BAB I PENDAHULUAN. Page 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. JUDUL: Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa melalui Psikoterapi Islam dengan Pendekatan Arsitektur Islami.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

pasien dan pendampingnya. Tidak hanya mewadahi fungsi hunian, Children Cancer Care Service juga mewadahi fungsi oprasional yayasan yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB I PENDAHULUAN. dan penarikan diri dari lingkungan (Semiun, 2006). Skizofrenia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Esensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Namun tidak semua orang beruntung memiliki jiwa yang. sehat, adapula sebagian orang yang jiwanya terganggu atau dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 JUDUL Rumah Sakit Jiwa Dengan Pendekatan Konsep Hijab di Karanganyar.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kesehatan Di Rumah Sakit

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Khusus Kanker di Jakarta 1

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Judul : Apartemen dengan Pendekatan Desain Biophilik Di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN JUDUL

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

PUSAT REHABILITASI BAGI PENGGUNA NARKOBA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB II PEMAHAMAN PUSAT REHABILITASI NARKOBA DENGAN METODE THERAPEUTIC COMMUNITY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit kanker. Penyakit kanker merupakan penyakit yang menyerang sistem kerja

PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dilakukan perumusan yang berkaitan dengan latar belakang dan permasalahan dari judul yang diangkat, sehingga dapat membantu penulis dalam melakukan pemahaman dan penentuan dalam pembahasan proposal nantinya. Judul Pusat Rehabilitasi Penyakit Jiwa dan Penderita Skizofrenia di Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku A. Pemahaman Judul 1. Pusat Rehabilitasi Menurut Erin Johnston seperti termuat dalam about.com, Pusat Rehabilitasi merupakan fasilitas tempat tinggal yang diberikan bagi sekelompok orang atau populasi tertentu dengan layanan intensif yang berkaitan dengan penyalahgunaan zat, penyakit mental, atau masalah perilaku lainnya. 2. Penyakit Jiwa Penyakit Jiwa adalah sebuah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment / disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dari segi perilaku, psikologik, biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak dalam hubungan antara orang itu dengan masyarakat (PPDGJ-III, 2003). 3. Skizofrenia Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak sebagai bentuk dari psikosa fungsional, menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, perilaku yang aneh dan terganggu serta disharmoni (keretakan kepribadian) antara proses pikir, afek atau emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi, asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi. Page 1

4. Arsitektur Perilaku Arsitektur Perilaku merupakan suatu lingkungan binaan yang diciptakan oleh manusia sebagai tempat untuk melakukan aktivitasnya dengan mempertimbangkan segala aspek dari tanggapan atau reaksi dari manusia itu sendiri menurut pola pikir, karakteristik, ataupun persepsi manusia selaku pemakai 1. 5. Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa dan Skizofrenia di Yogyakarta dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Adalah fasilitas tempat tinggal bagi sekelompok orang yang menderita gangguan jiwa dan skizofrenia yang dalam proses perancangannya menerapkan konsep pendekatan arsitektur perilaku yaitu konsep fasilitas yang didesain sedemikian rupa dengan memperhatikan hubungan antara perilaku pasien dan lingkungannya untuk dapat memberikan keamanan, kenyamanan, dan privasi kepada pasien selama masa penyembuhan. B. Latar Belakang Gangguan kejiwaan dan Skizofrenia (gangguan jiwa berat) saat ini menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Secara garis besar penyebab gangguan jiwa dibagi menjadi tiga, yaitu faktor organobiologi, psikoedukatif dan sosiodemografi. Faktor sosiodemografi meliputi umur, jenis kelamin, kepadatan penduduk, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, ekonomi keluarga dan persepsi peringkat sosial (Maramis, 2007). Menurut data WHO, prevalensi penderita skizofrenia sekitar 0,2% hingga 2% atau berjumlah 24 juta penderita di seluruh dunia. Sedangkan insidensi atau kasus baru yang muncul tiap tahun sekitar 0,01%. Perbandingan jumlah penderita laki-laki dan wanita adalah sama, dengan rentang usia, pada laki-laki mulai umur 18-25 tahun dan wanita mulai umur 26-45 tahun. Prevalensi pada usia anak-anak jarang terjadi, bila muncul pada masa anak-anak biasanya mengenai 4-10 anak diantara 10.000 anak. 1 Pengantar Arsitektur, James C.Synder, Anthony D.Canatese Page 2

