BAB I PENDAHULUAN. industri yang mengalami perkembangan yang cukup pesat adalah sektor indusri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang dialami pada berbagai sektor industri diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. maksimal dengan menggunakan sumber daya yang ada. Sementara tujuan

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tangga, Dan Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga. Berdasarkan Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri dan pinjaman. Untuk memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ditahan (retained earning)

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Leverage mencerminkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia telah menjadi salah satu alternatif pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 perusahaan sehingga menjadi faktor penentu dalam berinvestasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) adalah pasar berbagai instrumen. keuangan jangka panjang seperti saham, obligasi, waran yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. berbentuk saham biasa, saham preferen serta bukti right dan waran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha dan merupakan tempat

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadinya penurunan perekonomian di suatu negara. Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam perusahaan. Oleh karena itu, keputusan pendanaan menjadi pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan industri manufaktur terutama pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. modal di Indonesia karena berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah rumit dalam rangka mencapai tujuan yang optimal. Proses

BAB I PENDAHULUAN. keputusan keuangan yang saling berkaitan yaitu keputusan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Nilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Investasi memiliki keterkaitan dengan aktivitas konsumsi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kecil maupun perusahaan besar, salah satunya dalam sektor

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

I. PENDAHULUAN. industri industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya. Jasa jasa perbankan memang

BAB I PENDAHULUAN. (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar Modal

I. PENDAHULUAN. Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and

BAB I PENDAHULUAN. modal didalam mendorong kinerja operasionalnya agar perusahaan tetap berjalan

BAB I PENDAHULUAN. penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu lembaga resmi yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi suatu negara tertentu, dalam kaitannya dengan dana, ada

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan usaha yang ketat terjadi ditengah kondisi ekonomi negara

BAB I PENDAHULUAN. tambahan modal kerja, ekspansi dan lain-lain dan sebagai tempat bagi investor

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB I PENDAHULUAN. disebut go public. Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2012:1) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam jenis salah satunya adalah pasar modal (capital market), pasar

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain setiap perusahaan harus mengembangkan usahanya yang

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang listing di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. keputusan pendanaan yang baik untuk menentukan pertimbanganpertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman dan pertumbuhan jumlah penduduk di

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan industri manufaktur food and beverages

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini perusahaan dihadapkan pada suatu kondisi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin besar juga seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pesatnya perkembangan dunia industri menimbulkan persaingan yang ketat

BAB I PENDAHULUAN. Terbentuknya suatu perusahaan mempunyai tujuan yang jelas. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia mengalami krisis moneter yang sempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki potensi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antarpemilik modal yang disebut pemodal (investor) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan dan menjalankan perusahaan, sehingga perusahaan. membutuhkan laporan keuangan sebagai pegangan untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat tingkat perkembangan dunia pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. besar. Hal ini terbukti dari usaha-usaha mereka yang mencari pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Gabungan (IHSG) turut mengalami peningkatan.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. lurus dengan risiko yang diperoleh. Return setiap jenis asset akan dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. telah membuat suatu perusahaan berusaha meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan. satu dengan yang lainnya (Martono dan Agus, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang memberikan return yang paling optimal. Tujuan utama investor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cara meningkatkan nilai perusahaan. Harga pasar saham menunjukkan nilai perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. yang masih belum stabil mempengaruhi kondisi perusahaan-perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terus tumbuh dan berkembang. Perusahaan harus memiliki strategi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

BAB I PENDAHULUAN. berharga di era perekonomian sekarang ini, dapat juga diartikan sebagai pasar

