PENGARUH SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN KETAATAN PADA PERATURAN PERUNDANGAN TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (Studi Kasus Dilingkungan SKPD Pemerintah Provinsi Gorontalo) Yunita Mahmud¹, Imran R. Hambali², Ronald S. Badu³ Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem akuntansi pemerintah daerah dan ketaatan pada peraturan perundangan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dlingkungan SKPD Pemerintah Provinsi Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 62 orang. Data dianalisis dengan menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan Ketaatan pada Peraturan Perundangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan SKPD Pemerintah Provinsi Gorontalo. Variabel Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Variabel Ketaatan pada Peraturan Perundangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Secara simultan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan Ketaatan pada Peraturan Perundangan berpengaruh signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat cukup baik. Kata kunci: Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, Ketaatan pada Peraturan Perundangan, Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 1 Yunita Mahmud, Mahasiswa Program Studi S1 Akuntansi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. 2 Imran R. Hambali, S.Pd, SE., MSA, Dosen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. 3 Ronald S. Badu, SE., M.Si, Dosen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo.
Provinsi gorontalo adalah provinsi yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2000 karena seiring dengan adanya pemekaran wilayah berdasarkan otonomi daerah. Sejalan dengan diberlakukanya otonomi daerah pada provinsi gorontalo, maka hal tersebut memberikan kewenangan yang lebih luas dan tanggungjawab penuh kepada daerah provinsi gorontalo dalam mengelola daerahnya sendiri. Dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah senantiasa terus melakukan pembangunan agar perekonomian dapat tumbuh dengan cepat. Hal ini dilakukan agar provinsi gorontalo dapat menjadi sebuah provinsi yang maju dan mandiri di Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan langkah-langkah yang strategis yakni dengan adanya sistem akuntansi pemerintah yang baik. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 yakni : Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) adalah serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, penggolongan dan peringkasan, atau transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer (Halim 2007: 77). Untuk dapat menyelenggarakan akuntansi pemerintah daerah, kepala daerah menetapkan sistem akuntansi pemerintah mengacu pada peraturan yang berlaku. Sistem akuntansi pemerintah daerah juga merupakan pendukung terciptanya pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel yakni transparan, efisien, efektif dan dapat dipertanggung jawabkan. Dikatakan dapat dipertanggungjawabkan disini yakni agar dalam rangka pemeriksaan laporan keuangan yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai pemeriksa keuangan Negara dapat diperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Oleh karena itu, kualitas laporan keuangan ini harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Meskipun dalam penyusunan laporan keuangan ini telah diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), tetapi tetap saja masih ada penyalahgunaan yang terjadi pada uang publik. Hal ini dapat menjadikan BPK memberikan opini wajar dengan pengecualian. Seperti halnya dengan opini yang diberikan BPK atas LKPD yang ada pada provinsi gorontalo periode 2007-2012 bahwa masih banyak pemda yang mendapatkan opini wajar dengan pengecualian. Berikut data atas opini BPK atas LKPD (Situs Resmi BPKP gtlo.htm)
