BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan jaman yang dialami oleh seluruh bangsa di dunia, yang disertai dengan berbagai macam tuntutan agar dapat bertahan hidup, maka berbagai macam cara dilakukan untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut. Dengan keadaan seperti ini, akan sangat mendorong terjadinya globalisasi antar bangsa-bangsa di dunia. Dampak dari globalisasi sangat bermacam-macam, salah satunya adalah berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju. Itu berarti persaingan antar bangsa sudah dimulai. Pergeseran nilai dan budaya barat dan timur memaksa orang-orang yang hidup di era ini dituntut menjadi pribadi yang fleksibel. Namun, masih saja terjadi benturan antara kebutuhan dan budaya dalam menyikapi keadaan saat ini termasuk dari sisi perilaku asertif (ketegasan). Hal ini senada dengan yang dinyatakan oleh Rakos (1991) yaitu salah satu faktor yang mempengaruhiperilaku asertif adalah kebudayaan. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari orang barat sangat berani dalam menyatakan hak-haknya dan mempertahankan pendapatnya.yang terjadi di Indonesia terutama di pulau Jawa justru sebaliknya. Dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat jawa yang 1
begitu menjunjung tinggi nilai kesopanan dan unggah-ungguh ternyata tidak selalu berdampak hal positif. Masyarakat Jawa cenderung memendam apa yang dipikirkan dan takut untuk menyatakan hak-haknya karena takut melukai perasaan orang lain dan lebih suka mengalah. Hal ini dikhawatirkan akan menghambat perkembangan masyarakat jawa terutama anak-anak untuk bersaing dengan bangsa lain di masa yang akan datang. Masalah lain yang dapat timbul adalah tidak adanya perilaku tegas (asertif) dalam diri anak-anak-anak Jawa dalam mengambil keputusan dan mengutarakan hakhaknya sehingga dapat menimbulkan stress akibat kognitif, yaitu akibat yang mempengaruhi proses berpikir, meliputi tidak mampu mengambil keputusan yang sehat, kurang dapat berkonsentrasi, tidak mampu memusatkan perhatian dalam jangka waktu yang lama, sangat peka terhadap kecaman dan mengalami rintangan mental (dalam Siswanto, 2007). Dengan demikian, perilaku kurang asertif dapat timbul karena nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini kurang tepat, namun dalam hal ini tidak dipengaruhi oleh keturunan seperti yang dikemukakan oleh Alberti dan Emmons (Nursalim, 2005) dalam 10 kunci perilaku asertif. Perilaku asertif dapat ditanamkan pada anak sejak dini tanpa merubah nilai-nilai yang ada, karena kerja perilaku asertif adalah memperkembangkan persamaan hak dalam hubungan manusia, memungkinkan kita untuk bertindak sesuai dengan kepentingan sendiri, untuk bertindak bebas tanpa merasa cemas, untuk mengekspresikan perasaan dengan senang dan jujur, untuk menggunakan hak pribadi tanpa mengabaikan hak atau kepentingan orang lain 2
(Alberti dan Emmons dalam Nursalim, 2005). Singkatnya, individu dapat dikatakan berperilaku asertif apabila mampu mengekspresikan dirinya secara terbuka tanpa menyakiti atau melanggar hak orang lain. Untuk meningkatkan perilaku asertif dapat menggunakan pendekatan behavioral dengan teknik yang disebut dengan Latihan Asertif. Pendekatan behavioral dipilih karena modifikasi perilaku dalam konseling behavioral menggunakan prinsip-prinsip belajar yang telah teruji secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif. Kebiasaan-kebiasaan yang tidak adaptif dilemahkan dan dihilangkan, perilaku adaptif ditimbulkan dan dikukuhkan (Wolpe dalam Komalasari, dkk, 2011). Sedangkan latihan asertif dipilih karena merupakan suatu program belajar untuk mengajar individu mengekspresikan perasaan dan pikirannya secara jujur dan tidak membuat orang lain merasa terancam. Latihan asertif ini dapat digunakan untuk kelompok maupun individu. Perilaku asertif dapat di terapkan oleh anak-anak Jawa tanpa menghilangkan nilai-nilai yang ada. Selain itu, Master, dkk (Nursalim, 2005) juga menyebutkan bahwa meskipun latar belakang budaya dapat menentukan tingkat perilaku asertif yang diperlukan, latihan asertif dapat diberikan dan efektif untuk semua jenis populasi. Dengan uraian diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan memberikan latihan asertif dengan pendekatan behavioral kepada siswa yang memiliki perilaku asertif sangat rendah dan rendah untuk meningkatkan perilaku 3
