BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 101

dokumen-dokumen yang mirip
- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA TUAL PROVINSI MALUKU PERATURAN WALIKOTA TUAL NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 4 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 99

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 73

KEPALA DESA KEHIDUPAN BARU KABUPATEN BATANG HARI PERATURAN DESA KEHIDUPAN BARU NOMOR : 05 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 11

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 12

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 12 SERI E

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BULELENG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

DESA PANDA KABUPATEN BIMA PERATURAN DESA PANDA NOMOR 1 TAHUN Tentang

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DESA

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN

KEPALA DESA BADAMITA KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN DESA BADAMITA NOMOR : 03 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 7

PERATURAN DESA MALLASORO NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA (RKPDes)

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 44 TAHUN 2017 T E N T A N G

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 2 SERI E

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

KEPALA DESA CIBITUNG KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA CIBITUNG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 6

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA

- 1 - BUPATI KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 32

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

KEPALA DESA SEMPU KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA SEMPU NOMOR : 4 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2016

KEPALA DESA LICIN KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA LICIN NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN FOOD ESTATE DELTA KAYAN KABUPATEN BULUNGAN.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SERANG

PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 7

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 15

BUPATI KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR : 01 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DESA SURYA ADI KECAMATAN MESUJI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR TAHUN 2015

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 49

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 78

KEPALA DESA CLURING KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA TENGAH KECAMATAN MAMBORO DESA WENDEWA UTARA PERATURAN DESA NOMOR 01 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 96

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

Transkripsi:

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 101 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 101 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang : a. bahwa untuk menindaklanjuti ketentuan Pasal 6 ayat (3) Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan, maka perlu adanya pedoman Pembangunan Kawasan Perdesaan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Bupati tentang Pedoman Pembangunan Kawasan Perdesaan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tetang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5558) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5864); 11. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539); 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2093); 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);

15. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembangunan Kawasawan Perdesaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 359); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011 Nomor 19, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 145); 17. Peraturan Bupati Banjarnegara Nomor 55 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2015 Nomor 55) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Banjarnegara Nomor 40 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Banjarnegara Nomor 55 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2017 Nomor 40); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Daerah adalah Kabupaten Banjarnegara. 3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 4. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 5. Bupati adalah Bupati Banjarnegara. 6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

8. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukinan perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 9. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. 10. Pembangunan kawasan perdesaan adalah pembangunan antar desa yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan dan pemberdayaan masyarakat desa melalui pendekatan partisipasif yang dilaksanakan pada kawasan perdesaan tertentu yang ditetapkan oleh Bupati. 11. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya disingkat RTRWP adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah. 12. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disebut RTRW Kabupaten adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara. 13. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut RPJMD Kabupaten adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Banjarnegara. 14. Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan yang selanjutnya disingkat RPKP adalah Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Kabupaten Banjarnegara. 15. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut APB Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.

17. Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan yang selanjutnya disingkat TKPKP adalah lembaga yang menyelenggarakan pembangunan kawasan perdesaan sesuai dengan tingkatan kewenangannya. 18. Pihak Ketiga adalah pihak di luar Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa yang membantu penyelenggaraan pembangunan kawasan perdesaan yang dapat berasal dari perguruan tinggi, konsultan, atau lembaga swadaya masyarakat. 19. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa yang selanjutnya disebut Dispermades adalah perangkat daerah yang membidangi urusan pemberdayaan masyarakat dan desa. 20. Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Banjarnegara yang selanjutnya disebut Baperlitbang adalah perangkat daerah yang membidangi urusan perencanaan pembangunan daerah lingkup Kabupaten. 21. Tokoh masyarakat adalah seseorang yang ditokohkan oleh masyarakat di lingkungannya akibat dari pengaruh, posisi dan kemampuannya yang diakui oleh masyarakat di lingkungannya. 22. Pendamping Kawasan Perdesaan adalah pihak yang berperan dalam memfasilitasi desa. 23. Pelaporan dan Evaluasi Pembangunan Kawasan Perdesaan adalah upaya untuk mewujudkan tertib Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan. 24. Indikator Kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu program atau kegiatan. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Peraturan Bupati ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan di Daerah.