Tabel 1: Opini atas LKPD selama tahun 2007-2012 No. Nama Pemda 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1. Provinsi Gorontalo WTP WDP WDP WDP WDP WDP Berdasarkan data di atas terlihat bahwa terdapat opini wajar dengan pengecualian (WDP) dari tahun ke tahun (mulai tahun 2008-2012) oleh pemerintah Provinsi Gorontalo mengindikasikan para pejabat yang mempunyai tanggung jawab dalam hal pengelolaan keuangan daerah masih belum melakukan tugasnya secara optimal dan juga belum menyusun laporan keuangan yang didasari pada prinsip-prinsip akuntansi, sistem dan prosedur akuntansi. Salah satu hasil pemeriksaan atas LKPD yang ada pada pemerintah provinsi Gorontalo tahun anggaran 2012 yang memuat opini Wajar Dengan Pengecualian dengan nomor 092.B/S/XIX.GOR/06/2013 tanggal 7 Juni 2013 BPK menemukan adanya kelemahan sistem pengendalian intern dalam penyusunan laporan keuangan antara lain: 1. Nilai persediaan pada Neraca per 31 Desember 2012 sebesar Rp 1.381.988.842,00 tidak dapat diyakini kewajarannya. 2. Penyewaan sarana mobilitas darat belum berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa untuk menghindari terjadinya pemborosan keuangan daerah. 3. Kebijakan pemberian TKD kepada camat, lurah dan kepala desa belum berpedoman pada UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan ketentuan lainnya yang berlaku. Pemerintah Provinsi Gorontalo melihat hal ini bertekad pada tahun 2014 akan berusaha meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dengan memperbaiki pengelolaan keuangan dan asset yang baik melalui peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah (Antara Gorontalo, 2014). Faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah daerah adalah kapasitas sumber daya manusia yang melaksanakan sistem akuntansi.pelaksanaan sistem akuntansi pemerintah yang baik dapat berpengaruh juga terhadap akuntabilitas kinerja aparat pemerintah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi terwujudnya akuntabilitas kinerja dalam pengelolaan keuangan daerah yakni ketaatan pada peraturan perundangan. Menurut Soleman, 2007 (dalam Riantiarno, 2011) saat ini telah ditetapkan tiga pokok perundangan di bidang keuangan, yaitu : Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum di bidang administrasi keuangan negara, Undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Tanggungjawab dan Pengelolaan Keuangan Negara mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam konteks sistem pengelolaan keuangan Negara karena Undang-undang tersebut mengisi salah satu pilar penting dari penyelenggaraan good governance dalam pengelolaan keuangan Negara yakni mendukung posisi BPK sebagai lembaga pemeriksaan ekstern yang kuat dan mandiri, serta Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menjadi acuan bagi pemerintah pusat dan seluruh pemerintah daerah di dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan. Dengan dikeluarkannya Undang-undang tersebut diharapkan akan terwujud akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/ pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan meminta kewenangan atau pertanggungjawaban. Berdasarkan pengertian tersebut, maka instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo harus melaksanakan sesuai dengan tugas pokok masing-masing, karena akuntabilitas yang diminta meliputi keberhasilan dan juga kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan. Tetapi pada kenyataannya, penerapan Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah dilingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo belum dapat dikatakan berjalan dengan optimal. Hal ini dikarenakan masih banyak kekeliruan dalam hal pelaporan keuangan daerah yang selama ini menjadi temuan BPK pada setiap SKPD yang ada pada Pemprov Gorontalo. Kekeliruan dalam hal penyajian laporan keuangan ini didasari oleh sumber daya manusia yang bukan bependidikan dari akuntansi sehingga penyajian informasi keuangan tidak akurat dan tidak tepat waktu. Selain itu, ketaatan pada peraturan perundangan oleh Pemprov Gorontalo masih kurang. Hal ini dilihat dari ada sejumlah kelengkapan administrasi yang kurang seperti bukti transaksi keuangan, dokumen surat perintah kerja (SPK)-nya kurang, berita acara pemeriksaan fisik, termasuk pengelolaan aset yang harus ditingkatkan Pemerintah Provinsi Gorontalo. Belum optimalnya penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan karena masih kurangnya ketaatan pemerintah terhadap peraturan perundangan pengelolaan keuangan daerah ini berpengaruh pada akuntabilitas kinerja dari Pemprov yang belum menunjukkan hasil atau nilai yang memuaskan yang dilihat dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) (Gorontalo Post, 2014).
