PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY SINISTRA DI RSUD SRAGEN

dokumen-dokumen yang mirip
DEWI TRI MAULITA J

Disusun oleh: RUSTRIA IKA PURWANINGSIH J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BELLS PALSY DEXTRA DI RSAL. DR.RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modern ini banyak masyarakat menggunakan alat transportasi

PROSES ASUHAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY SINISTRA DI RSAL. DR.RAMELAN SURABAYA

PERBEDAAN TERAPI MICRO WAVE DIATHERMY

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DENGAN MODALITAS SHORT WAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. menentukan karakter atau cirikas dari orang satu dan orang lainya. Isi hati

A. Latar Belakang Masalah. diketahui,tanpa adanya kelainan neurologic lain. Pada sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Cita cita bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan definisi fisioterapi yaitu suatu upaya kesehatan professional yang. A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELLS PALSY DEXTRA DENGAN

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ISCHIALGIA DEKSTRA DI RSAL DR RAMELAN SURABAYA

KARYA TULIS ILMIAH. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PRE EKLAMPSI BERAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan. kemajuan teknologi saat ini, diharapkan dapat mewujudkan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT SYNDROME DENGAN MODALITAS IR, & TERAPI LATIHAN DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

Oleh: ARIF FI AM J KARYA TULIS ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Disusun oleh : FITRIA NUR CANDRARINI NIM : J

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ISCHIALGIA SINISTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSAL RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

BAB I PENDAHULUAN. lain olahraga dan pekerjaan maupun aktivitas sehari-hari. Dalam olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah meningkatkan. kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive),

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN ET CAUSA MYOGENIK DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Spine merupakan tulang penopang tubuh yang tersusun atas cervical

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kesehatan yang optimal, maka diperlukan kemauan dan kemampuan akan kesehatan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat. Nyeri punggung bawah sering dijumpai dalam

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DENGAN MODALITAS MICROWAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. memajukan pembangunan dibidang kesehatan. Dalam pembukaan UUD 1945

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI CLOSE FRAKTUR RAMUS PUBIS DEXTRA DAN SINISTRA

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. penelitian, ditemukan bahwa nyeri punggung bawah mengenai kira-kira %

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang mencakup disegala bidang antara lain : politik, ekonomi, sosial

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.

BAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL SPALSYDEXTRA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELLS PALSY SINISTRA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang (Helmi,2012). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pergelangan tangan dan jari-jari tangan merupakan kesatuan yang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BELL SPALSYDEXTRA

BAB I PENDAHULUAN. Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASKA OPERASI FRAKTUR OLECRANON DEKSTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih

BAB I PENDAHULUAN. gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan. menimbulkan gejala sesuai daerah otak yang terganggu (Bustaman MN,

Di susun oleh : ARFIAN EKA NUGRAHA J

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi dari Norway mencatat insidensi terjadinya cedera pada tendon flexor

BAB I PENDAHULUAN. yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY DEXTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK ATETOID HEMIPLEGI DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang No. 23

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan tindakan operasi pemasangan Plate and Screw, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hidup dalam masyarakat.pembangunan kesehatan, yaitu: menggerakkan. memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, berpengaruh

KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB ² PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY DEXTRA DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. sendi secara pasif maupun aktif karena keterbatasan sendi, fibrosis jaringan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : AJENG PUSPITASARI PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN POST

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

Hasil Evaluasi Nyeri Tekan Menggunakan Skala VDS

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CALCANEUS SPUR SINISTRA DENGAN MICRO WAVE DIATHERMY (MWD) DAN MASSAGE DI RSAL DR.

