BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan baik karena keterbatasan dana sehingga sudah sewajarnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dan. dan peningkatan pembangunan yang berasaskan kekeluargaan, perlu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan

KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. salah satu perjanjian accsoir yang ada dalam suatu perjanjian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan tahun 1997 negara negara Asia dilanda krisis moneter yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Setiap debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar dapat dijatuhi

BAB I PENDAHULUAN. meminjam maupun utang piutang. Salah satu kewajiban dari debitur adalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kegiatan perekonomian yang berkesinambungan, banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP KREDITOR PREFEREN DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIJAMINKAN DENGAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kebutuhan modal bagi setiap masyarakat untuk memajukan dan

BAB II FIDUSIA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK LEMBAGA JAMINAN KEBENDAAN. Fidusia manurut asal katanya berasal dari fides yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan. meningkatkan pembangunan serta perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. berarti adanya interaksi berlandaskan kebutuhan demi pemenuhan finansial.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan karakteristik hukum dalam pembangunan. 1 Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan, untuk itu melalui perjanjian utang piutang antara Pemberiutang (Kreditur) disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut disepakati, maka lahirlah kewajiban pada diri kreditur, yaitu untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada debitur, dengan hak untuk menerima kembali uang itu dari debitur pada waktunya, disertai dengan bunga yang disepakati oleh para pihak pada saat perjanjian pemberian kredit tersebut disetujui oleh para pihak. Hak dan kewajiban debitur adalah bertimbal balik dengan hak dan kewajiban kreditur. Selama proses ini tidak menghadapi masalah dalam arti kedua pihak melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan yangdiperjanjikan, maka persoalan tidak akan muncul. Biasanya persoalan baru muncul jika debitur lalai mengembalikan uang pinjaman pada saat yang telah diperjanjikan. 1 Pemberian kredit dilaksanakan berdasarkan perjanjian dan juga terdapat jaminan, pemberian kredit yang diberikan Bank juga didasarkan atas kepercayaan dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan kepada 1 Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 3

debitur, perjanjian antara kreditur dan debitur dapat dibuat ke dalam Perjanjian Kredit secara tertulis. Kegiatan para pelaku ekonomi ada yang mampu membiayai kegiatan usahanya dengan dananya sendiri, dana ada pula yang tidak mempunyai dana cukup untuk membiayai kegiatan usahanya sehingga membutuhkan sumber dana dazari pihak lain. Dalam praktek bisnis, setiap usaha investasi yang dilakukan di suatu tempat sangat membutuhkan dana. Dana yang dimaksud ini dapat berasal dari dala maupun dari luar negeri, yang biasanya disalurkan melalui lembaga perbankan atau lembaga keuangan. Lembaga tersebut bersifat financial intermediaries (perantara keuangan) yaitu perantara dari pemilik dana dengan peminjam. Oleh karena uang tersebut dipinjamkan kepada peminjaman dana, maka demi menjaga kelancaran pengembalian dana tersebut diikat dengan hak Jaminan. Tanpa pembiayaan kredit dari lembaga tersebut untuk kegiatan usaha para pengusaha, roda ekonomi tidak dapat berjalan seperti yang ada saat ini. Untuk dapat membuat para kreditor agar bersedia memberikan dana-dana pembiayaan kepada debitor, maka diperlukan peraturan yang dapat menjamin perlakuan yang adil di antara para kreditor dalam hal debitor tidak dapat membayar seluruh hutangnya dalam suatu peraturan jaminan fidusia adalah penting, perlu dan tidak dapat diabaikan. Jaminan Fidusia adalah salah satu jaminan yang merupakan suatu hubungan hukum yang didasarkan pada kepercayaan antara debitur (pemberi

fidusia) dengan kreditur (penerima fidusia). Fidusia mampu menampung kekosongan dari hak jaminan dan menjadi suatu jaminan yang unik, karena yang dijadikan dasar jaminan adalah kepercayaan. Demi meningkatkan kemajuan ekonomi dan perdagangan dalam bidang kredit dan fasilitas kredit menyebabkan lembaga Jaminan Fidusia sering di pakai dalam praktek bisnis. Oleh sebab itulah di Indonesia lahir Undang-Undang No 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Tujuan dilahirkannya Undang-Undang Jaminan Fidusia ini untuk memberi ketentuan yang jelas dan lengkap mengenai fidusia dan juga untuk menciptakan kepastian hukum. Terkait dengan Jaminan Fidusia yang telah digunakan secara luas dalam tranksaksi pinjam meminjam atau praktik bisnis tentunya terkena dampak dari krisis moneter tersebut. Dasar dari Jaminan Fidusia adalah kepercayaan, bukannya pemindahan milik atau gadai untuk hipotik atau hak tanggungan. Hal mendasar yang terjadi dalam Jaminan Fidusia ini tentunya terkait dengan hubungan kreditur dan debitur dalam menyelesaikan masalah utama utang piutang dimana sering terjadinya gejolak moneter di Indonesia yang mempengaruhi kehidupan perekonomian nasional dan menimbulkan kesulitan dalam dunia usaha untuk meneruskan usahanya termasuk dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur. 2 Di dalam praktek perkreditan yang ada dalam perbankan, barang-barang persediaan dan barang-barang bergerak milik debitor yang memperolah kredit dari bank hampir selalu dibebani dengan Hak Jaminan Fidusia. Hak Jaminan Fidusia 2 Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,2000,hal 20.