(2) Pembangunan kawasan perdesaan bertujuan untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pengembangan ekonomi, dan/atau pemberdayaan masyarakat desa melalui pendekatan partisipatif dengan mengintegrasikan berbagai kebijakan, rencana, program, dan kegiatan para pihak pada kawasan yang ditetapkan (3) Pembangunan kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diprioritaskan pada pengembangan potensi dan/atau pemecahan masalah kawasan perdesaan. BAB III PRINSIP DAN RUANG LINGKUP Pasal 3 (1) Prinsip pembangunan kawasan perdesaan diselenggarakan berdasarkan: a. partisipasi; b. holistik dan komprehensif; c. berkesinambungan; d. keterpaduan; e. keadilan; f.keseimbangan; g. transparasi; dan h. akuntabilitas. (2) Ruang lingkup dalam Peraturan Bupati ini adalah: a. Kelembagaan; b. mekanisme pengusulan dan penetapan; c. perencanaan pembangunan kawasan perdesaan; d. pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan; dan e. pelaporan dan evaluasi pembangunan kawasan perdesaan.

BAB IV KELEMBAGAAN Pasal 4 (1) Kelembagaan Pembangunan Kawasan Perdesaan terdiri dari : a. TKPKP Kabupaten; dan b. TKPKP Kawasan. (2) Keanggotaan TKPKP Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, bersifat tetap yaitu keanggotaannya tidak berubah meskipun Kawasan Perdesaan yang ditetapkan mengalami perubahan tema maupun delineasi seiring perkembangannya atau ada penambahan Kawasan Perdesaan. (3) Keanggotaan TKPKP Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur Pemerintah Daerah Kabupaten, Sekretaris Daerah sebagai ketua dengan anggota meliputi Kepala Baperlitbang dan Kepala Perangkat Daerah yang terkait. (4) Keanggotaan TKPKP Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibentuk oleh Bupati dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (5) TKPKP Kawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, dibentuk sesuai klaster dan delineasi Kawasan Perdesaan. (6) Keanggotaan TKPKP Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), meliputi : a. Ketua tim : Baperlitbang b. Sekretaris : Dispermades c. Koordinator klaster : Sesuai klaster kawasan d. Anggota : Perangkat Daerah terkait, Camat, Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD), Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan tokoh masyarakat

(7) Keanggotaan TKPKP Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) bersifat fleksibel, yaitu dapat berubah keanggotaannya tergantung pada klaster dan delineasi Kawasan Perdesaan yang mengalami perkembangan dan dapat berubah dalam kurun waktu 5 tahun. (8) Keanggotaan TKPKP Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), dibentuk setelah ada penetapan kawasan dan diproses oleh TKPKP Kabupaten serta ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 5 (1) TKPKP Kabupaten dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh Pendamping Kawasan Perdesaan. (2) Pendamping Kawasan Perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas : a. membantu TKPKP kabupaten dalam penetapan dan perencanaan kawasan perdesaan; dan b. memfasilitasi dan membimbing desa dalam pembangunan kawasan perdesaan. (3) Pendamping Kawasan Perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari pihak ketiga. BAB V MEKANISME PENGUSULAN DAN PENETAPAN Pasal 6 (1) Kawasan perdesaan diusulkan oleh beberapa desa yang tergabung dalam Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) atau prakarsa perangkat daerah Kabupaten dengan memperhatikan aspirasi masyarakat desa (2) Pengusulan kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibantu oleh pihak ketiga.