FETAL DISTRES FAKULTAS. Oleh : J

Transkripsi:

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI BELL S PALSY SINISTRA DI RSUD SRAGEN Oleh: IKA PUJI HASTUTI J 100 050 044 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 i

BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, dan keadilan Indonesia. Salah satu dari tujuan nasional tersebut adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Salah satu indikasi tercapainya kesejahteraan umum adalah derajat kesehatan masyarakat yang optimal oleh sebagian besar masyarakat. Untuk mewujud hal tersebut maka Pemerintah mencanangkan kebijakan nasional mengenai pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia sehat 2010 (Depkes RI, 1999 ). Pembangunan berwawasan kesehatan dilakukan dengan memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Untuk itu peran serta masyarakat untuk berikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri sangat diperlukan dalam rangka menciptakan upaya kesehatan terpadu. (Paradigma Sehat, 2000). Fisioterapi sebagai salah satu bagian dari unit rehabilitasi medik berperan penting dan bertanggung jawab dalam upaya peningkatan derajat kesehatan, sesuai dengan definisi fisioterapi yaitu suatu upaya kesehatan professional yang bertanggung jawab atas kesehatan gerak dan fungsi individu, keluarga maupun 1

2 masyarakat khususnya dalam gerak fungsional dilakasanakan dengan terarah dan berorientasi pada masalah dan menggunakan pendekatan ilmiah serta dilandasi etika profesi yang mencakup aspek peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan dan pemeliharaan (rehabilitatif) (Soenarno, 2000). A. Latar Belakang Masalah Bell s palsy didefinisikan sebagai gangguan nervus fasialis (N.VII) perifer akut, yang penyebabnya tidak diketahui dengan pasti atau idiopatik (Hamid Thamrinsyam, 1991). Bell s palsy merupakan jenis kelumpuhan saraf fasialis perifer yang paling sering terjadi, tujuh puluh lima persen dari seluruh lesi saraf fasialis termasuk di dalam kelompok ini (Chusid, 1993). Penyebaran Bell s palsy sampai saat ini masih diperdebatkan, dan kebanyakan dalam 2-3 minggu, 15% hanya mengalami penyembuhan asimetris wajah ringan, suatu gangguan sisa yang dapat diperlihatkan pada pengujian klinis abnormal, 5-10% pasien mengalami penyembuhan yang buruk dengan gangguan neurologis yang menetap dan bentuk kosmetik yang jelek (Sidharta, 2000). Bell s palsy dapat terjadi pada pria ataupun wanita pada semua umur, namun lebih sering dijumpai pada kelompok umur 20 sampai dengan 50 tahun (Chusid, 1993). Di Amerika Serikat angka kejadian Bell s palsy kira-kira 23 per 100.000 tiap tahun, tapi hasil penelitian pada umumnya menunjukkan angka kejadian 15-30 per 100.000 tiap tahun. Angka kejadian terendah ditemukan pada usia kurang dari 10 tahun dan angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 60 tahun (Talavera, 2006).

3 Bell s palsy menimbulkan berbagai tingkat gangguan yaitu impairment seperti asimetris wajah, kelemahan otot wajah, gangguan rasa pada lidah, spasme otot wajah, functional limitation seperti gangguan makan, gangguan minum, gangguan menutup mata, gangguan ekspresi, dan participation of restriction seperti menarik diri dari masyarakat karena gangguan ekspresi (Priguna Sidharta, 1999). Penulis mengambil judul Bell s Palsy sinistra pada Karya Tulis Ilmiah ini karena walaupun angka kejadiannya tidak terlalu besar, akan tetapi permasalahan yang di timbulkan Bell s Palsy cukup kompleks, diantaranya: masalah kosmetika dan psikologis. Adanya kelayuhan pada otot wajah menyebabkan wajah tampak mencong dan ekspresi abnormal, sehingga menjadikan penderitanya merasa minder dan kurang percaya diri. Dalam hal ini penanganan yang di berikan sedini mungkin sangat di perlukan untuk mengembalikan fungsi otot-otot wajah, dan mengembalikan penampilan. Dari masalah yang ditimbulkan diatas, dan untuk membantu pasien dalam permasalahannya agar mencapai hasil yang lebih baik dan optimal dengan pentingnya peranan fisioterapi maka penulis mengambil kasus ini. Modalitas fisioterapi yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diatas antara lain : (1) dengan pemanasan : Infra Red (IR), Short Wave Diathermy (SWD), Micro Wave Diathermy (MWD), (2) stimulasi listrik: Interrupted Direct Current (IDC), faradisasi (3) massage, (4) terapi latihan dengan metode biofeedback yaitu mirror exercise.