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (independen) yaitu sistem akuntansi pemerintah daerah (X1) dan ketaatan pada peraturan perundangan (X2) sedangkan untuk variabel terikat (dependen) yaitu akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (Y). Populasi dalam penelitian ini adalah bagian akuntansi/ penatausahaan keuangan pada SKPD dilingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo yang berjumlah 160 pegawai. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan pendapat Slovin, (1960) menurut Umar (2003: 78) sebagai berikut: Dengan memakai rumus diatas dihasilkan sejumlah sampel 62 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan pengukuran skala Likert. Data yang telah dikumpulkan kemudian di uji dengan regresi linier berganda yang rumusnya dapat disajikan sebagai berikut: AK = a + b1sapd + b2kppp + e Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi: (1) pengujian validitas dan reliabilitas pernyataan, (2) konversi data ordinal menjadi data interval, (3) pengujian asumsi klasik dan (4) pengujian regresi berganda. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka diperlukan pengujian hipotesis yang meliputi: (1) uji T atau uji parsial, (2) uji F atau simultan dan (3) koefisien determinasi. HASIL PENELITIAN Pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi uji validitas. Adapun pernyataan yang tidak valid dikeluarkan dari daftar pernyataan. Sedangkan koefisien reliabilitas atas pernyataan-pernyataan pada variabel bebas dan terikat adalah reliabel, artinya pernyataan tersebut dapat digunakan untuk mengukur variabel-variabel bebas dan terikat dengan tingkat konsistensi yang sangat baik. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data dengan skala ukur ordinal, oleh karena itu dikonversi kedalam
data skala ukurnya interval dengan menggunakan metode MSI (Method of Successive Interval). Pengujian asumsi klasik digunakan untuk melihat apakah di dalam model regresi tersebut terdapat suatu penyimpangan, sehingga perlu diadakan pemeriksaan dengan menggunakan pengujian normalitas, multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.. Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan bantuan SPSS adalah sebagai berikut: Tabel 2: Hasil Uji Normalitas Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebsar 0,148. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pengujian normalitas, data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Karena nilai signifikansi dari pengujian lebih dari nilai alpha 0,05. Pengujian Multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada dan tidaknya korelasi antara variabel bebas (Independent) dalam suatu regresi. Pada pengujian ini dikatakan tidak terdapat korelasi apabila VIF dari uji Multikolinieritas kurang dari 10. Tabel 3: Hasil Uji Multikolinieritas
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas seluruh variabel mempunyai nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang rendah yakni dibawah 10. Dengan demikian dapat disimpulkan model yang dibangun tidak terdapat masalah multikolinearitas. Uji Autokorelasi merupakan pengujian yang dilakukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel penganggu dalam masing-masing variabel bebas. Tabel 4: Hasil Uji Autokorelasi Model Durbin-Watson 1 2,227 Dari hasil analisis diatas diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 2,227. Nilai ini berada pada diantara 1 dan 3 atau secara matematis nilai dw berada 1<2,227<3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam data tidak terjadi gejala autokorelasi. Uji heteroskedasitas merupakan pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu regresi terjadi perbedaan variance dari residual data yang ada. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskesdasitas. Gambar 1: Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Oleh karena itu maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil analisis regresi dengan menggunakan bantuan SPSS adalah sebagai berikut:
Tabel 5: Model Regresi Berdasarkan hasil analisis diatas maka diperoleh model regresi sebagai berikut: =, +, +, + Adapun interpretasi dari model regresi di atas adalah sebagai berikut: (1) Jika pengaruh dari variabel dalam model (Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan) diabaikan, maka kinerja dari instansi pemerintah kurang akuntabel yakni sebesar -11,475 satuan, (2) setiap peningkatan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah setara 1 satuan diikuti oleh peningkatan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebesar 0,238 satuan, (3) setiap peningkatan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan setara 1 satuan diikuti oleh peningkatan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebesar 0,688. Setelah pengujian analisis regresi dilakukan selanjutnya akan dilaksanakan pengujian pengaruh secara parsial (uji T) dari variabel bebas (Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan) terhadap variabel terikat yakni Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di lingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo. Hasil pengujian dengan menggukan SPSS adalah sebagai berikut: Tabel 6: Hasil Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil di atas didapatkan pengujian pengaruh antara variabel bebas dan variabek terikat adalah