(3) Kawasan perdesaan yang diusulkan oleh beberapa desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki gagasan kawasan perdesaan yang sesuai dengan tujuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2). (4) Kawasan perdesaan yang diusulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disepakati oleh Kepala Desa yang wilayahnya menjadi kawasan perdesaan dalam bentuk surat kesepakatan kawasan perdesaan. Pasal 7 (1) Tema kawasan perdesaan merupakan fokus penanganan kawasan yang dilakukan dengan mempertimbangkan potensi dan masalah yang ada untuk mewujudkan fungsi kawasan. (2) Tema kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melingkupi 2 hal, yaitu mengangkat potensi dan/atau mengutamakan penanganan masalah. (3) Tema kawasan perdesaan yang mengangkat potensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain : a. Kawasan Perdesaan Potensi Pertanian dan Perkebunan; b. Kawasan Perdesaan Potensi Minapolitan; c. Kawasan Perdesaan Potensi Wisata; d. Kawasan Perdesaan Potensi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; dan e. Kawasan Perdesaan Potensi Peternakan. (4) Tema kawasan perdesaan yang mengutamakan penanganan masalah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain : a. Kawasan Perdesaan Tangguh Bencana; dan b. Kawasan Perdesaan Daerah Aliran Sungai. Pasal 8 (1) Kawasan Perdesaan yang diusulkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1), dilakukan penilaian oleh TKPKP Kabupaten dengan melakukan verifikasi data dan mencermati urgensi Pembangunan Kawasan Perdesaan.

(2) Penilaian oleh TKPKP Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1), prioritas penetapan dilakukan pada kawasan yang memiliki potensi/masalah paling besar diantara kawasan lainnya. (3) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan mempertimbangkan ha-hal sebagai berikut : a. memiliki potensi komoditas unggulan/masalah yang urgen dan layak untuk dikembangan/diselesaikan dalam skala kawasan; b. pembangunan kawasan perdesaan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten, serta tidak memiliki dampak merusak lingkungan di luar batas toleransi yang tidak dapat ditanggulangi; c. disepakati oleh Desa-Desa, Badan Kerjasama Antar Desa, dan pihak-pihak terkait; d. memiliki peluang untuk memperoleh dukungan program dari sektor-sektor dan atau perangkat daerah terkait sesuai kebutuhan, untuk menjamin keberlanjutan pembangunan; dan e. pembangunan kawasan yang akan dilakukan tidak berpeluang untuk menimbulkan konflik kepentingan, memperhatikan kearifan lokal, dan eksistensi masyarakat hukum adat. Pasal 9 (1) Kawasan yang dapat ditetapkan sebagai kawasan perdesaan merupakan bagian dari wilayah kabupaten yang terdiri dari beberapa desa yang berbatasan dalam sebuah wilayah perencanaan terpadu yang memiliki kesamaan pengembangan potensi dan/atau keterkaitan masalah. (2) Penetapan kawasan perdesaan memperhatikan: a. kegiatan pertanian;

b. pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya; c. tempat permukiman perdesaan; d. tempat pelayanan jasa pemerintahan, sosial dan ekonomi perdesaan; e. nilai strategis dan prioritas kawasan; f. keserasian pembangunan antar kawasan dalam wilayah kabupaten; g. kearifan lokal dan eksistensi masyarakat hukum adat; dan h. keterpaduan dan keberlanjutan pembangunan. Pasal 10 (1) Usulan penetapan kawasan perdesaan dilakukan oleh TKPKP Kabupaten kepada Bupati. (2) Surat usulan penetapan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan deskripsi kawasan dan delineasi kawasan yang sudah diverifikasi oleh TKPKP Kabupaten, dilengkapi dengan berita acara penilaian kawasan yang ditandatangani oleh anggota TKPKP Kabupaten. (3) Penetapan Kawasan Perdesaan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN Pasal 11 (1) Perencanaan pembangunan kawasan perdesaan memperhatikan RTRW Kabupaten dan RPJMD Kabupaten terutama dalam penentuan prioritas, jenis, dan lokasi program pembangunan. 2) Pembangunan kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan yang disusun oleh TKPKP kabupaten.