4 Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan modalitas berupa Infra Red, Electrical Stimulasi, Massage dan Latihan Mirror Exercise. IR atau Infra merah adalah alat terapi dengan pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 7.700-4 juta Å, yang dapat menimbulkan efek termal superficial sehingga menimbulkan efek terapeutik yaitu rileksasi otot, meningkatkan sirkulasi darah (Sujatno, 1993). Elektrical Stimulasi merupakan suatu alat stimulasi otot yang bertujuan untuk mencegah atau memperlambat terjadinya atropi sambil menunggu proses regenerasi, dan memperkuat otot yang masih lemah setelah proses regenerasi saraf selesai (Utami, 1992). Massage merupakan suatu manipulasi sistemik dan ilmiah dari jaringan tubuh dengan maksud perbaikan atau pemulihan, massage memberikan efek mengurangi oedema, memberikan relaksasi otot dan mempertahankan tonus otot (Kemala, 2001). Latihan Mirror Exercise merupakan latihan di depan cermin dengan tujuan melatih gerakan volunter wajah kembali (Widowati, 1993). Pemanasan dengan menggunakan IR bertujuan untuk memperlancar peredaran darah, sehingga peradangan dapat berkurang, dan mengurangi spasme otot-otot wajah; massage, sentuhan tangan akan merangsang reseptor sensorik dari kulit dan jaringan subcutaneus sehingga dapat memberikan efek rileksasi dan menjaga sifat fisiologis otot wajah (Tappan, 1988), Stimulasi listrik dengan menggunakan IDC mempunyai tujuan untuk menimbulkan kontraksi otot sehingga akan melatih fungsional otot wajah (Sri Mardiman, 1998), sedangkan terapi latihan dengan metode biofeedback yaitu mirror exercise pada pasien Bell s palsy bertujuan untuk melatih kembali gerakan fungsional otot-otot wajah.

5 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah (1) apakah pemberian Infra Red (IR) dapat memperlancar sirkulasi peredaran darah dan mengurangi spasme otot-otot wajah pada kondisi Bell`s palsy sinistra? (2) apakah pemberian Massage dapat menjaga sifat fisiologis otot-otot wajah pada kondisi Bell`s palsy sinistra? (3) apakah pemberian stimulasi elektris dengan arus Interrupted Direct Current (IDC) dan (4) apakah dengan Mirror Exercise dapat mengembalikan fungsi dan kekuatan otot otot wajah pada kondisi Bell`s palsy sinistra? C. Tujuan Penulisan Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tujuan yang ingin dicapai penulis meliputi tujuan umum dan khusus, aitu sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui kondisi atau masalah yang dijumpai pada kasus Bell s palsy yang berkaitan dengan problem kemampuan gerak dan fungsional dari otot otot wajah serta penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi Bell s Palsy. 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui apakah manfaat IR (Infra red), elektrikal stimulasi masagge dan terapi latihan berupa mirror exercise dapat meningkatkan kekuatan otot pada kondisi bell s palsy dekstra. b) Untuk mengetauhi apakah manfaat IR (Infra red), elektrikal stimulasi massage dan terapi latihan berupa mirror exercise dapat meningkatkan kemampuan Motorik pada kondisi bell s palsy dekstra.

6 D. Manfaat 1. Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang penatalaksanaan fisioterpai pada bell s palsy dan upaya pencegahannya. 2. Institusi Diharapkan dapat menyebarluaskan informasi tentang peranan fisioterapi pada kondisi bell s palsy serta dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang Bells Palsy. 3. Masyarakat Hasil penelitianini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang bells palsy sehingga masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan serta mengetahui peranan fisioterapi pada kondisi tersebut.