BAB 1 PENDAHULUAN. bulan, kecuali obat vitamin (Depkes, 2003). ASI eksklusif adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB 1 PENDAHULUAN. besar seperti benjolan di daerah areola (Saryono&Roischa, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Vivian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. besarnya janin sesuai usia kehamilan pada setiap dilakukan pemeriksaan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB 1 : PENDAHULUAN. individu, dimulai sejak janin masih dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang menggembirakan bagi calon orang tua dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG BREAST CARE DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. membiarkan kontak kulit dengan ibunya setidaknya selama satu jam. Mengingat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) merupakan cairan yang berisi zat penting untuk

SURVEY FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS ALAK KOTA KUPANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. (GBHN) diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB I PENDAHULUAN. bayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara Eksklusif dan apabila

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan Perawatan Kehamilan di Desa Manis Kabupaten Asahan Kecamatan Pulau Rakyat Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. 102/ kelahiran hidup (Visi Indonesia Sehat 2015). Penyebab tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit tersebut. Payudara

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

BAB I PENDAHULUAN. semua orang disegala usia adalah salah satu tujuan dari. Development Goals (SDGs). Tak luput dari sasaran SDGs angka kematian ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat stategis, namun keadaan sosial budaya yang bersnekaragam menjadi

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan, sikap..., Rindiarni Inten Putri, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

1

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisi bayi (Roesli, 2005). Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan perlu ditunjang. dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia melakukan adanya pembangunan kesehatan sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. anaknya, atau keduanya dengan berbagai alasan. Menyapih merupakan proses

PERSEPSI IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN PAYUDARA PADA HARI PERTAMA POST PARTUM DI RSU DR. WAHIDIN SOEDIRO HUSODO MOJOKERTO SITI NUR ALFIA DESCRIPTION

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

SURVEY FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS ALAK KOTA KUPANG ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan bahwa 57% tenaga kerja Indonesia adalah wanita Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI MENGGUNAKAN DOT DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMASDANUREJAN I YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Seperti ketika didalam kandungan, gizi yang tinggi sangat diperlukan ketika anak

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

SIKAP POSITIF IBU DALAM PERAWATAN PAYUDARA MENDUKUNG KELANCARAN PRODUKSI ASI

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah kira-kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. saja sampai usia 6 bulan yang disebut sebagai ASI esklusif (DepKes, 2005). bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada kelompok yang paling rentan kesehatan, seperti ibu hamil,

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

CONTENT VALIDITY INDEX PERILAKU IBU HAMIL TENTANG PERAWATAN PAYUDARA (BREAST CARE) SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK SALLY KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2010

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI eksklusif adalah memberikan bayi ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, kecuali obat vitamin (Depkes, 2003). ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan (Purwanti, 2012). Dari data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2010 cakupan ASI eksklusif di Indonesia masih 52% sementara target pemberian ASI ekslusif secara nasional sebesar 80%. Pemberian ASI satu jam pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama 52,7% (Riskesdas, 2010). Di Indonesia pada tahun 2010 sekitar 8% ibu memberi ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan. Manajemen laktasi yang baik dan pemberian ASI dini meningkatkan kemungkinan 2-8 kali lebih besar untuk ibu memberi ASI eksklusif (Emanz, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 40,21%, terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 52,2%, tetapi dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80% (Dinkes Jateng, 2010).

Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Purbalingga (2010), cakupan ASI eksklusif di Purbalingga, berturut-turut dari tahun 2006 adalah 27.35%. Pada tahun 2007 adalah 28,96%, 2008 adalah 31,46%, 2009 adalah 40,21%, pada tahun 2010 cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Purbalingga menurun menjadi 41% angka ini masih dibawah target pencapaian ASI eksklusif di Indonesia tahun 2010 sebesar 80% (Dinkes Kab. Purbalingga, 2010). Berbagai hal mempengaruhi pengeluaran ASI yakni diperlukan hormone oksitosin yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh proses hisapan bayi. Semakin sering puting susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula ASI yang diproduksi. Hormone oksitosin sering disebut hormone kasih sayang karena kadarnya sangat dipengaruhi oleh suasana hati, rasa bahagia, rasa dicintai, rasa aman, ketenangan, relaks, perawatan payudara, konsumsi rokok dan alkohol serta umur kehamilan saat melahirkan (Yuliana, 2012). Berdasarkan laporan dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) di usia lebih dari 25 tahun sepertiga wanita di Dunia (38%) di dapati tidak menyusui bayinya sehingga terjadi pembengkakan payudara. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan puting susu lecet. Putting susu lecet terjadi karena dua faktor, yaitu karena kondisi putting yang jarang dibersihkan dan posisi ibu saat menyusui yang kurang benar, hal tersebut disebabkan karena kurangnya

perawatan payudara (Anitasari, 2013). Perawatan payudara memiliki banyak manfaat antara lain: menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu, melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga memudahkan bayi untuk menyusu, merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar, dapat mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk mengatasinya, mempersiapkan mental ibu untuk menyusui (Sumini dkk, 2014). Perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan membantu memperlancar produksi ASI. Breast care disebut juga dengan perawatan payudara adalah upaya dengan perawatan khusus lewat pemberian rangsang terhadap otot-otot buah dada ibu, dengan cara pengurutan atau massage diharapkan dapat memberi rangsangan kepada kelenjar air susu ibu agar dapat memproduksi susu tersebut (Muliyani, 2014). Bila seorang ibu hamil tidak melakukan perawatan payudara dengan benar maka sering dijumpai kasus-kasus yang akan merugikan ibu dan bayi, antara lain: ASI tidak keluar, puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap, produksi ASI sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi, infeksi pada payudara (payudara bengkak atau bernanah), muncul benjolan di payudara (Sumini dkk, 2014). Berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat telah dilakukan oleh pemerintah termasuk melakukan upaya promosi kesehatan. Promosi kesehatan pada hakikatnya usaha menyampaikan pesan kesehatan

kepada masyarakat, kelompok atau individu, dengan harapan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan, akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku. Rencana Strategis Departemen Kesehatan RI 2005-2009 menggariskan bahwa tujuan promosi kesehatan adalah memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mau menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat. Kegiatan pokoknya adalah dengan pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mencakup mengembangkan media promosi kesehatan, dan melaksanakan dukungan administratif dan operasional pelaksanaan program promosi kesehatan. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan media cetak, elektronik maupun media ruang. Dalam hal ini media diposisikan untuk membuat suasana yang kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap kesehatan. Melalui media cetak telah dikembangkan berbagai leaflet, brosur, poster, kalender, dan lain-lain. Setiap tahun unit promosi kesehatan memproduksinya (Goma, 2012). Promosi kesehatan melalui demonstrasi akan mempengaruhi perilaku seseorang. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan, pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau obyek dan tindakan adalah perwujudan dari suatu sikap seseorang (Sumini, dkk, 2014). Salah satu peran perawat adalah melakukan promosi kesehatan yang dapat dilakukan dengan memberikan informasi kepada ibu dan keluarga untuk memberikan ASI pada bayi, melakukan demonstrasi menyusui dan perawatan payudara yang benar (Suryaningsih, 2012). Akibat tidak dilakukannya massage payudara dapat terjadi pembendungan ASI, sehingga puting susu bisa mampet dan menyebabkan mastitis. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis dengan mewawancarai 6 ibu postpartum, 4 ibu postpartum sama sekali tidak mengetahui massage payudara dan 2 ibu postpartum mengetahui tetapi tidak lancar dalam melakukan massage payudara. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti tentang pengaruh demonstrasi massage payudara terhadap praktik massage payudara pada ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Padamara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah adakah pengaruh demonstrasi massage payudara terhadap praktik massage payudara pada ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Padamara.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis pengaruh demonstrasi massage payudara terhadap praktik massage payudara pada ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Padamara. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Padamara. b. Mengetahui perbedaan praktik massage payudara pada ibu postpartum yang dilakukan demonstrasi massage payudara dengan yang tidak dilakukan demonstrasi massage payudara di Wilayah Kerja Puskesmas Padamara. c. Menganalisis pengaruh demonstrasi massage payudara terhadap praktik massage payudara pada ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Padamara. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang massage payudara yang merupakan salah satu tindakan yang dapat membantu dalam keberhasilan progam ASI ekslusif.