(3) Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati tersendiri. Pasal 12 (1) Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan merupakan rencana pembangunan jangka menengah yang berlaku selama 5 (lima) tahun yang didalamnya memuat program pembangunan. (2) Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah karena perkembangan kebutuhan kawasan. (3) Program pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari kegiatan prioritas tahunan. Pasal 13 (1) Tahapan penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan meliputi : a. identifikasi kondisi lokasi; b. pembuatan peta delineasi dan susunan fungsi kawasan; c. penyusunan model sinergisme; d. penyusunan matrik kegiatan/program; dan e. penetapan dokumen RPKP. (2) Dokumen RPKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, disusun sesuai dengan sistematika penyajian rancangan RPKP sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB VII PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN Pasal 14 Pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan merupakan perwujudan program dan kegiatan pembangunan tahunan pada kawasan perdesaan yang merupakan penguatan kapasitas masyarakat dan hubungan kemitraan yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, dan/atau masyarakat di kawasan perdesaan. Pasal 15 (1) Pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 meliputi : a. pembangunan Berskala Lokal Desa; dan b. Pembangunan Berskala Kawasan. (2) Pembangunan Kawasan Perdesaan Berskala Lokal Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, wajib diserahkan pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar-desa untuk kegiatan yang didanai oleh pendapatan Desa maupun yang didanai oleh sektoral dan Pemerintah Daerah. (3) Pembangunan Kawasan Perdesaan Berskala Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui perangkat daerah sesuai dengan kompetensinya yang terkait dalam hal pendanaan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten. (4) Pembangunan Kawasan Perdesaan Berskala Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), untuk pendanaan yang bersumber dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah Provinsi dalam melaksanakan pembangunan kawasan perdesaan berdasarkan asas tugas pembantuan.

(5) Pembangunan Kawasan Perdesaan Berskala Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), perangkat daerah pelaksana kegiatan wajib mengikutsertakan Pemerintah Desa dan masyarakat desa dalam hal : a. memberikan informasi mengenai rencana program dan kegiatan pembangunan kawasan perdesaan; dan b. memfasilitasi musyawarah Desa untuk membahas dan menyepakati pendayagunaan aset Desa dan tata ruang desa. Pasal 16 Pendanaan pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota; d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; dan/atau e. sumber lain yang sah dan tidak mengikat. BAB VIII PELAPORAN DAN EVALUASI PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN Pasal 17 (1) Pelaporan dan evaluasi pembangunan kawasan perdesaan dilakukan berbasis desa dan berdasarkan indikator kinerja capaian yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan. (2) Pelaporan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup aspek capaian sasaran klaster, capaian indikator pengembangan kawasan, masalah yang dihadapi, dan solusi untuk mengatasi masalah.

(3) Pelaksana pembangunan kawasan perdesaan melaporkan kinerja kepada Bupati melalui Baperlitbang. (4) Laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Baperlitbang tiap 3 (tiga) bulan dan dievaluasi setiap 1 (satu) tahun sejak dimulainya pelaksanaan pembangunan. Pasal 18 (1) Hasil evaluasi terhadap laporan kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) menjadi dasar Baperlitbang dalam menilai capaian Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan. (2) Penilaian terhadap capaian Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan pada periode selanjutnya. (3) Baperlitbang melaporkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) kepada Bupati. (4) Bupati menindaklanjuti hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) sebagai arahan kebijakan kepada TKPKP Kabupaten dalam pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan pada tahun selanjutnya. (5) Apabila hasil evaluasi terdapat ketidak sesuaian pelaksanaan dengan peraturan perundangan yang berlaku akan ditangani pihak yang berwenang. (6) Bupati melaporkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada TKPKP Provinsi. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Banjarnegara. Ditetapkan di Banjarnegara Pada tanggal BUPATI BANJARNEGARA, Cap Ttd, BUDHI SARWONO Diundangkan di Banjarnegara pada tanggal Plt.SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA ASISTEN PEMERINTAHAN DAN KESRA Cap Ttd, SISWANTO BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 101 Mengetahui sesuai aslinya, Plt. KEPALA BAGIAN HUKUM KEPALA BAGIAN KESRA Cap ttd, YUSUF AGUNG PRABOWO, SH, M.Si Pembina Tk. I NIP. 19721030 199703 1 003