Data Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan bahwa prevalensi penderita gangguan jiwa di Indonesia sebesar 1,7 per mil. Dengan prevalensi terbanyak adalah Propinsi DI Yogyakarta (2,7 permil), Aceh (2,7), Sulawesi Selatan (2,6), Bali (2,3), dan Jawa Tengah (2,3). Khusus untuk yang mengalami gangguan jiwa berat, dari pendataan RSJ Grhasia Yogyakarta tahun 2012, hanya menemukan 568 orang atau 41,86 persen dari jumlah yang ada. Sehingga masih ada 789 orang atau 58,14 persen yang belum diketahui. Data dari Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 mengenai penyakit tidak menular menunjukkan bahwa DIY merupakan salah satu provinsi dengan tingkat penderita penyakit kronis yang cukup tinggi. Penyakit kronis menjadi salah satu penyebab seseorang mengalami gangguan mental. Sumber : Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 7, Februari 2013 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sepuluh penderita penyakit kronis, dua sampai lima penderita akan mengalami gangguan mental emosional. Analisis regresi logistik multivariat memperlihatkan bahwa risiko gangguan mental emosional semakin tinggi bersamaan dengan semakin banyak jumlah penyakit kronis yang diderita oleh responden 2. Data-data di atas menununjukkan bahwa potensi penderita gangguan jiwa di D.I. Yogyakarta semakin tinggi. 2 Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 7, Februari 2013 Page 3

Berkembangnya masalah dari segala apek kehidupan di D.I.Yogyakarta, membuat Provinsi ini menjadi salah satu provinsi dengan penderita gangguan jiwa tertinggi di Indonesia. Kondisi ini seharusnya didukung dengan berbagai fasilitas kesehatan yang memadai bagi para penderita. Namun, pada kenyataannya di D.I.Yogyakarta hanya terdapat 2 fasilitas kesehatan yang menangani masalah kejiwaan, yaitu Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta dan Rumah Sakit Puri Nirmala dengan daya tampung yang tidak sebanding dengan pasiennya. Tabel 2. Sarana Pelayanan Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes Dan Memiliki 4 Spesialisasi Dasar Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2010 No SARANA KESEHATAN JUMLAH EMPAT LAB. SPESIALISASI KESEHATAN DASAR JUMLAH % JUMLAH % 1 Rumah Sakit 46 45 100,00 39 2 Umum 2 0 0 0 3 Rumah Sakit Jiwa 14 12 85,71 0 4 Rumah Sakit 121 121 100,00 0 Khusus Puskesmas Jumlah (Kab/Kota) 181 178 98,34 39 87 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2010 (DINKES PROV DIY) 86,37 0,00 0,00 0,00 Tingginya presentase penderita gangguan jiwa dan skizofrenia ini merupakan salah satu dampak negatif dari kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup yang semakin pesat dan tidak dapat dihindari. Berbagai permasalahan baik dari segi kesehatan ekonomi (inflasi dan sebagainya), ketidakpastian penerapan hukum, permasalahan sosial (perampokan, pemerkosaan, penganiayaan, dan sebagainya), maupun permasalahan dalam rumah tangga, depresi, kegelisahan, kemarahan, kebencian, dan ketidakbahagiaan, semuanya memicu perilaku-perilaku yang menyimpang. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya peningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengenali gejala penyakit jiwa dan skizofrenia sehingga dapat menentukan langkah-langkah pencegahan dan deteksi dini yang tepat. Hal ini dapat diwujudkan melalui adanya fasilitas khusus yang menangani masalah gangguan kejiwaan, yang berfungsi tidak hanya sebagai tempat pengobatan Page 4

