) menjelaskan bahwa suasana belajar di kelas APIQ adalah sebagai berikut 1. Permainan yang Kreatif Pada awal pembelajaran siswa akan diberikan permainan yang kreatif dari guru. Permainan APIQ dibagi menjadi 3 kelompok besar. Yaitu permainan abadi, berbasis pengetahuan, dan cara trik. Permainan ini biasanya sudah disesuaikan dengan keadaan siswa yang ada di kelas. Permainan ini mengajarkan siswa untuk bekerja kelompok dengan siswa-siswa yang lain.

12 Setelah anak bertambah kreatif, maka guru akan memberikan lembar kerja kepada siswa. 2. Lembar Kerja APIQ Lembar kerja ini juga disesuaikan dengan kemampuan siswa yang ada di kelas. Pemberian lembar kerja dengan tujuan melatih kemandirian dan kedisiplinan siswa. 3. Evaluasi Hasil belajar akan langsung dievaluasi dan dicatat ke dalam kartu perkembangan siswa. 4. Latihan Lisan Latihan lisan diadakan di akhir pembelajaran. Biasanya, tanya jawab secara lisan ini dilakukan tanpa menggunakan alat tulis sebagai alat bantu dalam perhitungan. 2.1.3.3 Langkah Pembelajaran Metode APIQ Langkah-langkah pembelajaran pada Metode APIQ berikut ini disusun berdasarkan suasana kelas APIQ menurut Tim APIQ. Metode pembelajarannya adalah sebagai berikut: a. Kegiatan awal Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru mengucapkan salam dan membimbing siswa untuk melakukan do a. Guru melakukan absensi dan mengingatkan siswa mengenai aturan yang harus ditaati selama proses belajar di kelas berlangsung. Pada tahap setelah guru memberikan pengarahan, guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan permainan edukatif yang berkaitan dengan materi. Guru memberikan lembar kerja yang sesuai dengan kemampuan kelas untuk dikerjakan siswa secara individu dan menginformasikan tentang tujuan pembelajaran.

13 b. Kegiatan inti Guru mengulas pelajaran yang lalu, menjelaskan materi dengan Metode cepat APIQ dan bersama siswa melakukan pembelajaran yang menyenangkan. Pada langkah selanjutnya, guru memberikan tugas yang dikerjakan secara kelompok yang berkaitan dengan materi dan melakukan evaluasi terkait soal yang sudah siswa kerjakan. Kemudian, guru melakukan tanya jawab secara lisan tanpa alat tulis sebagai alat bantu hitung. c. Kegiatan Penutup Guru membimbing siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran yang baru saja dilakukan siswa. Kemudian, guru membimbing siswa melakukan do a penutup dan mengucapkan salam penutup. 2.1.3.4 Kelebihan Metode APIQ Kelebihan metode APIQ adalah pembelajaran selalu dikemas dengan kreatif dan menyenangkan. Siswa selalu diberi sugesti sehingga termotifasi bahwa matematika adalah pelajaran yang mudah dan menyenangkan melalui kalimat-kalimat yang sering diucapkan oleh guru. Selain itu melalui metode ini, siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal dengan mengoptimalkan segala kelebihan yang dimiliki dengan mengasah tidak hanya kecerdasan intelektual saja, tetapi kecerdasan religi, emosional, sosial dan psikomotor sesuai dengan diri masing-masing individu. Lebih lanjut, metode APIQ banyak menggunakan soal cerita dalam pembelajarannya. Karena melalui soal cerita, siswa diajak untuk berpikir rasional seperti dalam kehidupan nyata. 2.2. Penelitian yang Relevan Penelitian Fitriani pada tahun 2015 yang berjudul Evektivitas Metode Aritmatik Plus Inteligensi Quantum pada materi Aritmatika Sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penerapan metode APIQ dapat meningkatkan

14 kemampuan hitung cepat siswa pada materi pangkat dua dan akar pangkat dua. Pada penelitian tersebut, peneliti memperoleh data rata-rata tes awal sebesar 63,40 dengan skor maksimum80 dan skor minimum 30. Sebesar 40% siswa (presentase terbesar) memperoleh nilai antara 55,00 < 65,00 sehingga masuk dalam kualifikasi nilai cukup. Setelah diberikan perlakuan menggunakan APIQ, terjadi peningkatan rata-rata pada hasil belajar pada tes akhir kelas tersebut menjadi 76,12 dengan skor maksimum 96 dan skor minimum 69. Sebesar 52% dari kelas memperoleh nilai 80,0 0< 95,00 yang termasuk ke dalam kualifikasi nilai baik. Berdasarkan penelitian yang sebelumnya dapat di ambil kesimpulan bahwa pembelajaran matematika hendaknya disampaikan dengan cara yang menyenangkan, selain itu agar dapat secara langsung dipergunakan di kehidupan nyata, siswa hendaknya belajar metode perhitungan matematika secara cepat. Dengan demikian peneliti merumuskan penelitian Pengaruh Metode APIQ Terhadap Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas 3 SD MI Asas Islam Salatiga. 2.3. Kerangka Berpikir Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa termasuk kurang pahamnya siswa dalam mempelajari materi dan rendahnya ketertarikan siswa pada materi yang diajarkan. Dalam pembelajaran matematika seyogyanya siswa dapat ikut serta dalam penyelesaian masalah dan dapat merasakan sendiri pengalaman belajar yang dikemas dengan menarik yang melalui permainan atau metode yang tidak membosankan dengan modifikasi adanya permainan, atau modifikasi pada metode, diharapkan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, menarik dan nyaman. Diharapkan ilmu yang diberikan dapat terserap dengan baik, baik pada segi intelektual, emosional dan mental siswa. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, pada pembelajaran matematika kelas 3 SD MI Asas Islam Salatiga, guru sebagai penyedia pembelajaran menggunakan metode pembelajaran perkalian dan pembagian yang sama persis seperti yang ada pada buku siswa yaitu dengan metode bersusun yang panjang

15 menyebabkan antusiasme siswa yang kurang pada saat mengikuti pembelajaran matematika dibandingkan pada saat siswa mengikuti pelajaran yang lain. Semakin terlihat pada saat diadakannya latihan soal, banyak siswa yang mengaku kurang paham dan belum dapat menguasai materi yang mengakibatkan bertambahnya kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal latihan yang diberikan. Untuk memecahkan masalah tersebut, perlu adanya modifikasi metode dalam pembelajaran agar menjadi lebih menyenangkan dengan masuknya permainan dalam pembelajaran dan cara belajar matematika dengan hitung cepat yang belum pernah siswa dapatkan. Metode tersebut adalah metode APIQ. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka kerangka berpikir pada penelitian ini dapat diilustrasikan sebagai berikut: Metode belajar Aritmatik Plus Inteligensi Quantum (APIQ) Hasil Belajar Siswa Gambar 1. Paradigma Penelitian 2.4. Hipotesis Berdasarkan uraian diatas maka dibuat sebuah hipotesis penelitian. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh Metode APIQ terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas 3 SD MI Asas Islam Salatiga.