memberikan secara hukum hak kepemilikan kepada kreditor atas barang-barang yang dibebani dengan Hak Jaminan Fidusia itu, tetapi penguasaan atas barang- barang itu ada pada debitor. Bentuk Jaminan Fidusia sudah mulai digunakan secara luas dalam tranksaksi pinjam-meminjam karena proses pembebanan barang-barang itu adaannya dianggap sederhana, mudah dan cepat. Pranata Jaminan Fidusia yang ada saat ini memang memungkinkan kepada Pemberi fidusia untuk menguasai benda yang dijaminkan, guna menjalankan atau melakukan kegiatan usaha yang dibiayai dari pinjaman dengan menggunakan Jaminan Fidusia tersebut. 3 Perlindungan kepentingan kreditur terhadap kemungkinan penyalahgunaan debitur yang tetap menguasai benda jaminan diberikan dengan ketentuan pidana sebagaiman diatur dalam Pasal 36 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Namun dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Jaminan Fidusia menyebutkan bahwa memberikan larangan tertentu, bahwa pengecualian yang disebutkan dalam Pasal 21 dan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Jaminan Fidusia hanya terbatas pada benda jaminan yang berupa barang persediaan saja. Untuk benda-benda diluar stock barang dagangan berlakulah ketentuan umum tentang fidusia, termasuk apa yang disebutkan dalam Pasal 23 ayat (2) tersebut diatas. 4 Dengan demikian tidak ada perlindungan hukum terhadap 3 J.Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, ( Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hal.157. 4 ibid., hal 226

kreditur Penerima Jaminan Fidusia apabila pada saat debitur cidera janji, ternyata stock barang dagangan sebagai Jaminan Fidusia sudah tidak ada lagi. Adanya Jaminan Fidusia, dapat diuraikan makna fidusia dari dua segi, yaitu dari segi pemenuhan kebutuhan masyarakat akan kredit dimana fidusia itu lebih menguntungkan masyarakat pencari kredit karena selain mendapat kredit, ia juga tetap menguasai barang-barang jaminan sehingga kelancaraan usahanya terjamin. Dan dilihat dari segi peran yurisprudensi dalam menutupi kekurangan hukum tertulis serta dalam rangka pembinaan hukum nasional yang menghendaki pembaruan kodifikasi maka yurisprudensi ini dapat menjadi bahan pertimbangan. Upaya pengajuan permohonan pernyataan pailit terhadap debitur, merupakan salah satu alternative penyelesaian tagihan yang dapat diajukan oleh pihak kreditur. Dalam hal debitur yang dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga, maka semua harta kekayaan debitur akan dinyatakan sebagai harta pailit. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 21 Undang-undang No.37 Tahun 2004 tentng kepilitan dan penundaaan kewajiban pembayaran utang atau yang disebut dengan Undang-undang Kepailitan yang menyatakan bahwa kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat pernyataan pailit itu dilakukan, beserta semua kekayaan yang diperoleh selama kepailitan itu 5. Kepailitan itu pada intinya berarti suatu sitaan secara menyeluruh (algemeen beslag) atas sitaan umum ini dilakukan atas segala harta benda dari pada si Pailit.. Sitaan secara umum ini dilakukan atas semua harta benda dari pada 5 Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, No.37 Tahun 2004, Pasal 21