medis tetapi juga sebagai tempat pengobatan non medis. Fasilitas tersebut berupa Pusat Rehabilitasi gangguan jiwa dan skizofrenia. Di Indonesia, keberadaan pusat rehabilitasi gangguan jiwa belum terlalu dikenal sehingga masyarakat lebih cenderung pergi ke RSJ atau Rumah Sakit Jiwa. Namun, pada kenyataannya keberadaan RSJ belum dapat memenuhi kebutuhan dari para pasien. RSJ lebih banyak memberikan rehabilitasi medis bagi pasiennya, yang berarti penyembuhan dilakukan dengan menggunakan obat-obatan produksi pabrik atau alat-alat yang menggunakan teknologi canggih 3. Sedangkan pasien dengan gangguan kejiwaan membutuhkan lebih banyak penyembuhan secara psikologi atau non medis disamping penyembuhan secara medis. Proses penyembuhan dan pemulihan penderita gangguan kejiwaan membutuhkan proses yang cukup lama dan di lokasi yang tepat. Sebuah lokasi yang nyaman dan masih alami yang memiliki potensi sebagai restorative environment, yaitu lingkungan yang memberikan dampak kesehatan dan kesegaran sehingga rasa nyaman akan muncul 4. Sebuah lokasi yang terisolasi dari kondisi duniawi secara langsung, yang memberikan suasana tenang, jauh dari hiruk pikuk perkotaan dan suasana kesibukan sehari-hari, namun juga mudah dijangkau oleh masyarakat dan memberikan perasaan aman, nyaman, serta memberikan privasi yang sesuai bagi masing-masing perilaku di dalamnya. Menurut Veronica Ray, seorang penulis lepas dalam bukunya Choosing Happiness mendeskripsikan lingkungan yang tepat adalah lingkungan yang tidak hanya didukung secara fisik tetapi juga mental, spiritual dan emosional, dimana kita bisa membantu diri kita sendiri dengan memilih lingkungan yang memberikan kedamaian, penuh cinta dan ketenangan. Kita bisa menemukan tempat-tempat dimana kita merasa tenang dan meluangkan waktu untuk berada di tempat tesebut. Dalam bukunya juga ditekankan akan arti pentingnya unsur- 3 M. Amin Syukur, Sufi Healing, hlm. 38. 4 Stephen Kaplan& Janet Frey Tablot, Psycological Of Wilderness Experiences, dalam Irwin Alman& J. Oachim F. Wohwill, Behavior and Natural Environment, Plenum Press, NY, 1983. Page 5

unsur suara alam, kesunyian, pemandangan, tempat yang teduh dan hijau, cahaya, warna, keteraturan, keindahan dan bau-bauan 5. Daerah alami yang mendukung keadaan tersebut, yaitu daerah pegunungan yang sejuk, berudara segar, view yang mendukung, tenang dan hening, serta jauh dari keramaian. Salah satu wilayah di Yogyakarta yang mendukung keadaan tersebut adalah Kabupaten Kulon Progo dengan lokasinya yang berada di daerah pegunungan dengan kesejukan dan ketenangannya dan kemudahan pencapaian serta ketersediaan fasilitas yang mendukung. Dengan pengadaan Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa dan Skizofrenia di Kabupaten Kulon Progo diharapkan dapat memenuhi peningkatan pasien gangguan jiwa dan skizofrenia. Agar pusat rehabilitasi berfungsi baik sesuai dengan fungsi dan tujuannya, maka pusat rehabilitasi membutuhkan sebuah pendekatan yang sesuai dengan perilaku pengguna (terutama pasien), namun tetap dapat memberikan perasaan aman, nyaman, dan privasi serta dapat mempertahankan unsur lingkungan yang alami. Psikologi arsitektur atau arsitektur perilaku sebagai disiplin ilmu menjadi hal yang penting dalam fasilitas rehabilitasi ini karena perilaku manusia didasari oleh pengaruh sosial budaya yang juga mempengaruhi terjadinya proses Arsitektur. Fungsi dari desain berbasis psikologi arsitektur adalah untuk memulai proses mental dengan menarik perhatian manusia, yang dapat mengurangi kecemasan dan memberikan emosi psikologis yang positif. Maka dari uraian diatas, perlu dibuat rancangan desain Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa dan Penderita Skizofrenia di Kabupaten Kulon Progo yang berkonsep Arsitektur Perilaku. C. Permasalahan Dan Persoalan 1. Permasalahan Bagaimanan wujud rancangan pusat rehabilitasi gangguan jiwa yang mampu memenuhi kebutuhan penderita secara psikologi, sosial, maupun 5 Ray, Veronica, Choosing Happiness, Penerbit PT Gramedia Pustaka, Jakarta, 1999. Page 6