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 101 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SISTEMATIKA PENYAJIAN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Pembangunan Kawasan 1.3 Landasan Hukum BAB II DESKRIPSI KONDISI KAWASAN PERDESAAN 2.1 Fisik Dasar 2.2 Sosial Budaya dan Kependudukan 2.3 Ekonomi 2.4 Sarana dan Prasarana BAB III DELINEASI DAN SUSUNAN FUNGSI KAWASAN 3.1 Delineasi kawasan 3.2 Susunan Fungsi Kawasan BAB IV KLASTER DAN SASARAN KLASTER 4.1 Klaster Komoditas 4.2 Klaster Pendukung BAB V MODEL SINERGISME PEMBANGUNAN KAWASAN 5.1 Analisis klater 5.2 Kerangka Sistem

BAB VI MATRIKS PROGRAM DAN KEGIATAN LAMPIRAN 1. Peta Delineasi Kawasan Perdesaan 2. Peta Delineasi dan Susunan Fungsi Kawasan Perdesaan 3. Peta Orientasi Lokasi 4. Surat Usulan Kawasan Perdesaan 5. Surat Penetapan TKPKP Kawasan 6. Surat Penetapan Kawasan Perdesaan 7. Berita Acara Kesepakatan Model dan Tujuan Bersama Pembangunan Kawasan BUPATI BANJARNEGARA Cap Ttd, BUDHI SARWONO

PENJELASAN ATAS PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 101 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN I. UMUM Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Untuk itu, Undang Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu Desa membangun dan membangun Desa yang diintegrasikan dalam perencanaan Pembangunan Desa. Sebagai konsekuensinya, Desa menyusun perencanaan pembangunan sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota. Dokumen rencana Pembangunan Desa merupakan satu-satunya dokumen perencanaan di Desa dan sebagai dasar penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Sejalan dengan tuntutan dan dinamika pembangunan bangsa, Undang Undang No 6 Tahun 2014 memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk melakukan percepatan pembangunan sebagian wilayah perdesaan melalui pembangunan kawasan perdesaan. Pembangunan kawasan perdesaan dilakukan mengingat perkembangan sebagian wilayah tidak secepat perkembangan wilayah lainnya, atau suatu kawasan memiliki potensi pertumbuhan

yang cukup besar dan memerlukan dorongan ekstra dari Pemerintah/Pemerintah Daerah. Pasal 83 UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan bahwa Kawasan Perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar-desa dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif. Pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan dalam batas wilayah fungsional dan atau wilayah administrasi. Isuisu yang diangkat dalam pembangunan kawasan perdesaan antara lain rural-urban linkage; pertumbuhan; lapangan pekerjaan; infrastruktur; serta sinergisme antar sektor, pasar, dan masyarakat; dengan dukungan dana dari APBN berupa dana perimbangan dan APBD yang dialokasikan pada masing-masing sektor. Berbeda dengan pendekatan desa membangun, pemegang kewenangan pembangunan kawasan perdesaan adalah Pemerintah Daerah yang bersinergi dengan masyarakat dan komponen lainnya kecuali yang berskala lokal Desa. Arahan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada Pasal 85 ayat (1) mengatur bahwa Pembangunan Kawasan Perdesaan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui satuan kerja perangkat daerah, Pemerintah Desa, dan/atau BUM Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa. (2) Pembangunan Kawasan Perdesaan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan pihak ketiga wajib mendayagunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia serta mengikutsertakan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa. (3) Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa wajib diserahkan pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar-desa.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Ayat (1) a) Yang dimaksud dengan partisipatif adalah penyelenggaraan Pembangunan Kawasan Perdesaan yang mengikutsertakan kelembagaan Desa dan unsur masyarakat Desa; b) Yang dimaksud dengan holistik dan komprehensif adalah Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan dengan memperhatikan berbagai apsek kehidupan yaitu fisik, ekonomi, sosial, dan lingkungan; dan dilaksanakan oleh berbagai komponen untuk mencapai tujuan pembangunan kawasan; c) Yang dimaksud dengan berkesinambungan adalah Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan secara kontinyu dengan memperhatikan kelestarian lingkungan agar hasil pembangunan dapat memberikan manfaat jangka panjang secara berkesinambungan; d) Yang dimaksud dengan keterpaduan adalah Pembangunan Kawasan Perdesaan dari semua unsur yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan kawasan perdesaan. Keterpaduan antar sektor dan keterpaduan antar level pemerintahan. e) Yang dimaksud dengan keadilan adalah Pembangunan Kawasan Perdesaan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap unsur