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakter perekonomian yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya kebutuhan manusia terhadap barang dan jasa mendorong meningkatnya berbagai sektor industri saat ini. Salah satu sektor industri yang mengalami perkembangan yang cukup pesat adalah sektor indusri makanan dan minuman. Hal ini terlihat dari data yang dirilis dalam Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014 pertumbuhan cabang industri non migas pada tahun 2014 yang tertinggi dicapai oleh industri makanan dan minuman sebesar 9,54 persen, industri pengolahan tembakau sebesar 8,85 persen, industri mesin dan perlengkapan sebesar 8,80 persen, serta industri pengolahan lainnya sebesar 7,30 persen. Industri makanan dan minuman nasional memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan industri makanan dan minuman nasional Pada triwulan I tahun 2015, pertumbuhan industri makanan dan minuman nasional mencapai 8,16% atau lebih tinggi dari pertumbuhan industri non migas sebesar 5,21%. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 4,71%. Dari nilai kontribusi industri manufaktur sebesar 17,87 persen pada tahun 2014 terhadap PDB nasional, yang 5 (lima) cabang industri yang memberikan kontribusi terbesar secara berturut-turut adalah cabang industri makanan dan minuman sebesar 29,76 persen, disusul cabang industri alat angkutan 10,96 1

persen. Industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik memiliki kontribusi sebesar 10,46 persen terhadap PDB Nasional. Industri kimia, farmasi dan obat tradisional sebesar 9,52 persen dan cabang industri tekstil dan pakaian jadi menyumbang sebesar 7,37 persen. Melihat prosepek industri makanan dan minuman yang semakin baik, tentunya pasar modal memiliki peran penting Sebagai lembaga perantara, pasar modal menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Sebagai pencipta alokasi dana yang efisien, pasar modal menyediakan alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar saham atau pasar modal bagi para investor jika ingin berinvestasi. Tandelilin (2010: 26) menyatakan bahwa pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihandana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat di mana terjadinya jual-beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Dengan adanya Bursa Efek Indonesia, maka para pelaku bisnis dapat mengoptimalkan pertumbuhan perusahaannya dengan menarik investor untuk berinvestasi melalui penjualan saham. Dalam pasar modal (capital market) terdapat berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, 2

baik surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrument derivative, maupun instrument lainnya. Menurut Shook (dalam Fahmi, 2012:55). Perkembangan pasar modal di Indonesia merupakan indikator bahwa pasar modal merupakan alternatif investasi disamping perbankan, selain itu dengan semakin berkembanganya pasar modal juga menunjukkan bahwa kepercayaan pemodal akan investasi dipasar modal Indonesia cukup baik Pertumbuhan kembali pasar modal ini dapat dijadikan sebagai sarana bagi pihak-pihak yang berkepentingan, misalnya: investor maupun pemerintah untuk memanfaatkannya secara optimal sehingga dapat membawa keuntungan bagi semua pihak. Perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit secara lengkap pada setiap periode pelaporan. Dengan melihat laporan keuangan perusahaan, maka berbagai pihak terkait yang berkepentingan dengan perusahaan khususnya para pemegang saham. Semakin lengkap dan akurat informasi yang tersedia di pasar modal maka semakin banyak referensi bagi para pemegang saham dalam pengambilan keputusan. Manajemen perusahaan harus berhati-hati dalam pengambilan keputusan berinvestasi, karena setiap investor yang menginvestasikan dananya di pasar modal pasti memiliki harapan dan keinginan untuk memperoleh keuntungan di masa depan berupa pengembalian atau return yang sesuai dengan besarnya dana yang ditanamkan. Menurut Brigham dan Houston (2006: 215), return atau tingkat pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima dan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan jumlah yang diinvestasikan. 3

Tandelilin (2010: 102) menyatakan bahwa return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Return saham dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor makro diluar perusahaan maupun faktor mikro dari dalam perusahaan. Faktor mikro dari dalam perusahaan diantaranya adalah leverage, profitabilitas, nilai pasar, dan ukuran perusahaan (Firm Size). Leverage mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Rodoni dan Ali, 2010: 123). Dalam penelitian ini, leverage diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 200), Debt to Equity Ratio adalah rasio utang dengan ekuitas menunjukkan sejauh mana pendanaan dari utang digunakan jika dibandingkan dengan pendanaan ekuitas. Oleh karena itu, semakin rendah Debt to Equity Ratio (DER) akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Selanjutnya menurut Samsul (2006: 200) menyatakan bahwa salah satu faktor mikro dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi return saham adalah rasio hutang terhadap ekuitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan Return on Assets (ROA). Brigham dan Houston (2010: 148) menyatakan bahwa Return on Assets adalah rasio laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas total aset. 4