spiritual dengan tetap memperhatikan perilaku-perilaku yang terjadi di dalamnya agar dapat mengoptimalkan fungsi pusat rehabilitasi sebagai fasilitas kesehatan yang membantu penyembuhan jiwa berdasarkan perilaku yang terlihat pada setiap penderita? 2. Persoalan Dari rumusan permasalahan tersebut, ditemui beberapa persoalan terkait dengan perencanaan dan perancangan Pusat Rehabilitasi Penyakit Jiwa dan Skizofrenia di Kabupaten Kulonprogo secara arsitektural, antara lain: a. Bagaimana konsep Pusat Rehabilitasi yang mampu mewadahi kebutuhan bagi penderita gangguan kejiwaan yang sesuai dengan pendekatan arsitektur perilaku? b. Bagaimana konsep pemilihan site yang menjadi pertimbangan lokasi pusat rehabilitasi gangguan jiwa? c. Bagaimana menentukan user atau aktivitas pada pusat rehabilitasi gangguan jiwa berdasarkan perilakunya? d. Bagaimanakah konsep pola kawasan pusat rehabilitasi gangguan jiwa yang mampu membatasi perilaku user tanpa memberikan tekanan secara mental? e. Bagaimanakah arahan desain yang disesuaikan dengan perilaku penderita mampu memberikan kontribusi positif dan solusi arsitektur untuk kawasan pusat rehabilitasi, sehingga dapat memenuhi privasi, keamanan, dan kenyamanan pada penderita? f. Bagaimanakah konsep tampilan, peruangan dan pengembangan kegiatan pada bangunan yang direncanakan sebagai pusat kegiatan sesuai dengan aktivitas dan perilaku user, sehingga tidak memberi kesan mengurung? g. Bagaimana aplikasi material yang aman dan nyaman sesuai dengan perilaku yang ditampilkan user? Page 7

D. Tujuan Dan Sasaran 1. Tujuan Merancang pusat rehabilitasi gangguan jiwa yang mampu memenuhi kebutuhan penderita secara psikologi, sosial, maupun spiritual dengan tetap memperhatikan perilaku-perilaku yang terjadi di dalamnya agar dapat mengoptimalkan fungsi pusat rehabilitasi sebagai fasilitas kesehatan yang membantu penyembuhan jiwa berdasarkan perilaku yang terlihat pada setiap penderita. 2. Sasaran a. Tercapainya konsep Pusat Rehabilitasi yang mampu mewadahi kebutuhan bagi penderita gangguan kejiwaan yang terus tumbuh sesuai dengan konsep desain Arsitektur Perilaku. b. Memilih site yang menjadi pertimbangan lokasi pusat rehabilitasi gangguan jiwa. c. Menentukan user atau aktivitas pada pusat rehabilitasi gangguan jiwa berdasarkan perilakunya d. Merencanakan konsep pola kawasan pusat rehabilitasi gangguan jiwa yang mampu membatasi perilaku user tanpa memberikan tekanan secara mental. e. Arahan desain yang disesuaikan dengan perilaku penderita memberikan kontribusi positif dan solusi arsitektur untuk kawasan pusat rehabilitasi, sehingga dapat memenuhi privasi, keamanan, dan kenyamanan pada penderita. f. Merencanakan konsep tampilan, peruangan dan pengembangan kegiatan pada bangunan yang direncanakan sebagai pusat kegiatan sesuai dengan aktivitas dan perilaku user, sehingga tidak memberi kesan mengurung. g. Mengaplikasikan material yang aman dan nyaman yang disesuaikan dengan perilaku yang ditampilkan user. Page 8

