I PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Nilai PDB (Milyar Rp) Rataan Komoditi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam

ANALISIS USAHATANI NANAS PADA KELOMPOK TANI MAKMUR DESA ASTOMULYO, KECAMATAN PUNGGUR, LAMPUNG TENGAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam menopang kehidupan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian adalah suatu proses perubahan sosial. Hal tersebut tidak

I. PENDAHULUAN. Industri pengolahan obat-obatan tradisional mengalami perkembangan yang

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. empiris, baik pada kondisi ekonomi normal maupun pada saat krisis. Peranan pokok

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

BPS PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah beriklim tropis basah dengan keragaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh sebab itu

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman perkebunan. Salah satu

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

Tahun Bawang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar. dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002).

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Provinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari. penting diantara subsektor lainnya karena mampu menghasilkan bahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dari peranannya sebagai penghasil devisa negara, sumber ketahanan pangan, pendapatan masyarakat petani di pedesaan serta penyedia lapangan pekerjaan. Dalam penyediaan lapangan pekerjaan sektor pertanian menyerap tenaga kerja lebih banyak dibandingkan sektor lainnya. Penyerapan tenaga kerja disektor pertanian mencapai 39,32 juta orang pada Agustus tahun 2011 (BPS 2011). Pertanian di Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan, hal ini dilihat dari kekayaan alam Indonesia yang berlimpah. Salah satu subsektor dari sektor pertanian yang memberikan kontribusi cukup tinggi adalah subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan. Dari keempat jenis komoditi hortikultura tersebut, buah-buahan memiliki kontribusi yang paling besar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, dimana nilai PDB dari subsektor hortikultura pada tahun 2011 mencapai Rp 88.851,00 milyar dan kontribusi dari produk buah-buahan sebesar Rp 46.735,62 milyar atau sekitar 52,60 persen dari total PDB subsektor hortikultura. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun 2008-2011 Nilai PDB (Milyar Rp) Rataan Komoditi Pertumbuhan 2008 2009 2010 2011 (%) Buah 47.059,78 48.436,70 45.481,89 46.735,62 (0,14) Sayuran 28.205,27 30.505,71 31.244,16 33.136,76 5,54 Tan. Hias 5.084,78 5.494,24 6.173,97 5.983,89 5,78 Biofarmaka 3.852,67 3.896,90 3.665,44 2.994,73 (7,69) Total 84.202,50 88.333,56 86.565,49 88.851,00 1,85 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2012) Indonesia memiliki kondisi agroklimat yang cocok untuk pengembangan berbagai jenis buah-buahan. Keanekaragaman buah dan keunggulan agroklimat 1

Indonesia tersebut merupakan potensi dalam menghadapi perdagangan internasional, mengingat saat ini buah sudah menjadi komoditas perdagangan internasional. Beberapa jenis buah nusantara yang menjadi unggulan Indonesia dan dapat bersaing di pasar internasional diantaranya mangga, manggis, pisang, nanas, salak, stroberi, jambu air, sawo, dan jambu biji 1. Pada Tabel 2 dapat dilihat tingkat perkembangan produksi beberapa buahbuahan yang bersaing di pasar internasional. Buah-buahan tersebut mengalami pertumbuhan yang berfluktuasi begitu pula dengan nanas. Pada tahun 2010 produksi nanas Indonesia mencapai 1.406.445 ton atau sekitar 9,36 persen dari total produksi buah di Indonesia dan menempati urutan kedua dalam kontribusi terhadap produksi buah nasional. Tabel 2. Perkembangan Produksi Nanas dan Buah-Buahan Lainnya di Indonesia Tahun 2006-2010 Jambu biji Mangga Salak Nanas Pisang Tahun (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) 2006 196.180 1.621.997 861.950 1.427.781 5.037.472 2007 179.474 1.818.619 805.879 1.395.566 5.454.226 2008 212.260 2.105.085 862.465 1.433.133 6.004.615 2009 220.202 2.243.440 829.014 1.558.196 6.373.533 2010 204.551 1.287.287 749.876 1.406.445 5.755.073 Sumber : Badan Pusat Statistika (2010) 2 Nanas merupakan salah satu komoditi holtikultura yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari jumlah permintaan nanas segar dari luar negeri yang cukup tinggi. Nilai ekspor nanas Indonesia mencapai US$ 139 juta per tahun dengan negara tujuan diantaranya Amerika Serikat, kawasan Eropa, Timur Tengah, Peru, Uruguay, Panama, dan India 3. Namun saat ini produksi nanas Indonesia masih berada di bawah produksi pisang. Untuk dapat meningkatkan produksi nanas dan memenuhi permintaan tersebut diperlukan 1 Sinar Tani. Promosi Hortikultura Unggulan yang Berdaya Saing I Pasar Internasional. Diperta.jabarprov.go.id [15 Januari 2012] 2 BPS. Produksi Buah-buahan di Indonesia. www.bps.go.id [15 Januari 2012] 3 Jusuf, Widodo. Eksportir Nanas Terbesar. http://medanbisnisdaily.com/news/read/2012/01/05 [4 Juni 2012] 2