asertif siswa. Siswa SMP Negeri 2 Salatiga dipilih karena berdasarkan hasil observasi, wawancara dah hasil penyebaran instrument menunjukan perlu adanya latihan asertif bagi siswa yang berperilaku asertif sangat rendah dan rendah. Berdasarkan hasil observasi kelas ketika peneliti melakukan Program Praktik Pengalaman Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 2 Salatiga ditemukan beberapa siswa yang berperilaku kurang asertif. Hal ini senada dengan hasil wawancara dengan salah satu guru Bk SMP Negeri 2 Salatiga pada tanggal 21 Juni 2013 yang menuturkan bahwa terdapat beberapa siswa masuk ke dalam kategori asertif rendah. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan siswa di kelas. Siswa yang kurang asertif cenderung diam meskipun belum mengerti pelajaran atau layanan yang disampaikan guru mata pelajaran atau guru BK. Siswa kurang asertif enggan bertanya karena takut atau malu kepada teman-temannya. Sedangkan dari hasil penyebaran skala perilaku asertif diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Perilaku Asertif Siswa Kelas IX A dan IX B SMP Negeri 2 Salatiga: Interval Kategori Frekuensi Persentase (%) 46-73 Sangat Rendah 0 0 74-101 Rendah 10 18,18 102-128 Sedang 4 7,27 129-156 Tinggi 40 72,73 157-184 Sangat Tinggi 1 1,82 Total 55 100 4
Adapun penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurfaizal (2013) yang berjudul Efektifitas Assertive Training untuk Meningkatkan Perilaku Asertif Siswa SMK Kartika Siliwangi 2 Bandung kelas X. Dalam penelitian ini, pencapaian hasil perilaku siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah dilihat dari skor aspeknya yaitu memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan, bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, mampu menyatakan pikiran dan perasaan dengan tepat, dan mampu berkomunikasi secara langsung, terbuka dan jujur, serta menerima keterbatasan dalam diri. Jadi, program intervensi berbasis assertive training efektif digunakan untuk meningkatkan perilaku asertif siswa. 1.2 Rumusan Masalah Apakah perilaku asertif dapat ditingkatkan secara signifikan melalui pendekatan behavioral dengan teknik latihan asertif pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Salatiga? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui signifikansi peningkatan perilaku asertif melalui pendekatan behavioral teknik latihan asertif pada siswa SMP Negeri 2 Salatiga. 5
1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menjadi bukti empirik bahwa latihan asertif dapat atau tidak dapat meningkatkan perilaku asertif siswa, sehingga dapat dijadikan sumber informasi pendidikan dalam penerapan Bimbingan dan Konseling. 2) Manfaat Praktis a. Bagi guru BK, apabila latihan asertif dapat meningkatkan perilaku asertif siswa, maka dapat dijadikan masukan bahwa teknik latihan asertif dapat meningkatkan perilaku asertif siswa. b. Bagi Peneliti, memberikan pengalaman serta wawasan mengenai penanganan peningkatan perilaku asertif melalui teknik latihan asertif. c. Bagi siswa, untuk mengenalkan teknik latihan asertif untuk meningkatkan perilaku asertif sehingga siswa tetap dapat berkembang secara optimal. 1.5 Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi menjadi lima bab yaitu: Bab I Dengan judul Pendahuluan, yang berisi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II Dengan judul Landasan Teori, yang berisi tentang perilaku asertif, pendekatan behavioral dan teknik latihan asertif. 6
Bab III Dengan judul Metode Penelitian berisi tentang jenis penelitian, prosedur penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, devinisi operasional, teknik pengumpulan data, uji coba instrumen dan teknik analisis. Bab IV Dengan judul Pelaksanaan dan Hasil Penelitian berisi tentang gambaran umum subjek penelitian, pelaksanaan eksperimen, analisis data dan pembahasan. Bab V Dengan Judul Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran. 7