E. Batasan Dan Lingkup Pembahasan 1. Batasan Pembahasan Batasan pembahasan pada konsep perencanaan dan perancangan ini ditekankan pada penyelesaian permasalahan dan persoalan sebuah pusat rehabilitasi penyakit jiwa dan penderita skizofrenia di Kabupaten Kulon Progo dengan pendekatan arsitektur perilaku sebagai metoda desain yang mampu mencapai tujuan dan sasaran. 2. Lingkup Pembahasan Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembahasan maka lingkup pembahasan akan dibatasi sebagai berikut : a. Pembahasan konsep perencanaan dan perancangan ini akan mencakup pada permasalahan arsitektural, seperti : fungsi bangunan, hubungan antar fungsi bangunan seperti hunian dengan fasilitas lainnya. Sedangkan hal lain di luar disiplin ilmu arsitektur akan dibatasi dan disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul. Pembahasan di luar lingkup tersebut bersifat menunjang atau memberi kejelasan tentang halhal yang behubungan dengan permasalahan yang ada. b. Pembahasan mengacu pada tujuan dan sasaran melalui kajian (analisa, hipotesa dan disintesiskan) guna mendapat konsep bangunan yang sesuai dengan konsep pusat rehabilitasi. c. Pembahasan dilakukan berdasarkan data yang telah ada yaitu data hasil survey serta data literatur yang berkaitan dengan konsep pusat rehabilitasi gangguan kejiwaan serta aturan pemerintah setempat yang tercantum dalam RTRW dengan tujuan mampu menyelesaikan permasalahan dan persoalan. F. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Meliputi gambaran umum tentang udul, latar belakang, permasalahan, persoalan, tujuan, dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, serta Page 9

sistematika pembahasan Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa dan Skizofrenia di Kabupaten Kulon Progo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku. BAB II : Tinjauan Pustaka Bagian ini akan membahas tinjauan pustaka mengenai objek rancang bangun, yaitu Pusat Rehabilitasi, tinjauan pustaka mengenai Gangguan Jiwa, dan tinjauan pustaka terkait pendekatan Arsitektur Perilaku, serta tinjauan preseden. BAB III : Metodologi Perancangan Bagian ini membahas terkait metode perancangan yang digunakan dalam merancang Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa dan Skizofrenia di Kabupaten Kulon Progo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku. BAB IV : Tinjauan Lokasi Meliputi data terkait lokasi, sekaligus analisis makro dan mikro lokasi objek rancang bangun di D.I.Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo. BAB V : Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa dan Skizofrenia di Kabupaten Kulon Progo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku yang Direncanakan. Bagian ini berisi pendeskripsian pusat rehabilitasi yang direncanakan. BAB VI : Analisa Konsep Perencanaan dan Perancangan Pembahasan meliputi analisa mengenai pelaku kegiatan, fungsi dan peruangan, lokasi dan site, struktur dan utilitas, dan tata massa BAB VII : Konsep Perencanaan dan Perancangan Bagian ini merupakan kesimpulan dari analisa konsep perancangan Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa dan Skizofrenia di Kabupaten Kulon Progo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku yang akan diaplikasikan pada objek rancang bangun. Page 10