sebagai berikut: (1) Pengaruh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Nilai t hitung untuk variabel Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah sebesar 2,858. Jika dibandingkan dengan nilai t- tabel yang sebesar 2,004. Maka t-hitung yang diperoleh jauh besar dari nilai t-tabel kemudian terlihat pula bahwa Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,006<0,05, maka H 1 diterima dan Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan pada tingkat kepercayaan 95%, Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan (2) Pengaruh Ketaatan Pada Peraturan Perundangan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dari analisis diperoleh nilai t-hitung untuk variabel Ketaatan Pada Peraturan Perundangan sebesar 16,546. Jika dibandingkan dengan nilai t-tabel yang sebesar 2,004. Maka t-hitung yang diperoleh jauh lebih besar dari nilai t-tabel kemudian terlihat pula bahwa Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,000<0,05, maka H 1 diterima dan Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan pada tingkat kepercayaan 95%, Ketaatan Pada Peraturan Perundangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Selanjutnya pengujian pengaruh secara simultan (uji F) untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hasil pengujian dengan menggukan SPSS adalah sebagai berikut: Tabel 7: Pengujian Simultan Dari hasil diatas didapat nilai F-hitung sebesar 1.474,51. Adapun nilai F-tabel pada tingkat signifikansi 5% dan derajat bebas pembilang (df1) sebesar k = 2 dan derajat bebas penyebut (df2) sebesar N-k-1 = 58-2-1 = 55 adalah sebesar 3,16. Jika kedua nilai F ini dibandingkan, maka nilai F-hitung yang diperoleh jauh lebih besar F-tabel sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Nilai koefisien determinasi untuk model regresi antara sistem akuntansi pemerintah daerah dan keaatan pada peraturan perundangan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah sebagai berikut: Tabel 8: Koefisien Determinasi Berdasarkan hasil estimasi model persamaan regresi yang telah dilakukan diatas diperoleh nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,982. Nilai ini berarti bahwa sebesar 98,2% Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada Pemerintah Provinsi Gorontalo dipengaruhi oleh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan yang baik. Dari nilai yang dihasilkan dari analisis regresi di atas, maka dapat pula disimpulkan bahwa variabel-variabel bebas telah mampu menjelaskan atau memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat. Adapun pengaruh dari variabel lain terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebesar 1,8%. Dari nilai koefisien determinasi dapat diamati bahwa betapa pentingnya sistem akuntansi pemerintah daerah dan ketaatan pada peraturan perundangan untuk mencapai akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. PEMBAHASAN Pengaruh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Sistem Akuntansi Pemerintah adalah sistem akuntansi yang mengolah semua transaksi keuangan, asset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah, yang menghasilkan informasi keuangan dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu yang dapat diandalkan, baik yang diperlukan oleh badan-badan di luar pemerintah seperti DPR, maupun oleh lembaga tingkat manajemen pada pemerintah. Sistem akuntansi yang diterapkan pada provinsi gorontalo belum bisa dapat dikatakan berjalan dengan baik, hal ini karenakan dilihat dari hasil pemeriksaan BPK atas LKPD pada pemerintahan provinsi gorontalo masih dengan opini Wajar Dengan Pengecualian. Opini ini diberikan karena
BPK masih menemukan adanya kelemahan sistem pengendalian intern dalam penyusunan laporan keuangan pada pemerintah provinsi gorontalo. Faktor yang mempengaruhi dalam penyusunan laporan keuangan adalah didasari oleh kapasitas sumber daya manusia yang melaksanakan sistem akuntansi. Sumber daya manusia yang diperlukan dalam hal penyusunan laporan keuangan ini adalah yang berpendidikan dari akuntansi, agar penyusunan dari laporan keuangan akan lebih akurat dan dapat disajikan dengan tepat waktu. Hal inilah yang menjadikan provinsi gorontalo masih mendapatkan opini WDP dari BPK. Jika sistem akuntansi pemerintah daerah dapat diterapkan dengan baik maka akan dapat menunjang baiknya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah provinsi gorontalo karena dapat memberikan opini yang lebih baik lagi dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dilingkungan SKPD Pemerintah Provinsi Gorontalo. Artinya dengan adanya sistem akuntansi pemerintah daerah yang baik maka semakin baik pula pertanggungjawaban kinerja oleh instansi pemerintah yang ada dilingkungan SKPD Pemerintah Provinsi Gorontalo. Pengaruh Ketaatan Pada Peraturan Perundangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tiga pokok perundangan di bidang keuangan Negara yang menjadi landasan hukum bagi reformasi di bidang keuangan Negara dalam rangka terwujudnya good governance, yaitu Undang-undang Nomor: 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-undang Nomor: 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara, dan Undang-undang Nomor: 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara (Soleman dalam Riantiarno & Nur Azlina, 2011). Akuntansi memiliki kaitan dengan hukum. Terdapat beberapa elemen lingkungan yang dapat mempengaruhi akuntansi yaitu sistem akuntansi, sumber pendanaan, perpajakan, hubungan politik dan ekonomi, inflasi, tingkat perkembangan ekonomi, tingkat pendidikan, budaya, hukum dan perkembangan akuntansi. Temuan kerugian Negara/daerah sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai karena adanya unsur ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang dapat berupa pemborosan dan kebocoran dana hingga korupsi. Hal tersebut menjelaskan bahwa kinerja pemerintahan daerah rendah, disebabkan karena tidak adanya upaya optimalisasi pengelolaan dana publik yang dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomis, efisien,