upaya yang serius, seperti dengan melakukan pengembangan lahan atau peningkatan produktivitas nanas. Penyebaran tanaman nanas di Indonesia hampir merata terdapat di seluruh daerah, dikarenakan wilayah Indonesia memiliki keragaman agroklimat yang memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman, baik tanaman hortikultura tropis maupun hortikultura subtropis 4. Terdapat beberapa daerah yang menjadi sentra produksi nanas, diantaranya Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Jawa Timur. Daerah tersebut merupakan daerah yang cocok dengan agroklimat pembudidayaan nanas. Lampung merupakan daerah yang menghasilkan nanas paling banyak yaitu sekitar 469.034 ton pada tahun 2010 (Tabel 3). Tabel 3. Produksi Nanas di Beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2010 Produksi nanas Provinsi Ton Persen (%) Sumatera Selatan 114.305 8,13 Lampung 469.034 33,35 Sumatera Utara 102.438 7,28 Jawa Timur 72.404 5,15 Jawa Barat 385.640 27,42 Indonesia 1.406.445 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistika (2010) 5 Diantara berbagai komoditas buah-buahan, nanas merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang bernilai ekonomi dan potensial untuk dikembangkan di daerah Lampung (Kalsum 2009). Lampung terdiri atas 2 kota dan 12 kabupaten, dimana di dalam setiap kota dan kabupaten tersebut terdapat pembudidayaan nanas. Nanas yang diproduksi di daerah tersebut cukup tinggi. Lampung sebagai salah satu sentra penghasil nanas harus bisa mengembangkan potensi yang ada untuk meraih pangsa pasar lokal maupun pasar internasional. 4 BPTP. Kawasan Horti. Sumsel.litbang.deptan.go.id [15 Januari 2012] 5 BPS. Produksi Buah-buahan Menurut Provinsi (ton). www.bps.go.id [15 januari 2012] 3

Lampung Tengah merupakan kabupaten yang paling banyak menghasilkan nanas, seperti terlihat pada Tabel 4, produksinya mencapai 4.409.522 kw pada tahun 2009. Jumlah produksi nanas di Lampung Tengah mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Meskipun mengalami penurunan produksi, yaitu pada tahun 2007 berproduksi 12.375.712 kw dan pada tahun 2008 menurun menjadi 4.847.611 kw, Lampung Tengah tetap unggul dalam kemampuannya berproduksi nanas dibandingkan kabupaten atau kota lainnya. Tabel 4. Produksi Buah Nanas Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2006-2010 Kabupaten/ 2006 2007 2008 2009 2010 Kota Lam-Bar 107 846 3.378 2.455 3.403 Tanggamus 53 88 90 119 230 Lam-Sel 2.936 4.703 1.630 1.417 1.769 Lam-Tim 1.240 1.367 1.286 840 1.162 Lam-Teng 3.010.789 12.375.712 4.847.611 4.409.522 4.677.690 Lam-Ut 5.856 3.074 2.268 3.584 1.988 Way Kanan 2.781 1.462 1.068 881 2.952 Tlg. Bawang 13.813 3.744 4.131 3.326 416 Pesawaran - - 4.369 2.058 174 Pringsewu - - - - 19 Mesuji - - - - 368 Tuba - - - - 50 B.Lampung 62 45 99 59 47 Metro 23 22 42 47 75 Total 3.037.660 12.391.063 4.865.972 4.424.308 4.690.343 Keterangan Sumber : Tahun 2006-2007 Kabupaten Pesawaran masih bergabung dengan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010 Terjadi Penambahan Kabupaten yaitu Pringsewu, Mesuji, dan Tuba : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung Terdapat dua macam budidaya nanas di Lampung Tengah yaitu budidaya oleh perusahaan pengolahan nanas (PT Great Giant Pineapple) dan budidaya oleh rakyat. Sentra nanas yang dibudidayakan oleh rakyat terletak di Kecamatan 4