2. Bagi Responden Penelitian ini dapat bermanfaat bagi ibu postpartum dan keluarga dalam meningkatkan pengetahuan tentang massage payudara sehingga mampu melakukan massage payudara secara mandiri. 3. Bagi Instansi Terkait Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan atau standar dalam melaksanakan massage payudara dalam proses melancarkan proses menyusui pada ibu postpartum di wilayah Puskesmas. 4. Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya dalam pelaksanaan progam ASI eksklusif mengenai pengaruh demonstrasi massage payudara terhadap praktik massage payudara. E. Penelitian Terkait 1. Goma, M. S. (2012) tentang pengaruh pemberian pamphlet terhadap tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai inisiasi menyusui dini. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Data penelitian berupa data primer yang didapatkan melalui kuesioner oleh ibu hamil dengan usia kehamilan lebih atau sama dengan 28 minggu yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Ngesrep dan Halmahera pada bulan Maret-Juni 2012. Hasil penelitian ini terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna pada ibu hamil yang diberi

pamflet dan yang tidak diberi pamflet (p = 0,023). Pamflet mengenai Inisiasi Menyusu Dini berpengaruh meningkatkan pengetahuan subjek. Persamaan penelitian adalah sama-sama meneliti tentang pemberian promosi kesehatan terhadap ibu hamil. Perbedaan penelitian ini adalah pada penelitian sebelumnya meneliti pemberian pamflet terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang IMD, sedangkan penelitian ini meneliti tentang pengaruh pemberian demonstrasi massage payudara terhadap praktik massage payudara. 2. Suryaningasih, C. (2012) meneliti tentang pengaruh demonstrasi dan pendampingan menyusui terhadap motivasi dan kemampuan ibu dalam pemberian ASI. Jenis penelitian ini adalah ekperimental dengan pendekatan pre and posttest nonequivalent control group. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh demonstrasi dan pendampingan menyusui terhadap motivasi dan kemampuan ibu dalam pemberian ASI (p<0.05). Persamaan penelitian ini adalah sama-sama melakukan demonstrasi terhadap ibu menyusui. Perbedaannya adalah pada penelitian sebelumnya meneliti demonstrasi menyusui terhadap motivasi dan kemampuan ibu dalam pemberian ASI, sedangkan penelitian sekarang meneliti demonstrasi massage payudara terhadap praktik massage payudara. 3. Sumini, dkk (2014) meneliti tentang Perilaku Ibu Primigravida Trimester III Tentang Breast Care di BPS Katmiatin Desa Pangkal

Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan sampel 30 ibu hamil. Hasil penelitian ini adalah tingkat pengetahuan responden buruk 30%, tingakat pengetahuan sedang 47%, dan tingkat pengetahuan baik sebesar 23%. Sikap responden terhadap breast care adalah 26 orang (87%) mempunyai sikap positif dan sebagian kecil yaitu 4 orang (13%) mempunyai sikap negatif. Perilaku responden terhadap breast care adalah menunjukkan sebagian kecil sebanyak 7 orang (23%) memiliki perilaku yang negatif dan sebagian besar sebanyak 23 orang (77%) memiliki perilaku yang positif. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang perilaku ibu terhadap perawatan payudara. Perbedaannya adalah pada penelitian sebelumnya meneliti pada ibu primigrafida trimester III sedangkan penelitian sekarang pada ibu postpartum. Penelitian sebelumnya meneliti perilaku perawatan payudara saja, sedangkan penelitian sekarang meneliti pengaruh demonstrasi massage payudara terhadap praktik massage payudara pada ibu postpartum.