Brigham dan Houston (2010:148), menyatakan jika memperoleh Return on Assets lebih tinggi dari rata-rata industri, maka perusahaan dianggap baik karena memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas aset yang diinvestasikan. Perusahaan dengan tingkat Return on Assets yang tinggi mencerminkan efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola aset sehingga menghasilkan keuntungan. Rasio nilai pasar mencerminkan nilai perusahaan dimata investor. Semakin tinggi rasio nilai pasar, menunjukkan tingginya kepercayaan investor terhadap prosepek perusahaan dimasa mendatang. Rasio nilai pasar pada penelitian ini diukur dengan parameter Price to Book Value (PBV). Menurut Brigham dan Houston (2010:151) nilai perusahaan dapat diukur dengan Price book Value (PBV) atau market/book (M/B) ratio. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor yaitu perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman, hal itu dapat dicerminkan melalui Price to Book Value. Tingginya rasio Price to Book Value (PBV) suatu perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula perusahaan dinilai oleh para investor. Apabila suatu perusahaan dinilai lebih tinggi oleh investor, maka harga saham perusahaan yang bersangkutan akan semakin meningkat di pasar modal, sehingga berakibat pada meningkatnya return saham perusahaan yang bersangkutan. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi return saham adalah Firm Size. Menurut Riyanto (2008: 313) ukuran perusahaan (Firm Size) adalah besar 5

kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai aktiva. Dengan demikian maka pada perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Semakin besar ukuran suatu perusahaan kemungkinan akan mampu menghasilkan tingkat return yang tinggi sehingga tingkat pengembalian dari investasi yang dilakukan diperusahaan besar akan lebih terjamin dibanding perusahaan kecil. Meningkatnya kinerja industri manufaktur khususnya industri makanan dan minuman serta dukungan dari pasar modal ternyata tidak serta merta mampu menciptakan return saham yang stabil atau meningkat. Pada beberapa perusahaan meskipun memiliki kemampuan yang tinggi dalam melunasi kewajibanya dengan modal sendiri, Return on Assets yang meningkat, dan Price to Book Value yang tinggi, serta Firm Size yang besar, belum tentu searah dengan meningkatnya return sahamnya justru berfluktuasi bahkan dapat bernilai negatif Kondisi ini tentunya menjadi fenomena menarik untuk diteliti terlebih return merupakan hal yang paling penting bagi investor dalam berinvestasi dipasar modal. Pada Tabel 1.1 berikut dapat dilihat nilai Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Price to Book Value, Firm Size dan Return Saham pada beberapa perusahaan makanan dan minuman yaitu pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk (INDF), PT. Nippon Indosari Corporindo, Tbk, (ROTI) dan PT. Sekar Laut, Tbk (SKLT) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014. 6

Tabel 1.1 DER, ROA, PBV, Firm Size, dan Return Saham pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, PT. Nippon Sari Roti Corporindo, Tbk, dan PT. Sekar Laut, Tbk di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014 Emiten Tahun DER (%) ROA (%) PBV (x) Firm Size (Log) Return Saham (%) INDF 2011 69,52 11,85 1,28 7,73-0,06 2012 73,96 10,64 1,50 7,77 0,27 2013 103,51 5,98 1,51 7,89 0,13 2014 113,73 7,37 1,44 7,93 0,02 Rata-Rata 90,18 8,96 1,43 7,83 0,09 ROTI 2011 38,93 20,41 6,16 5,88 0,25 2012 80,76 16,58 10,48 6,08 1,08 2013 131,50 11,57 6,56 6,26-0,85 2014 123,19 11,80 7,30 6,33 0,36 Rata-Rata 93,59 15,09 7,62 6,14 0,21 SKLT 2011 74,32 3,74 0,79 5,33 0,00 2012 92,88 4,67 0,96 5,40 0,29 2013 116,25 5,50 0,89 5,48 0,00 2014 145,41 7,14 1,35 5,53 0,67 Rata-Rata 107,21 5,26 1,00 5,43 0,24 Sumber: www.idx.co.id (2016) Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk (INDF) memiliki nilai Debt to Equity Ratio (DER) dan Firm Size mengalami peningkatan selama periode 2011-2014, sedangkan Return on Assets mengalami penurunan dari tahun 2011-2013, dan kembali meningkat ditahun 2014, Price to Book Value dan Return Saham cenderung fluktuatif bahkan return saham mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2014. Return saham perusahaan pada tahun 2011 bernilai negatif sebesar -0,06 hal ini mencerminkan menurunnya harga saham dibanding tahun sebelumnya (2010) atau dengan kata lain harga saham ditahun 2010 lebih besar dibanding harga saham tahun 2011 sehingga return saham bernilai minus. 7