pembangungan dalam upaya meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya; f) Yang dimaksud dengan keseimbangan adalah Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara pembangunan fisik, ekonomi, sosial, dan lingkungan; antara kepentingan jangka pendek dan jangka panjang; dan antara kebijakan pusat, daerah, dan kepentingan desa/masyarakat; g) Yang dimaksud dengan transparansi adalah Pembangunan Kawasan Perdesaan yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan Pembangunan Kawasan Perdesaan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. h) Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah Pembangunan Kawasan Perdesaan dalam setiap pengambil keputusan harus bertanggung jawab kepada publik sesuai dengan jenis keputusan, baik internal maupun eksternal Ayat (2) Pasal 4 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5)

Ayat (6) Huruf a Huruf b Huruf c Yang dimaksud dengan Klaster Kawasan/Komoditas Unggulan kawasan adalah Komoditas unggulan yang ditentukan berdasarkan tema kawasan, RTRW, peluang pasar, dan aspirasi masyarakat. Klaster terdiri atas klaster komoditas yaitu komoditas unggulan yang akan dikembangkan (misal: karet, lada, padi, sapi, budaya, keindahan alam) dan klaster pendukung. Dalam satu kawasan, dimungkinkan untuk terdiri atas beberapa klaster komoditas unggulan. Klaster pendukung berupa layanan di tingkat kawasan yang sebagian besar akan dikembangkan di pusat kawasan atau berupa infrastruktur jalan yang menghubungkan antardesa dan antara pusat kawasan dengan desa-desa pendukungnya Huruf d Ayat (7) Ayat (8) Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7

Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 a) Yang dimaksud Identifikasi Kondisi Lokasi adalah meliputi aspek kondisi fisik lahan, kependudukan, sosial budaya, serta sarana dan prasarana kawasan. Data diperoleh melalui data sekunder dan data primer. Data sekunder bersumber dari Kabupaten dalam Angka, Kecamatan dalam Angka, Monografi Desa, dan Data Potensi Desa pada tahun terakhir. Data yang digunakan yang paling mutakhir dari yang tersedia (maksimal 3 tahun terakhir). b) Yang dimaksud Pembuatan Peta Delineasi dan Susunan Fungsi Kawasan adalah untuk melakukan verifikasi delineasi kawasan dan sekaligus menetapkan lokasi dan akses pusat kawasan dan hinterland (pendukung/penyokong) kawasan, serta dari pusat kawasan ke kota terdekatnya. Susunan fungsi kawasan mencakup penetapan lokasi dan fungsi pusat kawasan dan desa-desa pendukung kawasan. Pusat kawasan diarahkan untuk pengembangan fasilitas layanan skala kawasan seperti pasar kawasan, industri pengolahan, bank, dan lain sebagainya. Desa-desa pendukung diarahkan untuk produksi komoditas primer atau bahan baku, dan sebagainya.

c) Yang dimaksud Penyusunan Model Sinergisme adalah kerangka atau formulasi yang merepresentasikan suatu sistem berupa rangkaian komponen/entitas pembangunan kawasan yang terstruktur dalam klaster dan antar klaster yang saling bekerja sama secara teratur dari hulu ke hilir untuk mencapai tujuan pembangunan kawasan. Penyusunan model sinergisme dilakukan melalui analisis Sistem Sinergisme Komprehensif dengan tahapan perumusan tujuan pembangunan kawasan sesuai dengan kesepakatan, penetapan komoditas unggulan /klaster, analisis klaster, penyusunan kerangka model, kesepakatan model. d) Yang dimaksud Penetapan Dokumen RPKP adalah Dokumen RPKP yang ditetapkan oleh Bupati dengan Peraturan Bupati. Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 TAMBAHAN BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 90