dan efektif sesuai dengan kewenangan yang telah diberikan kepada daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketaatan pada peraturan perundangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Artinya dengan adanya ketaatan dari para pegawai maupun entitas publik terhadap peraturan perundangan maka semakin baik pula pertanggungjawaban kinerja oleh instansi pemerintah Provinsi Gorontalo. Pengaruh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Secara Simultan Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/ pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan meminta kewenangan atau pertanggungjawaban. Sedangkan menurut Permendagri No. 34 Tahun 2011, Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang selanjutnya disingkat AKIP adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pengujian simultan ditemukan bahwa nilai F ini dibandingkan, maka nilai F-hitung yang diperoleh jauh lebih besar F- tabel sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya variabel bebas (sistem akuntansi pemerintah daerah dan ketaatan pada pearaturan perundangan) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah). Hal demikian juga dibuktikan dengan nilai koefisien determinasi sebesar 98,2%. Nilai ini berarti bahwa sebesar 98,2% Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada Pemerintah Provinsi Gorontalo dipengaruhi oleh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan yang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah dan ketaatan pada peraturan perundangan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang baiknya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang ada dilingkungan pemerintah Provinsi Gorontalo.
SIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah artinya bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah yang diterapkan sudah menunjukkan hasil yang efektif dan efisien dalam melaksanakan pertanggungjawaban atau akuntabilitas kinerja SKPD dilingkungan pemerintah provinsi gorontalo. Hal ini dapat dikatakan bahwa semakin baik sistem akuntansi pemerintah daerah yang diterapkan dilingkungan SKPD pemerintah provinsi gorontalo maka semakin baik pula akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sedangkan untuk ketaatan pada peraturan perundangan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah artinya bahwa tingkat ketaatan atau kepatuhan yang baik pada peraturan perundangan yang berlaku merupakan bagian dari manajemen yang baik sehingga akan menghasilkan akuntabilitas kinerja yang baik pula dan dilihat dari upaya optimalisasi pengelolaan dana publik yang sudah dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomis, efisien dan efektif sesuai dengan kewenangan yang telah diberikan kepada daerah. Oleh karena itu, semakin patuh pegawai instansi pemerintah terhadap peraturan perundangan yang ada semakin baik pula pertanggungjawaban atau akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. SARAN Adapun saran yang disajikan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah Provinsi Gorontalo sebaiknya perlu melaksanakan bimbingan teknis dan pelatihan terhadap pegawai mengenai sistem akuntansi yang berbasis akrual karena adanya peralihan dari sistem kas ke berbasis akrual, hal ini agar para pegawai dapat lebih paham sehingga hasil kinerjanya bisa lebih baik. 2. Pemerintah Provinsi Gorontalo juga dalam hal akuntabilitas kinerja yakni pada kinerja keuangan penyajiannya jangan hanya pada pokok-pokok penerimaan dan pengeluaran saja tetapi sebaiknya pengeluaran dan penerimaan pertanggungjawabannya lebih terperinci agar tidak ada kecurigaan terhadap pengeluaran yang fiktif. 3. Pimpinan instansi pemerintah diharapkan dapat memberikan motivasi kepada para pegawainya agar dapat mematuhi undang-undang sehingga hasil kerja dari pegawai dapat dipertanggung-jawabkan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Antara Gorontalo. Edisi Minggu 12 Januari 2014, Pemprov Gorontalo Bertekad Raih Opini WTP 2014. Gorontalo. Arifianti, Hermin Payamta, Sutaryo. 2013. Pengaruh Pemeriksaan dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Simposium Nasional Akuntansi XVI, Universitas Sebelas Maret. Gorontalo Post. Edisi Selasa 11 Februari 2014. Penyusunan LAKIP Harus Serius. Gorontalo. Halim, Abdul dan Theresia Damayanti. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. UPP STIM YKPN: Yogyakarta. Riantiarno R, Nur Azlina. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Pekbis Jurnal, Vol. 3, No. 3, November, Hlm. 560-568. Umar, Husein. 2003. Evaluasi Kinerja Karyawan, Cetakan Kedua. PT Sun: Jakarta. Website: www.bpk.go.id