Dengan demikian, terlihat bahwa saat nilai Debt to Equity terendah terjadi di tahun 2011, return saham justru bernilai negatif dan saat DER berada pada angka tertinggi ditahun 2014, return saham mengalami sedikit penurunan dibanding tahun 2013. Perubahan nilai ROA tidak searah dengan perubahan yang terjadi pada return saham, artinya peningkatan maupun penurunan pada ROA tidak selalu diikuti oleh peningkatan maupun penurunan pada return saham, sedangkan nilai PBV secara umum relatif searah dengan pergerakan perubahan return saham, selanjutnya Firm Size secara umum relatif searah dengan meningkatnya return saham peningkatan yang terjadi pada firm size dari tahun 2011-2013 seiring dengan meningkatnya return saham, namun peningkatan size di tahun 2014 justru return saham mengalami penurunan. Pada PT. Nippon Sari Roti Corporindo, Tbk (ROTI) terlihat bahwa nilai Debt to Equity Ratio (DER) dan Firm Size mengalami peningkatan selama periode 2011-2014 sedangkan ROA cenderung menurun, dan PBV dan return saham berfluktuasi setiap tahunnya dan bernilai negatif pada tahun 2013 hingga mencapai -0,85 hal ini mencerminkan tingginya penurunan harga saham ditahun 2013 dibanding tahun 2012. Harga saham tahun 2012 sebesar Rp. 6.900 kemudian ditahun 2013 menurun signifikan menjadi Rp. 1.020 hal ini menyebabkan return saham bernilai negatif. Secara umum, meningkatnya nilai Debt to Equity Ratio tidak menyebabkan menurunnya return saham justru saat Debt to Equity Ratio tertinggi ditahun 2014 return saham juga berada pada angka tertinggi, penurunan yang terjadi pada ROA tidak serta merta menyebabkan penurunan pada return saham, 8

sedangkan setiap perubahan yang terjadi pada PBV dan firm size cenderung searah dengan perubahan pada return saham Selanjutnya pada PT. Sekar Laut, Tbk (SKLT) terlihat bahwa nilai Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), dan Firm Size mengalami peningkatan selama periode 2011-2014 sedangkan Price to Book Value (PBV) dan return saham berfluktuasi namun return saham tidak pernah bernilai negatif. Return saham tertinggi dicapai tahun 2014 seiring dengan meningkatnya Return on Assets, Price to Book Value, dan Firm Size, namun meningkatnya nilai DER tidak menyebabkan menurunnya return saham bahkan saat DER terendah terjadi di tahun 2011 return saham justru bernilai 0,000. Berdasarkan berbagai fenomena yang telah diuraikan, Penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan memilih judul Analisis Pengaruh Rasio Leverage, Rasio Profitabilitas, Rasio Nilai Pasar dan Firm Size Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Leverage (Debt to Equity Ratio), Rasio Profitabilitas (Return on Assets), Rasio Nilai Pasar (Price to Book Value) dan Firm Size berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015? 9

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Leverage (Debt to Equity Ratio), Rasio Profitabilitas (Return on Assets), Rasio Nilai Pasar (Price to Book Value) dan Firm Size berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi yang berkaitan dengan pengaruh Leverage (Debt to Equity Ratio), Rasio Profitabilitas (Return on Assets), Rasio Nilai Pasar (Price to Book Value) dan Firm Size berpengaruh terhadap Return Saham. 2. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dalam pengambilan keputusan investasi terkait dengan return saham. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Leverage (Debt to Equity Ratio), Rasio Profitabilitas (Return on Assets), Rasio Nilai Pasar (Price to Book Value) dan Firm Size berpengaruh terhadap Return Saham. 10

4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk peneliti selanjutnya. 11