si Pailit 6. Sebagai upaya penyeleaian kewajiban pembayaran utang, prosedur kepailitan mempunyai tujuan melakukan pembagian antara para kreditur dari kekayaan debitur. Kepailitan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya dan untuk menghentikan sitaan terpisah dan/atau eksekusi oleh para kreditur dan menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan debitur dapat dibagikan kepada semua kreditur, sesuai dengan hak masing-masing 7. Dengan dikabulkannya permohonan kepailitan oleh Pengadilan Niaga tentunya memberikan dampak tidak hanya terhadap pihak yang dinyatakan pailit, tetapi juga terhadap pihak lain. Diantara pihak yang terkena dampak dikabulkannya permohonan pailit adalah kreditur dari pihak yang dinyatakan pailit. Bagi kreditur, pernytaan pailit terhadap pemberi fidusia pailit menimbulkan suatu permaslahan mengenai pegembalian utang dari debitur kepada kreditur. Pengembalian utang debitur tersebut kepada kreditur dalam hal debitur dinyatakan pailit akan sangat tergantung pada kedudukan dari kreditur tersebut pemberi fidusia pailit. Undang-undang Kepailitan tersebut memberikan pengecualian terhadap kreditur yang mempunyai hak kebendaan, diantara Penerima Jaminan Fidusia. Pengecualian tersebut dapt dilihat dalam ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undangundang Kepailitan yang menyebutkan bahwa setiap kreditur Pemegang Gadai, Jaminan Fidusia,hak Tanggungan, Hipotik atau Hak Agunan atas kebendaan 6 Gautama Sudargo, Komentar Atas Peraturan Kepailitan Baru untuk Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 1998), hal 34 7 Mulyadi Kartini Hakim Pengawas dan Kurator dalam Kepailitan ( Makalah Seminar tentang Perubahan atas Undang-Undang Kepailitan, oleh Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta, 29 April 1998)

lainnya, dapatmengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Ktentuan tersebut memberikan kedudukan yang kuat kepada kreditur pemegang hak kebendaan terhadap aset debitur yang menjadi jaminan utangnya, yang tidak terpengaruh oleh kepailitan yang menimpa debitur. Sebagaimana diatur dalam Pasal 56 Undang-undang Kepailitan No 37 tahun 2004, hak eksekusi kreditur separitis dimaksud, ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 (Sembilan puluh) hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan. Disamping itu penjualan benda jaminan fidusia, dibatasi hanya 2 bulan (60)hari, apabila masa tersebut benda jaminan tidak terjual, maka benda jaminan akan dikembalikan ke curator. Dengan uraian di atas tersebut, maka dipilih skripsi dengan judul Kedudukan Benda Jaminan Yang Dibebani Jaminan Fidusia Apabila Terjadi Eksekusi Dalam Hal Pemberi fidusia pailit ( Studi Kasus Pada Bank CIMB Niaga Cabang Ir.H Juanda Medan). B. Perumusan Masalah Dari uraian tersebut sebelumnya, dalam penelitian ini akan dibahas permasalahan sebagai berikut 1. Bagaimanakah kedudukan benda jaminan fidusia dengan pailitnya pemberi fidusia pada Bank CIMB Niaga?

2. Bagaimana kedudukan penerima fidusia ( kreditur ) pemegang jaminan fidusia yang pemberi fidusianya pailit pada Bank CIMB Niaga? 3. Bagaimana eksekusi benda jaminan yang pemberi fidusia pailit pada Bank CIMB Niaga? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kedudukan benda Jaminan Fidusia dengan pailitnya pemberi fidusia Pada Bank CIMB Niaga. 2. Untuk mengetahui kedudukan penerima fidusia ( Kreditur ) pemegang Jaminan Fidusia yang pemberi fidusianya pailit pada Bank CIMB Niaga. 3. Untuk mengetahui eksekusi benda jaminan yang pemberi fidusia pailit pada Bank CIMB Niaga. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoretis Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk meningkatkan dan mengembangkan wawasan keilmuan khususnya dibidang ilmu hukum baik dalam konteks teori dan asas-asas hukum dan memperdalam tentang perlindungan hukum terhadap pemegang fidusia yang debiturnya dinyatakan pailit.

2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi hukum positif dan memberikan sumbangan pemikiran untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga keuangan baik bank maupun lembaga bukan bank seperti lembaga fidusia. E. Metode Penulisan Metode Penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Sifat / Jenis Penelitian Sifat / Jenis Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah bersifat deskriptif analisis mengarah kepada penelitian yuridis normatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain. 8 2. Bahan Hukum Materi dalam skripsi ini di ambil dari skunder. Adapun data skunder yang di maksud adalah : a. Bahan Hukum Primer 8 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal 32

Data primer adalah data yang diperoleh langsung kepada sumbernya, dengan cara mewawancarai. Dokumen-dokumen hukum yang mengikat dan diterapkan oleh pihak yang berwenang seperti peraturan dasar perundang-undangan. Tulisan ini antara lain adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. b. Bahan Hukum Skunder Semua dokumen yang merupkan informasi atau hasil kajian tentang Jaminan Fidusia, seperti seminar-seminar, makalah-makalah, koran-koran, karya tulis ilmiah, dan dari beberapa sumber-sumber dari website ataupun jurnal yang mengulas tentang pelaksanaan jaminan fidusia dan lain-lain yang ada kaitannya dengan skripsi ini sebagai bahan acuan dalam pembahasan skripsi ini. c. Bahan Hukum Tersier Bahan-bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan seta penunjang dari bahan hukum primer dan skunder, seperti kamus bahasa umum, kamus hukum, serta bahan-bahan hukum di luar bidang hukum yang relevan dan dapat di pergunakan untuk melengkapi data penelitian ini 9. Selanjutnya situs website yang juga menjadi bahan dalam penelitian ini. 3. Alat Pengumpul Data 9 Ibid. hal 41

Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui studi dokumen, bukti empiris tidak mendalam dengan melakukan wawancara dan metode studi pustaka (library research). 10 4. Analisis Data Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan, studi dokumen, dan penelitian lapangan maka hasil penelitian ini menggunakan analisa kualitatif. Analisa kualitatif ini pada dasarnya merupakan pemaparan tentang teori-teori yang dikemukakan, sehingga dari teori-teori tersebut dapat ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan. Metode analisis data menggunakan analisis kualitatif, yaitu data yang di peroleh kemudian di susun secara sistematis dan selanjutnya di analisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan di bahas. Untuk memperoleh data dari sumber ini penulis menafsirkan, membandingkan serta menterjemahkan berbagai buku dan artikel yang berhubuungan dengan kedudukan benda jaminan yang di bebani jaminan fidusia apabila terjadi eksekusi dalam hal pemberi fidusia pailit, serta buku-buku mengenai jaminan fidusia. Dalam penelitian ini metode pendekatan yang di guanakan yaitu secara deskriptif di mulai dengan analisa terhadap Jaminan Fidusia sesuai dengan masalah yang di teliti. Metode ini di gunakan mengingat permasalahan yang di teliti berkisar pada kepailitan. Spesifikasi suatu penelitian bisa di capai sampai tahap deskriptif atau inferensial, penelitaian deskriptif apabila hanya 10 Ibid. hal 35

menggambarkan keadaan objek, sebaliknya penelitian inferensial tidak hanya melukiskan tetapi dengan keyakinan tertentu mengambil kesimpulan-kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan itulah nantinya dijadikan dasar deduksi untuk menghadapi persoalan khusus atau tindakan praktis dengan kejadian tertentu. 11 Dengan spesifikasi demikian, diharapkan penelitian ini dapat mendeskripsikan aspek pemanfaatan upaya kejelasan mengenai kedudukan benda jaminan yang di bebani jaminan fidusia apabila terjadi eksekusi dalam hal pemberi fidusia pailit dan menggambarkan permasalahan yang di teliti. F. Keaslian Penelitian Pembahasan ini berjudul : Kedudukan Benda Jaminan Yang Di Bebani Jaminan Fidusia Apabila Terjadi Eksekusi Dalam Hal Pemberi fidusia pailit (Studi Bank CIMB Niaga Cabang Ir. H. Juanda Medan) adalah judul yang belum pernah di bahas oleh pihak manapun dan belum pernah di publikasikan di media manapun. Berdasarkan penelusuran perpustakaan dan hasil-hasil pembahasan skripsi yang sudah ada maupun sedang dilakukan ternyata belum pernah dilakukan pembahasan skripsi yang berjudul di atas dan ini adalah murni hasil penelitian dan pemikiran dalam rangka melengkapi tugas memenuhi persyaratan guna 11 Sujitno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta, Penerbit Fak. Psikologi Universitas Gajah Mada, Jilid 1, 1982, hal. 3.

memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar membuat sistematika secara teratur dalam bagian-bagian yang semuanya saling berhubungan satu sama lain, maka penulis membaginya ke dalam beberapa bab dan diantara bab-bab terdiri pula atas sub bab. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan membahas mengenai Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA Pada bagian ini membahas mengenai pengertian Jaminan Fidusia, Macam-Macam Lembaga Jaminan, Asas-asas Jaminan Fidusia, Subjek dan Objek Jaminan Fidusia, Ciri- ciri Lembaga Fidusia,

Proses Terjadinya Jaminan Fidusia dan berakhirnya Jaminan Fidusia. BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KEPAILITAN Pada bab ini akan membahas tentang Pengertian Kepailitan, Pihak- Pihak Yang Terlibat Dalam Kepailitan, Syarat Pengajuan Permohonan Kepailitan, Sumber-Sumber Hukum Kepailitan, Tujuan Hukum Kepailitan, Harus Dinyatakan Dengan Putusan Hakim Dan Akibat Putusan Pailit. BAB IV KEDUDUKAN BENDA JAMINAN YANG DI BEBANI JAMINAN FIDUSIA APABILA TERJADI EKSEKUSI DALAM HAL PEMBERI FIDUSI PAILIT. Pada bab ini akan membahas mengenai Kedudukan Benda Jaminan Fidusia Dengan Pailitnya Pemberi Fidusia, Kedudukan Penerima Fidusia ( Kreditur ) Pemegang Fidusia Yang Pemberi Fidusia Pailit Dan Eksekusi Benda Jaminan Yang Pemberi Fidusia Pailit Pada Bank CIMB Niaga.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini akan membahas Kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.