Punggur, Lampung Tengah. Pada tahun 2009 produksi nanas di Kecamatan Punggur menempati urutan pertama yaitu mencapai 12.010 kw (Tabel 5). Tabel 5. Lima Besar Kecamatan Memproduksi Nanas di Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2009 No. Kecamatan Produksi 1. Punggur 12.010 2. Rumbia 5.000 3. Bandar Mataram 703 4. Gunung Sugih 540 5. Kalirejo 386 Sumber : Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kabupaten Lampung Tengah (2009) Desa Astomulyo merupakan salah satu desa yang dijadikan sebagai sentra nanas di Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah. Saat ini Desa Astomulyo masih memiliki lahan yang berpotensi untuk dilakukan pengembangan sebagai lahan nanas. Pemerintah setempat memperkirakan terdapat 500 hektar lahan yang berpotensi untuk budidaya nanas di Desa Astomulyo. 1.2. Perumusan Masalah Desa Astomulyo memiliki delapan kelompok tani yang khusus membudidayakan nanas. Dari delapan kelompok tani tersebut terdapat satu kelompok tani yang mengalami penurunan luas lahan nanas, yaitu Kelompok Tani Makmur. Pada tahun 2011 terdapat 36,25 hektar, namun saat ini hanya tinggal 25,875 hektar lahan nanas. Banyak petani yang sudah menkonversikan lahan nanasnya. Lahan merupakan faktor produksi yang sangat penting di dalam usahatani. Luas lahan dapat mempengaruhi tingkat pendapatan petani, karena luas lahan akan mempengaruhi jumlah produksi. Lahan petani yang sempit akan menyebabkan jumlah produksi yang sedikit, sehingga tingkat pendapatan petani pun rendah. Hernanto (1989) membagi golongan petani berdasarkan luas lahan menjadi empat, yaitu petani lahan luas (> 2 hektar), lahan sedang (0,5-2 hektar), lahan sempit (< 0,5 hektar), dan petani penggarap (tidak memiliki lahan). Petani 5

di lokasi penelitian termasuk ke dalam golongan petani lahan sedang dan sempit karena lahan yang dimiliki antara 0,25-1,5 hektar. Tingkat pendapatan petani selain dipengaruhi oleh luasan lahan juga dapat dipengaruhi oleh produktivitas dari tanaman yang diusahakan. Produktivitas yang rendah akan menyebabkan penerimaan yang diperoleh petani rendah sehingga tingkat pendapatan petani juga akan rendah. Rendahnya produktivitas tanaman dapat disebabkan oleh penggunaan bibit yang tidak berkualitas atau penggunaan pupuk yang tidak optimal. Sampai saat ini, petani responden belum mau mengikuti Standart Operational Procedure (SOP) dalam penggunaan faktor produksi yang dianjurkan oleh penyuluh lapang di desa tersebut. Petani masih enggan mengubah sistem budidaya yang dilakukannya. Sehubungan dengan hal yang telah diungkapkan sebelumnya, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah: 1. Apakah ada perbedaan penggunaan faktor produksi pada petani lahan sempit dan lahan sedang di Kelompok Tani Makmur, Desa Astomulyo? 2. Apakah ada perbedaan mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan petani nanas pada petani lahan sempit dan petani lahan sedang di Kelompok Tani Makmur, Desa Astomulyo? 3. Bagaimana pendapatan dan efisiensi usahatani nanas yang diterima petani nanas, berdasarkan luas lahan garapan yang dimiliki petani pada Kelompok Tani Makmur, Desa Astomulyo? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi keragaan usahatani nanas pada Kelompok Tani Makmur, Desa Astomulyo. 2. Menganalisis perbedaan penggunaan faktor produksi yang digunakan petani pada lahan sempit dan lahan sedang di Kelompok Tani Makmur, Desa Astomulyo. 3. Menganalisis perbedaan biaya-biaya yang dikeluarkan petani pada lahan sempit dan lahan sedang di Kelompok Tani Makmur, Desa Astomulyo. 6

4. Menganalisis pendapatan petani dan tingkat efisiensi dari usahatani nanas berdasarkan luas lahan garapan usahatani pada Kelompok Tani Makmur, Desa Astomulyo. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu: 1. Membantu petani untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usahatani nanas. Dengan begitu diharapkan petani dapat mengoptimalkan sumberdaya yang dimilikinya sehingga usahatani tersebut benar-benar memberikan hasil yang maksimal. 2. Menjadi sarana pembelajaran bagi penulis dalam mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh para petani. Selain itu juga dapat meningkatkan kemampuan penulis sebagai perwujudan dari aplikasi ilmu yang telah diperoleh. 3. Menjadi media informasi bagi pembaca mengenai kondisi usahatani nanas di salah satu sentra penghasil nanas di Kabupaten Lampung Tengah. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan pada petani nanas yang telah melakukan minimal satu kali musim tanam yang tergabung dalam Kelompok Tani Makmur, Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah. Analisis usahatani yang dilakukan adalah analisis pendapatan usahatani dan analisis efisiensi berupa efisiensi penerimaan terhadap biaya, efisiensi penerimaan terhadap jumlah tenaga kerja, dan efisiensi penerimaan terhadap jumlah investasi. Perhitungan tersebut didasarkan pada kendala mendasar yang dihadapi petani yaitu dilihat dari luas lahan yang dimiliki petani. Di dalam analisis pendapatan hanya dilakukan analisis berdasarkan biaya tunai dan biaya diperhitungkan. 7